Hope berteriak, "CIAAA!". Hope keluar dari persembunyiannya, dia lari mendekati musuh dan segera melempar bom rakitannya. Hope sudah memperkirakan bom sudah meledak saat masih berada di udara dengan mengatur panjang sumbu kembang apinya. Hasilnya cukup spektakuler.
Kembang api Hope meledak memecah botol dan membakar semua sobekan kain. Kain-kain itu menyebar dan sebagian besar jatuh di drum minyak musuh sehingga kebakaran dengan cepat meluas.
Dari bom rakitan yang Hope buat mampu memeriahkan Dungeon dengan tarian api dari para goblin. "Lihatlah Snow!" tunjuk Hope. "Sebuah pertunjukan tarian api unggun di hadapan kita!"
Snow hanya bisa bergeleng-geleng kepala. Masih bisa saja Hope bercanda dalam situasi yang hampir memojokan mereka, tapi itu membuat Snow semakin yakin jika Hope memang Hero yang kuat.
Hope sudah memikirkan serangannya dengan matang. Tidak akan mungkin bom kecilnya akan mampu membakar seluruh pasukan musuh, tapi dia tahu jika musuhnya menggunakan minyak atau getah untuk membuat panah api.
"Kau memang hebat, Hope!" ucap Snow.
"Dan akhirnya kita tau wujud musuh seperti apa," ucap Hope, "Goblin!"
"Jadi kita hampir saja terpojok oleh musuh yang memiliki tingkatan terlemah dari pada yang lainnya?" Snow tidak percaya.
"Kau salah Snow," ucap Hope mulai serius, "mereka memang lemah, tapi kau tidak bisa meremehkan mereka jika sudah bersatu. Kau sudah merasakannya tadi bukan." jelas Hope.
"Kau benar, Hope. Ternyata yang kita anggap lemah akan menjadi sangat kuat jika mereka bersatu melawan kita." ucap Snow.
"Jadi jangan pernah meremehkan musuh!" ujar Hope.
Para goblin memiliki tinggi berkisar antara 80 cm sampai dengan 2 m. Biasanya kulit mereka berwarna hijau seperti daun tapi yang ini berkulit hitam. Hope melihat satu mayat goblin yang tidak terbakar sepenuhnya. Sudah dipastikan ini adalah hasil mutasi—Evil Goblin—mebuat mereka lebih menyerupai ras Iblis. Dan yang memiliki tinggi mencapai dua meter atau lebih biasanya adalah Ratu atau Raja mereka.
Ini tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya, pikir Hope. Sebelumnya tidak seperti ini. Saat masih berupa game, yang menjadi pihak musuh hanya berasal dari ras iblis. Semua ras selain ras iblis bersekutu untuk melawan mereka, tapi sekarang Hope melihat sebuah perbedaan yang sangat jauh. Mungkinkah dunia The Exorcist langsung berubah hanya dengan waktu semalam, pikir Hope. Dia ingat sekali kalau dia log-out belum sampai 24 jam.
Mungkin aku harus berhenti memandang ini sebagai game, pikir Hope. "Kita cari apa yang akan kita dapat di sini sebagai bekal untuk masuk lebih dalam. Kau ambil beberapa busur dan anak panah yang masih bisa digunakan!" ucap Hope.
Hope mengambil anak panah yang kebetulan masih utuh untuk dijadikan sebuah obor. "Api sudah mereda, ayo kita masuk!" ucap Hope. Hope memimpin sementara Snow melindungi Hope dari belakang.
Mereka menemukan pintu besar, "Hope, aku merasakan firasat buruk jika kita mencoba membukanya!"
"Sudah terlambat jika kau ingin kembali, Snow!" ucap Hope, lalu mendorong pintu batu yang mereka jumpai.
Pintu batu setinggi tiga meter dan lebar empat meter mulai bergeser. Hope dengan jelas melihat di dalamnya adalah sebuah lorong persegi yang menikung panjang membentuk hurup "L".
"Di jarak sekitar dua meter di depan jalan berbelok ke kiri. Aku kawatir di sana ada banyak jebakan" ujar Hope.
"Kau yakin akan masuk, Hope?"
"Tentu saja."
Hope langsung masuk. Satu per satu obor yang berderet pada dinding menyala dengan sendirinya di sepanjang lorong. Hope menaruh obor yang dia bawa, "Aku merasakan hal buruk."
Lorong cukup terang dan itu malah membuat Hope merasa curiga. Seperti sengaja dipersilahkan untuk masuk.
Hope melarang Snow mengikutinya, "Kau tetap di sini Snow!"
