Chereads / Kesalahan Termanis / Chapter 40 - Terpesona?(2)

Chapter 40 - Terpesona?(2)

Sehabis memakan es krim, Saga mengajak Lizzy menuju ke tempat permainan. "Kau ingin aku bermain lempar bola basket bersamamu?" tanya Lizzy begitu keduanya sampai di tujuan.

"Iya, jika kau berhasil mengalahkanku kau harus mentraktirku begitu juga sebaliknya." Lizzy tersenyum sinis.

"Kau bercanda? Aku akan mengalahkanmu dengan mudah." sahut Lizzy dengan nada enteng.

"Oh ya, buktikan!" Lizzy mengambil bola yang disiapkan. Selama beberapa menit, Lizzy diam untuk mengumpulkan konsentrasi dalam akurasi menembak.

Sesudah Lizzy cukup yakin, dia melempar penuh keyakinan. Bola pun masuk dengan cantik. Lizzy tersenyum bangga dan memandang Saga seraya mengangkat dagunya tinggi. "Coba kalahkan itu!"

Saga tak bisa berhenti senyum sekaligus mengejek dalam batin. Dia mengambil bola basket dan tanpa perlu berdiam serupa dengan Lizzy, Saga berhasil memasukkan bola. Lizzy tak terima, dia mengambil bola lagi dan menembak.

Sialnya, Lizzy salah perhitungan alhasil bola tak berhasil masuk. Saga tertawa cekikikan dan langsung diam karena mendapat tatapan tajam dari Lizzy yang mengerikan namun itu sama sekali tak menggentarkan peforma Saga.

Laki-laki itu berhasil memasukkan bola sampai beberapa kali dan lebih unggul dari Lizzy. Tentu saja Lizzy tak membiarkan hal itu terjadi, di saat Saga berusaha memasukkan bola Lizzy sekuat tenaga untuk menghalangi hal itu agar tidak terjadi.

Kendati Saga sebenarnya tak terusik, dia membiarkan saja Lizzy melintang jalannya toh Saga juga menikmati waktu mereka yang tidak terburu-buru. Saga cengengesan ketika dirinya berhasil melewati Lizzy yang mendorong dirinya sendiri agar menahan Saga tetapi karena tak berhasil Lizzy malah terjungkal.

Saga segera merespon dengan menarik tangan Lizzy maka tubuh gadis itu tak sempat jatuh ke tanah dan kebalikannya, Lizzy jatuh menabrak dada bidang Saga yang menatapnya khawatir.

"Kau tak apa-apa?" Lizzy hanya diam selagi Saga memeriksa kondisi tubuhnya dengan cara memutar. Saga bernapas lega dan memeluk erat tubuh Lizzy yang bergeming.

Lizzy merasa dia mendengar suara seseorang di mana bunyi yang dikeluarkan dari mulut tersebut tak asing bagi telinga Lizzy. Dia celingak celinguk mencari asal suara itu. Setelah dia memastikan bahwa asal suara berada tak jauh di samping tempat Lizzy berdiri, Lizzy memutuskan untuk mencari tahu.

Sepasang matanya membulat sewaktu memandang Lisa dan Dimas tengah bercengkrama tak jauh dari mereka. Tergesa-gesa, Lizzy mendorong lalu menarik Saga menuju celah yang terbuat alami di antara toko kecil yang membuat permainan lempar bola basket dan toko lainnya.

Saga tentu saja tak mengerti dan bertanya. "Lisa, kenapa kau membawa.." Lizzy langsung membungkam mulut Saga dengan menutup mulut pria itu menggunakan tangannya. "Ssst ... diamlah." bisik Lizzy.

"Tapi kenapa kau membawaku kemari dan juga kenapa kau berbisik?" tanya Saga ikut-ikutan bernada pelan.

"Pokoknya diam saja!" perintah Lizzy tak menjelaskan apa sebabnya. Pikirannya saat ini kalut marut. Ya, Lizzy mengetahui kalau Lisa sedang berkencan hari ini bersama Dimas tetapi Lizzy tak tahu kalau Festival ini adalah tempat mereka untuk berkencan.

Kini yang bisa dilakukan Lizzy adalah berdoa agar tak tertangkap basah. Wajah Lizzy menunjukkan kegelisahan yang tampak diperhatikan oleh Saga. Ruang sela diantara mereka hampir tak ada sehingga keduanya berdempetan.

