Fu berbelok arah menuju bar yang masih buka dan tidak terlalu jauh darinya.
Saat memasuki bar, para pelanggan yang dulunya ribut mendadak sepi setelah melihat kedatangan Fu. Mereka semua menatap ke arah senjata yang Fu bawa dan senjata itu sepertinya membuat semua orang merasa tertekan—mereka seakan-akan bertemu dengan orang yang sangat kuat.
Fu mengabaikan semuanya dan langsung menuju bar-counter. Fu menaruh pedangnya di atas meja, lalu menaruh satu uang kertas rupiah senilai sepuluh ribu dan memesan, "Satu piring nasi putih dengan telur dan segelas susu."
Pemilik bar sempat tercengang saat pedang Fu ditaruh di atas meja, tapi setelah melihat Fu yang sepertinya tidak berbahaya, pemilik bar kembali menatap biasa.
"Itu saja?" tanya pemilik bar.
Pemilik bar berpenampilan seperti manusia pada umumnya—berpakaian pelayan pria (butler café) warna hitam—pria paruh baya dari ras Werebeast. Rambutnya sedikit panjang beruban dan diikat di bagian belakang.
"Aku pikir uangku tidak akan cukup untuk membeli yang lainnya, atau uang ini akan dianggap sebagai uang mainan." ujar Fu.
Pemilik bar langsung tertawa kecil, "Kau jangan kawatir, kau adalah pelanggan spesial, jadi semua yang kau inginkan gratis."
Semua pandangngan tertuju ke arah Fu dan pemilik bar. Ada suasana yang lumayan canggung di sini, bahkan beberapa orang memegang senjata mereka erat-erat.
"Kalau begitu, aku minta tambahan sayur."
"Kau tidak memesan daging?"
"Tidak, terima kasih. Aku vegetarian."
Pemilik bar malah tertawa ringan, "Haha, kau bisa saja."
Fu mengerutkan keningnya, "Kau menganggapnya lelucon?"
"Tidak, hanya saja baru pertama kali aku bertemu pelanggan yang tidak makan daging."
Fu menghela nafasnya, "Bisakah aku segera mendapat pesananku?"
"Tentu saja, tunggu sebentar!"
"Baiklah."
Sepiring nasi lengkap dengan telur, semangkuk sup, dan segelas besar susu segar dihidangkan di hadapan Fu—dihidangkan langsung oleh pemilik bar.
"Apa kau seorang Hero?"
"Benar, aku seorang Hero". Fu mulai menyantap makannya dengan pelan setelah berdoa.
"Kau pasti cukup hebat sampai bisa memiliki pedang tersebut" tunjuk pemilik bar.
"Oh itu," Fu sempat menoleh pedangnya sesaat. "Ada yang memberikannya padaku dan aku tidak mengenal siapa orang itu."
"Oh." sahut pemilik bar sambil tetap memperhatikan pedang milik Fu.
"Memangnya ada apa?" tanya Fu.
"Apa kau tidak tau jenis senjata yang kau miliki?"
"Tidak, yang jelas itu berhasil mengusir para iblis." jawab Fu seadanya.
"Pedang itu adalah Black Destroit legendaris yang tidak bisa dipegang oleh manusia, kecuali kau …." Pemilik bar merahasiakan jika pedang itu hanya bisa dipegang oleh Iblis.
"Benarakah begitu?" tanya Fu di sela kunyahannya.
"Manusia ataupun ras yang lainnya akan tersengat jika memegangnya."
"Tersengat?"
"Seperti tersengat listrik dan bisa melumpuhkan siapapun."
Fu meminum susunya langsung sampai habis. "Buktinya aku baik-baik saja."
"Itu pasti karena kau orang yang spesial."
Fu tidak setuju, "Aku sama seperti manusia lainnya …."
"Sekarang kau memang terlihat biasa saja, tidak ada yang berbeda. Mungkin besok atau segera kau pasti akan tau."
"Entahlah." ucap Fu.
"Siapa namamu, anak muda?"
"Namaku F …." suara Fu mendadak hilang saat ingin mengucapkan namanya. "F …." sekali lagi tidak ada suara.
"Siapa?"
"Hope," Fu terpaksa menyebut nama lain. "Hope saja."
"Hope, nama yang bagus."