Chereads / Sang Pemusnah / Chapter 20 - SEMBILAN - Lahirnya Pahlawan Baru bg.2

Chapter 20 - SEMBILAN - Lahirnya Pahlawan Baru bg.2

Staf yang cantik dan muda memandu Hope. Telapak tangan Hope menempel di atas bola kristal. Dia merasa menempel pada magnet. Di bawah bola kristal terdapat sebuah box berfungsi seperti mesin cetak cepat. Box itu mengeluarkan sebuah kartu pengenal

Petugas pendataan terkejut melihat status yang dimiliki oleh Hope. Kekuatan serangan fisik maupun sihir Hope berpotensi berada di tingkat teratas—kedua tipe serangannya memiliki level yang seimbang. Jika dia melatih dirinya dengan serius, dia akan menjadi petarung yang paling berbahaya. Kelas Hope juga terbilang spesial, kombinasi dari dua kelas kuat. Selain itu, Hope juga memiliki keberuntungan yang maksimal. IQ-nya juga lumayan, hanya saja dia tidak memiliki ketahanan tubuh yang kuat. Ibarat Hope seperti seekor tawon pembunuh. Dia memiliki serangan yang mampu membunuh orang dewasa dengan sengatannya, tapi langsung sekarat hanya mendapat sekali tepakan. Hope memang berpotensi menjadi yang terkuat, tapi dia tidak sempurna. Kekurangannya itu bisa saja membiri celah untuk musuh membunuh dirinya seperti nyamuk, tapi karena semua data Hero bersifat pribadi, pihak Adventure Guild tetap menjamin kerahasian data para Hero demi keamanan mereka.

Name : Hope

Agility : 98%

Strength : 68%

Intellgent : 99%

Luck : 100%

P. Attack : High

M. Attack : High

Class : Mage Assassin

Skill : Magic & Phycal Attack

Ability : Leader

Hope juga terkejut dengan statusnya sendiri. Sebelumnya dia hanya kelas Assassin pada umumnya. Ini bukan seperti game yang selama ini aku ketahui, pikirnya.

Hope lalu mengambil semua itu sebagai sebuah keberuntungan. Dia pikir pasti akan menyenangkan untuknya. Untuk apa mengambil itu semua sebagai beban pikiran, pikirnya lagi. Hope menyimpan kartu pengenalnya dan menganggap semua itu adalah takdir—takdir yang tidak membosankan menurutnya.

Hope keluar dari Adventure Guild. "Yo," sapa Snow, "apa kau sudah siap berburu, Hope?"

"Tentu saja!" sahut Hope.

"Yakin hanya menggunakan pakaian seperti itu?"

Hope dengan satu set pakaian olah raga dari dunia asalanya. Tanpa armor bukan masalah baginya—sebenarnya itu karena dia lagi tidak ada Gold. Atasan dengan jaket olah raga berwarna putih, dia sudah terlihat seperti pelatih klub sepak bola dengan pedang di tangan. Lengkap sampai sepatu berwarna putih.

"Kenapa tidak," ucap Hope. "Pakaian ini terlihat biasa dan bagian dari casual costume, tidak ada yang melarangnya kan?"

Casual Costume adalah pakaian santai. Biasanya para Hero memakainya saat tidak menjalankan sebuah misi (quest).

"Tapi kau sama sekali tidak menggunakan pelindung!" ucap Snow.

Tidak seperti Snow yang lengkap dengan armor—walau armor kelas rendah—lengkap dari kepala sampai kaki.

"Aku tidak ingin terlihat berat sepertimu!" ucap Hope.

"Yakin?"

"Tentu saja!"

Kebanyakan mereka yang dari kelas Assassin jarang memakai armor (jirah) yang lengkap. Mereka memiliki cukup kecepatan untuk menghindari serangan-serangan musuh. Jadi kebanyakan dari mereka hanya menganakan beberapa saja seperti: pelindung tangan (arm guard) dan pelindung kaki (leg guard).

"Baiklah, terserah kau saja Hope." ucap Snow.

"Ayo!" seru Hope.

Hope memimpin. Mereka menuju gerbang bagian timur menuju portal ke Dungeon para pemula. Mereka berjalan dengan santai dan Snow sama sekali tidak membawa senjata.

"Oh iya, aku tidak melihat senjatamu?" tanya Hope.

Snow tertawa ringan, "Hehe, aku tidak ada uang."

"Oh," sahut Hope seadanya.

Snow tidak berharap dibelikan senjata oleh Hope. Dia sadar, tidak mungkin meminta hal itu kepada Hope yang baru saja menjadi seorang Hero. Lagipula dia menyadari kalau Hope sama sekali tidak memiliki Gold.

