Pria yang mengambil foto itu mengemudikan mobilnya menuju sebuah klub. Santainya dia berjalan dan bersalaman dengan dua orang penjaga yang memiliki tubuh kekar lalu melenggang masuk dengan beberapa orang memandang iri kepadanya.
Mereka sendiri susaha payah untuk masuk ke dalam dan telah menunggu sangat lama tetapi pria itu tak berbaris dan masuk seenaknya? Bikin jengkel saja.
Si pria tersenyum tatkala melihat banyaknya orang yang tengah menari dengan lincah. Sesekali, senyumannya dia tampakan juga ketika dirinya beberapa gadis yang memperhatikannya.
Dia lalu masuk ke sebuah pintu, menyusuri sepi koridor untuk masuk lebih dalam lagi. Dia akhirnya sampai di dua pintu besar. Tak menunggu lama, si pria segera masuk dan telinganya mendengar suara desahan.
"Panji! Bisakah kau mengetuk pintu dulu!" protes seorang pria yang telanjang dada. Awalnya, si pria itu sedang menikmati permainan dengan seorang wanita di ranjang namun karena pria yang bernama Panji itu menyelonong masuk, dia menghentikan kegiatannya dan menatap tajam ke arah Panji yang mengumbar senyum sinis.
Si wanita juga tampak terganggu tetapi kemudian dia meletakkan bibirnya kepada si pria. Tindakan si wanita membuat pria yang bercinta dengannya sekarang tenang dan damai. Dilepaskannya ciuman itu sambil menatap lekat-lekat dia memerintah pria itu.
"Bisakah kau pergi? Nanti kita lanjutkan lagi, Ronal." diciumnya kembali bibir Ronal namun kali ini dengan begitu bergairah. Cukup lama keduanya mencecap manisnya bibir satu sama lain sampai Panji memutar matanya bosan muak melihat keduanya beradegan mesra.
Ronal pergi menyisakan si wanita dan Panji. "Ini Kessi, aku sudah memata-matai gadis yang kau bicarakan.." Kessi menerima foto-foto di mana Lizzy dan Dan tengah makan malam.
"Bagus sekali! Aku bisa menghasut dengan menggunakan foto-foto ini. Nice job, Panji!" potong Kessi tersenyum puas.
"Bisakah kau jangan memotong perkataanku, ada informasi bagus dan kau menghalangi pembicaraanku." protes Panji. Kessi mendecakkan lidah.
"Memangnya informasi apa yang penting?" tanya Kessi tak berminat. "Gadis yang kau katakan itu, namanya bukan Lisa." Kessi menampakkan wajah heran.
"Bagaimana namanya bukan Lisa, dari mana pun dia itu Lisa." sahut Kessi tak setuju dengan pernyataan Panji.
"Dia bukan Lisa, dari tadi aku mendengar dia dipanggil pria yang bersamanya adalah Lizzy!"
"Omong kosong!" sahut Kessi keras. Panji mengeluarkan napas berat. Susah sekali untuk membuat Kessi percaya padahal Panji adalah sepupunya.
"Yah sudahlah kalau tak percaya, yang jelas aku hanya memberitahumu saja." ketus Panji.
"Tetapi jika informasi itu benar maka Lisa punya kepribadian ganda.."
"Bagaimana jika dia punya saudara kembar, itu bisa jadi bukan?" Kessi menggeleng. "Lisa tak pernah menceritakan kalau dia punya saudara kembar rasanya itu tak mungkin." Panji mendecak kesal.
"Terserah kau saja, aku ingin kau berhati-hati. Dia tampaknya bukan musuh yang mudah kau kalahkan." komentar Panji.
"Ah, jangan kau pikirkan. Ingatlah aku ini sudah berpengalaman. Dia itu hanyalah masalah kecil, akan kubuat dia menderita bahkan mati tetapi akan kupastikan dia sengsara secara perlahan." sahut Kessi enteng. Seringai licik tampak jelas di wajahnya.