Cukup lama Lizzy tak tahu jika dia diperhatikan sampai kedua mata mereka bertemu pandang. Saga terpancing ketika melihat bibir Lizzy yang merah merekah. Dia lalu meletakkan salah satu tangannya ke tengkuk Lizzy. Menariknya lebih dekat dan saling melekatkan bibir.

Lizzy terkejut namun tak memberontak, sebagai pelampiasan dia mencengkram ujung baju Saga. Dimas dan Lisa tepat berhenti di dekat mereka sambil berbincang. Dimas bisa melihat dengan jelas Lizzy dan Saga tengah berciuman.

Tetapi karena topi lebar yang dikenakan Lizzy menutupi wajah mereka membuat Dimas tak tahu kalau itu Saga dan Lizzy. Dimas hanya menyaksikan dan sudah mengerti secara gamblang apa yang dilakukan oleh dua orang yang tengah bersembunyi.

Pria itu menampakkan wajah jijik. "Kau melihat apa?" tanya Lisa heran lalu menoleh ke samping mengikuti arah pandang Dimas. Sebelum itu bisa dilakukan oleh Lisa, Dimas menggunakan tangannya menutup sepasang mata Lisa.

"Ayo kita pergi saja." katanya lalu menarik Lisa pergi tanpa melepas tangannya pada wajah sang kekasih.

Saga melepas kecupan. Sebelum dia bisa memandang lekat tamparan keras didapat Saga. Siapa lagi kalau bukan Lizzy yang melakukannya, bukan itu saja Lizzy mendorong kasar Saga melangkah pergi dengan pandangan kesal.

Beruntung Saga menjaga keseimbangan lantas dia mengejar Lizzy yang sudah jauh di depannya. "Kau mau kemana?" tanya Saga heran lagi.

"Mau pulang." balas Lizzy ketus.

"Kau mau pulang, bagaimana bisa? Ada pertunjukkan kembang api dan kau mau melewatkan begitu saja?" Lizzy membalikkan tubuhnya memandang tajam ke arah Saga.

"Persetan dengan kembang api, aku mau pulang! Kalau kau mau tinggal silakan saja!? Aku bisa sendiri." Pergelangan tangannya dicekal saat Lizzy memutar tubuh.

"Jangan marah dulu, aku minta maaf kalau aku berbuat salah tetapi temani aku di sini. Aku sudah membayar mahal untuk mendapat tempat yang bagus untuk melihat pesta kembang api.

"Tempat yang bagus?" Saga mengangguk. Tanpa menimbulkan suara, Saga menarik tangan Lizzy menuju tempat yang dituju. Mereka terus berjalan menerobos keramaian dan menapaki jalan yang mulai sepi hanya ada beberapa toko kecil di setiap sisi jalan.

Mereka akhirnya berhenti setelah melewati bukit. "Kejutan!" Lizzy terpana melihat pemandangan dari bukit. Terpampang jelas keramaian festival di bawah. "Tuan Saga, anda sudah datang!" Suara itu menginterupsi pendengaran Lizzy.

Lizzy lalu menoleh ke asal suara menemukan seorang pria paruh baya berpakaian rapi layaknya pelayan. Saga hanya membalas dengan senyuman dan memandang Lizzy untuk kesekian kalinya.

"Aku sudah menyiapkan pelayan sekaligus koki di sini. Jika kau lapar, kau bisa makan di sini tak perlu turun." kata Saga menerangkan. Kemudian, Saga menuntunnya menuju kursi panjang yang terletak di sana. Belakangnya juga ada sebuah meja panjang tempat mereka akan menyantap makanan.

Mereka terus menunggu hingga malam mengunjungi. Lampu dinyalakan menerangi tempat tersebut. Semua sudah tersedia hanya saja mereka tak punya selimut. Lizzy yang hanya memakai kaus tipis menggigil karena dinginnya udara. Gelagat Lizzy ditangkap dan dibalas Saga dengan memerintahkan salah seorang pelayannya membawakan jaket.

Selain itu dia mencoba untuk memberi kehangatan dengan memeluk Lizzy. "Apa masih lama?" tanya Lizzy. Kali ini dia agak baikan karena Saga tetapi malu mengatakannya.

"Sedikit lagi, sabar ya." Lizzy cemberut namun tak memprotes. Bunyi tak asing terdengar, Lizzy langsung melompat keluar dari pelukan Saga. Kepalanya menengadah. Detik berikutnya, Lizzy dimanjakan dengan gemerlapnya kembang api yang menghiasi langit malam.