"Kita akan mendapatkan senjatamu langsung di dalam pertempuran saja." ujar Hope.

"Apakah bisa?" Snow sama sekali tidak terpikirkan tentang itu.

"Tentu saja," sahut Hope sambil terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. "Tidak selamanya harus mengumpulkan bahan untuk mendapatkan senjata. Kita masih bisa merampasnya." ujarnya.

"Merampasnya?"

"Kau akan tau dalam pertarungan," ucapnya lalu berhenti, "Kita sudah sampai."

Mereka sampai di sebuah portal (lubang dimensi) merah yang dijaga oleh dua orang prajurit Kerajan.

"Kalian yakin ingin memulai petualangan kalian?" tanya salah satu prajurit

"Tentu saja." ucap Hope.

Biasanya untuk para pemula mereka harus menjalani pelatihan di Training Hall (pusat pelatihan) terlebih dahulu, tapi Hope mengabaikannya. Itu boleh saja dilakukan oleh sebagian Hero yang memang memiliki latar belakang petarung. Pada formulir pendaran Hope mengisi pernyataan kalau dia adalah pengembara yang turun gunung, jadi dia memiliki pengalaman bertarung.

"Baiklah, silahkan tunjukan kartu identitas kalian!" seru salah satu prajurit.

Hope dan Snow memperlihatkan kartu pengenal mereka. Untuk kartu pengenal Hope memang mengejutkan. Para prajurit itu sempat memperhatikan Hope dari ujung kepala sampai kaki. Mereka juga tidak banyak berkomentar tentang Hope lalu mereka memberi izin untuk masuk. Biasanya akan ditanya sampai mana kesiapan setiap Hero yang ingin memulai petualangan.

Salah satu prajurit memberikan sebuah item kepada Hope. "Ambillah kembang api ini dan jika kalian terdesak maka tembakkanlah kembang api ini ke langit. Kami akan segera datang membantu kalian."

"Baiklah, terima kasih." ucap Hope.

"Kalian sudah bisa masuk!" ucap sang Prajurit.

Hope dan Snow langsung masuk. Mereka tertelan oleh cahaya putih. Para Hero yang melewati portal akan mengalami buta sesaat—seperti terkena flash kamera yang terang. Itu hanya beberapa detik, jadi sebaiknya mata dipejamkan saat melewati portal.

Mereka kemudian muncul di depan pintu masuk Dungeon. Death Mine Ruins adalah lokasi di mana mereka berada sekarang. Sebuah reruntuhan bekas pertambangan yang sebelumnya digali oleh para Dwarf yang kini dikuasai oleh mahluk mutasi—Dark Goblin—yang keseluruhan tubuh mereka malah berwarna hitam.

Mereka masuk ke dalam goa. Goa tampak sunyi dan gelap. Tidak ada tanda-tanda kehidupan sedikitpun. Hope berhenti lalu sebentar, "Snow," panggilnya. "Jangan jauh-jauh dariku!" dia mendapat firasat buruk.

"Oke!" sahut Snow. Dia tampak waspada melihat ke sekitarnya di belakang Hope.

Dungeon tampak aneh bagi Hope. Tidak seperti bisaanya saat masih berupa game. Sekarang tampak sunyi dan menegangkan. Sangat mencurigakan bagi Hope.

Tiba-tiba bayangan melesat di hadapan Hope. Langkah Hope bahkan harus mundur selangkah. Ini tidak seperti biasanya, para moster akan langsung muncul dan menyerang. Bergerak seperti apa yang sudah diprogramkan. Sekarang sudah jauh berbeda, batin Hope. "Kita mungkin akan disergap, kau harus siap Snow!" ucapnya.

Hope melangkah pelan. "Ikuti aku dan tetap waspada!" ucapnya kepada Snow. Snow hanya mengangguk. "Instingku menangkap adanya bahaya." ucapnya lagi.

Sebagai Assassin, Hope memiliki insting yang tajam—seperti radar—dengan segera dia akan mengetahui jika ada bahaya yang mengincar.

Satu anak panah tertembak ke arah Hope. Beruntung Hope cekatan mencabut pedangnya untuk memonong panah tersebut. "Tetap di belakangku!" seru Hope. Assassin juga memiliki skill (kemampuan) reflek yang tinggi, sama seperti sepupunya kelas Ninja. Panah itu hampir saja mengenai lengan Hope.

"Bersiaplah untuk situasi terburuk!" seru Hope. Matanya menatap waspada ke arah depan.

Hope belum tau apa yang akan datang selanjutnya, tapi yang jelas dia mencium sebuah bahaya besar.