Hope mematikan satu obor yang berada paling ujung agar sudut ruangan menjadi gelap, "Bersembunyilah!"
"Sebaiknya aku juga ikut, Hope!" bantah Snow.
"Tidak, untuk sementara sebaiknya kau bersembunyi."
"Baiklah, Hope!"
"Mungkin saja ada beberapa jebakan di sana!" ucap Hope.
Hope cukup hati-hati dalam bertindak. Memang dia itu sebenarnya orang yang nekat, tapi sepertinya di cukup cerdas. Hope mengambil batu seukuran tangannya. Jika ada jebakan di depannya dia harus melihatnya. Hope melempar batu itu. Batu itu terpental hinga jaraknya lumayan jauh. Hope mempunyai lengan yang bagus, tapi tidak terjadi apapun. Tidak ada jebakan apapun. "Tidak ada jebakan sama sekali?" ucap Hope.
"Sepertinya tidak ada apapun." ucap Snow.
"Kau mungkin benar," sahut Hope. Hope berpikir, lorong tampak sepi dan tidak ada apapun yang terjadi. Ini tidak akan terjadi jika di dalam game, satu per satu para moster pasti bermunculan saat baru menginjak wilayah mereka. Ada yang tidak beres!
Hope mencabut pedangnya kemudian maju. "Hope, jangan nekat!" seru Snow, namun tidak diindahkan. Hope tetap maju.
Belum sempat berbelok, panah langsung melesat cepat ke arahnya. Hope berhasil menghindar dan panah itu menancap ke dinding. "Shit, hampir saja kepalaku tertembus!"
"Hope!" seru Snow.
"Tidak apa-apa" sahut hope.
Snow memilih keluar, dia tidak mau bersembunyi lagi. "Hope, apa kau bisa mengatasi panah itu?"
"Bisa saja jika kita berkerja sama dan memamfaatkan tamengmu, tapi kita belum tau dari mana asal panah itu!" ujar Hope.
Untuk mengetahuinya maka Hope harus melihatnya secara langsung.
"Panahnya menancap begitu dalam!" tunjuk Snow.
"Kau benar, mungkin saja ditembakan dari mesin." ucap Hope.
Dilihat dari keadaan panah yang menancap mampu membuat dinding sedikit retak. "Ada dua kemungkinan," ucap Hope.
"Apa itu?" tanya Snow.
"Aku harus melihatnya!" ucap Hope. Dia siap maju dan Snow ingin mengikutinya. "Lebih baik kau tetap berada di sini dan jika aku terdesak cepat gunakan tamengmu untuk melindungiku!" ujar Hope.
"Baiklah dan tetap waspada, Hope!" ucap Snow.
"Kau tenang saja, aku ini kelas Assassin." ucap Hope.
Hope maju tanpa ragu. Dia memegang pedangnya dengan kuat. Dia memperlihatkan dirinya dan panah kembali melesat. "Shit!" keluhnya. Itu diluar perkiraan Hope, panah melesat lebih cepat dari yang sebelumnya. Dengan cekatan Hope berhasil menepisnya, tapi dia langsung melihat tembakan yang berikutnya.
Tidak ada jeda untuk berpikir. Untungnya Hope melihat melihat tembakan berikutnya. Jedanya cukup fatastik. Saat Hope baru menepis panah pertama, panah yang kedua sudah ditembakan. Akhirnya Hope terpaksa menjatuhkan tubuhnya untuk menghindar.
Snow melihat jelas sekarang Hope menjadi sasaran empuk. Snow melihat panah ketiga sudah melesat, "Sial, Hope!" seru Hope.
Snow kembali men-summon prisainya untuk melindungi Hope. Itu berhasil menyelamatkan Hope, tapi tidak untuk tamengnya karena harus hancur.
Dua panah ditembakan sekaligus. Musuh mereka sepertinya tidak membiarkan Hope dan Snow kesempatan berpikir. Hope segera menarik tangan Snow. Mereka mundur dengan cepat sebelum panah menembus dada mereka. Mereka berhasil lolos dan anak panah itu menancap di dinding. Kali ini lebih dalam.
"Hampir saja," ucap Hope. Mereka berhasil mundur ke posisi awal. "Pantas saja, lorong ini berbentuk hurup 'L'"
"Mereka sebenarnya menyuruh kita pergi!" ucap Snow. "Sekarang bagaimana Hope?"
"Kita mundur dulu dan berpikir!" ucap Hope.
Tiba-tiba saja terdengar langkah kaki dari luar, "Ada yang mendekat, sebaiknya kita bersembunyi!" ucap Hope.
Hope dan Snow langsung bersembunyi di sudut yang gelap.