Masih dengan rasa kagum, Lizzy tersadar dia telah mengenakan jaket. Tidak hanya itu, ditambah dia mendapat sebuah pelukan dari belakang. "Apa kau sudah merasa baikan?"

Lizzy mengangguk cepat tak memalingkan pandangan dari langit. Mereka sama-sama diam menikmati kembang api hingga selesai. Setelahnya mereka turun dari bukit menuju parkiran ingin pulang. Suasana yang agak sepi membuat Lizzy tak protes sewaktu Saga menggandeng tangan dalam perjalanan.

Ponsel Saga berdering. Pria itu buru-buru mengeluarkan telepon dan membuang napas kasar. Tak sengaja Lizzy bisa menangkap kontak nomor siapa yang menelpon Saga dan berkat itu, Lizzy melepaskan gandengan tangan Saga.

"Pergilah, aku bisa pulang sendiri." ucap Lizzy rendah. Hendak berjalan, Saga kembali mencegatnya. "Tunggu aku akan menelpon Pak Tino untuk mengantarmu pulang. Ini sudah malam." Saga membatalkan panggilan Kessi dan menelpon Tino.

Setelah Lizzy masuk dan pergi menjauh, barulah Saga menerima telepon dari Kessi. "Halo. Kau ingin aku ke apartementmu? Baiklah." Saga segera masuk dan meluncur menuju apartement Kessi.

Sesampainya di sana, Saga bertemu dengan Kessi di dalam apartement. Begitu Saga masuk, dia disambut dengan pelukan dari Kessi. "Sayang, kenapa kau lama sekali mengangkat teleponku, aku menunggumu di sini lama sekali." tutur Kessi dengan nada manja.

Saga tampak risi terutama waktu Kessi menggodanya dengan menempel kedua buah dadanya. Dia mendorong lembut Kessi agar menjauh. "Kessi tolong jangan lakukan itu,"

Kessi menunjukkan kekesalan di wajahnya. "Kenapa? kok kamu begitu. Bukankah dulunya kau begitu menyukai aku yang dari tadi?!" suaranya agak sedikit tinggi karena terbawa emosi. Saga menggeleng dengan cepat.

"Oh, apa ini karena Lisa? Baru beberapa hari aku meninggalkanmu dan kamu sudah berpaling dariku?! Apa yang dia punya sampai-sampai kau melirik pada wanita jelek itu?!"

Plaakk!!

Kessi terhenyak. Rasa panas dari pipinya tidaklah menjadi penyebab Kessi diam tetapi teganya Saga menampar dia. Baru kali ini Saga bersikap kasar padanya. "Jangan kau katakan istriku dengan sebutan seperti itu?! Dia itu baik dari segala apapun darimu! Awalnya aku tak ingin mengatakan ini namun karena kau keterlaluan aku tak bisa menahan diriku lagi. Kessi, aku menyesal bertemu denganmu."

Saga memutuskan untuk membalikkan badan, meninggalkan Kessi yang terdiam sebelum akhirnya wanita yang berprofesi sebagai seorang model itu berteriak penuh amarah. "Saga! Akan kubuat kau menyesal berkata demikian. Apa kau pikir kau hebat karena mempunyai perusahaan besar?! Kau tak tahu aku ini siapa! Suatu saat nanti kau akan mendapat balasan karena sudah menamparku!"

Di sisi lain, Lizzy sibuk berkutat dengan riwayat Nicole dan kekasihnya, Heru. Rupanya Nicole beberapa tahun silam adalah seorang artis papan atas yang akan menikah dengan seorang pemilik agensi bernama Heru. Kalau dilihat, mereka berdua adalah orang yang berada dan saling mencintai.

Itu sebelum Kessi datang. Dalam riwayat yang sebenarnya adalah informasi dari teman Lizzy seorang hacker, Kessi bergabung dalam agensi pimpinan Heru di saat keduanya akan melangsungkan pernikahan. Di sinilah kekacauan terjadi, berita tentang acara lamaran yang batal dikarenakan Nicole tak hadir di tempat dan malah didapati di sebuah kamar hotel tanpa busana membuat Heru naik pitam.

Sudah jelas apa akibat dari peristiwa tersebut ialah pembatalan pernikahan. Kontraknya bersama agensi Heru pun batal begitu saja sehingga Nicole yang awalnya hidup serba kemewahan harus menjalani kehidupan seperti dahulu.