Chereads / Sang Pemusnah / Chapter 21 - SEPULUH - Harimau Bermain Api

Chapter 21 - SEPULUH - Harimau Bermain Api

Hope berhasil mematahkan tembakan panah peringatan dari musuh.

Sebuah peringatan, jangan masuk atau mati! Hope dan Snow tetap maju. Hope orangnya nekat, tapi dia tidaklah bodoh. Hope tau tembakan tadi adalah sebuah peringatan. Apakah musuh begitu baik sehingga memberikan sebuah peringatan? Pikir Hope. Hope mengabaikannya dengan mengarahkan pedangnya ke depan. Lalu musuhnya langsung menjawab dengan menyalahkan puluhan panah api. "Shit!" keluhnya.

"Hope!" seru Snow.

"Kita akan dipanggang." sahut Hope, respon musuh di luar dugaannya.

Hope tidak akan bisa menangani yang satu ini hanya dengan tehnik pedangnya saja. Dia masih belum memiliki banyak skill—dia bukan orang yang namanya tercetak di dinding Victoria. Dia tidak lagi dengan tubuh avatar-nya, melainkan dengan tubuh aslinya. Jadi dia adalah Hope bukan Fuga Yadu yang berada di tingkat teratas. Hampir saja dia melupakan itu. Tubuh aslinya itu tidak terbiasa melakukan pertarungan berat. Dia hanya memiliki kepala yang terbiasa berpikir. Dan pada akhirnya dia di selamatkan oleh Snow. Snow menarik tangan Hope hampir bersamaan dengan tembakan hujan panah, lalu mengeluarkan prisai perlindungan tepat di depan Hope.

Cahaya putih meledak tepat di hadapan Hope. Hope sendiri terlihat sedang mencoba melindungi kepalanya dengan tangan. Beruntung Hope mengajak teman party (team berburu) kelas Warrior.

Snow mengeluarkan skill pertahanannya. Diamond Shield, teknik summon—teknik memanggil benda atau moster—prisai raksasa dari kristal berbentuk tempurung kura-kura, sebuah skill khusus yang hanya dimiliki kelas Warrior. Walalu baru level 2, itu sudah cukup menghalau serangan musuh.

Musuh sepertinya terlatih. Meraka dengan cepat melakukan tembakan susulan—seperti di dalam perang. Sudah cukup membuat Snow sedikit terdorong mundur dan prisainya mulai retak. Ada beberapa tembakan yang dirasa bukan tembakan manual.

Hope menarik tangan Snow dan membawanya bersembunyi di balik batu besar sebelum pertahannya benar-benar pecah. "Ada yang aneh pada serangan musuh, aku melihat beberapa tembakan yang memiliki daya lontar yang lumayan kuat. Kita akan bersembunyi dulu untuk mengatur rencana."

Musuh terus menembakan panahnya. Mereka berniat menghancurkan batu tempat Hope dan Snow berlindung. "Apa kau masih bisa mengunakan skill itu lagi?"

"Aku bisa memakainya kapan pun dan mampu bertahan lama jika level serangan musuh hanya sebatas tadi!" ujar Snow.

"Baiklah, tunggu aba-aba dariku!" ucap Hope.

"Baik!" sahut Snow.

Hope mengambil kembang api yang sempat dia dapat dari penjaga portal—kembang api luncur. "Snow, apa kau bawa arak, parfum, atau apapun yang mudah terbakar?"

"Aku membawa tiga botol arak di dalam tas." sahut Snow. Bagi pemabuk seperti Snow, sudah biasa membawa arak kemana-mana.

"Bagus, berikan aku semuanya!" ucap Hope.

"Oke!" sahut Hope dan memberikan semua arak yang dia miliki. Hope kemudian mengikat tiga arak itu menjadi satu—botolnya lumayan besar dan dirasa sudah cukup untuk membakar gudang besar yang menyimpan banyak gandum—untuk membuat sebuah bom api. Hope juga memaskukan banyak sobekan kain ke dalam botol.

"Apa kau sudah siap?" tanya Hope.

"Staminaku sudah terisi." sahut Snow.

"Oke, tunggu aba-aba dariku!" ucap Hope.

Hope menunggu sebuah jeda. Serangan musuh memang terlihat tanpa jeda, tapi pasti mereka membutukan waktu untuk merentakan panah walau itu beberapa detik saja. Hope mempelajari tembakan panah mereka. Panah susulan ditembakan di saat panah sebelumnya berada di jarak tengah antara batu dan penembak. Selalu seperti itu. Hope hanya perlu memamfaatkan sedikit celah itu untuk melakukan serangan balasan.

Hope memperkirakan jarak musuh berada kurang dari 60 meter di depannya. Goa juga tidak terlalu lebar. Hope mengakui kalau dirinya kagum dengan serangan musuh. Mereka berhasil melakukan puluhan tembakan yang sulit dihindari.

Hope melakukan perlawanan yang mustahil memiliki peluang. Saat tembakan panah hampir berada di jarak tengah dan semua panah sembelumnya menancap ke tanah, Hope berseru, "Snow!"

Snow keluar dari persembunyiannya dan langsung melakukan summon. Efek summon yang menciptakan ledakan cahanya yang terang menghentikan gerakan musuh melakukan tembakan berikutnya. Hope tahu musuh yang sedang dia hadapi adalah mahluk goa yang jarang terkena sinar. Serangan berhenti sesaat dan Hope mengunakan celah itu.