"Heh, kau terlalu meremehkan musuhmu." ejek Panji sebal.
Keesokan harinya, pagi itu Kessi tiba di apartement milik Saga. Sungguh keberuntungan, Panji mengetahui alamat apartement Saga dalam memata-matai Lisa. Kessi berdecak kagum ketika dirinya masuk ke bangunan apartement Sun and Moon.
Apartement mewah yang diimpikan oleh Kessi sejak dulu dan sekarang dia memasukinya. Baginya ini peristiwa yang sangat menakjubkan. Tahu kalau Saga mempunyai apartement membuat Kessi makin menginginkan Saga dan kekayaanya.
Sebelum itu, dia harus melenyapkan Lisa agar rencananya berjalan lancar. Kessi menuju lift dan bisa melihat lift berada di lantai mana. Lift akhirnya sampai di lantai 1 dan begitu terbuka Kessi terkejut melihat Lizzy berada di dalam lift.
Kedua mata hitamnya menatap tajam pada Kessi. "Mau apa kau ke sini?" suara sarkastik ditujukan oleh Kessi dari Lizzy menyebabkan perasaan Kessi dongkol.
"Memangnya kenapa kalau aku ingin ke apartement milik kekasihku?" Lizzy melengkungkan bibirnya.
"Benarkah? Bukankah kau sudah putus dengan Saga? kalau begitu kau tak tahu malu sekali datang ke sini!" Kessi makin jengkel.
"Berhentilah memanggilku wanita tak tahu malu!?" Intonasi Kessi yang tinggi langsung mendapat pusat perhatian dari orang-orang yang berada di dekat mereka.
"Kenapa? Aku hanya mengatakan fakta kok." balas Lizzy tenang. Pintu lift terbuka menampakkan Saga yang keluar.
"Sayang," ucap Kessi manja. Lizzy melirik, tahu dengan keberadaan Saga dia segera pamit undur diri.
"Karena kekasihmu sudah datang, sebaiknya aku pergi saja. Bersenang-senanglah kalian berdua." Lizzy membalikkan badannya menatap lurus dan berjalan melewati Saga seolah-olah tak ada orang di sana.
Saga seluruhnya pasrah dengan tatapan nelangsa yang tampak sekali di matanya saat menatap Lizzy. "Sayang," Saga memusatkan perhatian dari Kessi tetapi bukan untuk memberikannya kasih sayang namun sentuhan dingin.
Saga melepas rangkulan Kessi secara kasar, mengabaikannya serta berlalu pergi. Kessi mendecih, dia pun mencoba untuk mengejar. "Saga, maafkan aku. Aku masih mencintaimu, tolong jangan putus denganku." pinta Kessi dengan nada memelas. Sungguh Kessi adalah ratunya drama.
Kessi terus berbicara mencapai kesabaran Saga yang habis. "Diam!" Satu kata itu menghentikan suara yang keluar dari mulut Kessi. "Keputusanku sudah bulat! Kita putus hubungan!" Saga bergegas melangkah menjauh dari Kessi namun sebelum wanita itu mengatakan hal yang mengguncang dirinya.
"Apa kau tak mau melihat foto istri kesayanganmu itu bersama dengan seorang pria?"
💟💟💟💟
Lizzy merasa lelah sekali. Dari tadi dia mempunyai pekerjaan yang menguras energi ditambah George mengamuk tak terima perusahaannya jatuh dan melempar tuduhan kepada pasangan Anderson.
Alhasil, karyawan yang mendapat akibatnya. Lizzy baru sadar kalau saat ini lampu di apartement tersebut tidaklah terang seperti biasa layaknya diatur menjadi redup sehingga penglihatan menjadi kurang jelas. "Bibi Santi!" panggil Lizzy.
Tak ada suara sama sekali. Keheningan menyelimuti ruangan dan yang ada hanya bunyi langkah kakinya. Dia menapaki jalan menuju ruang tamu dan menemukan seorang pria yang amat dia kenal. Sudah pasti, dia adalah Saga.
"Di mana Bibi Santi?" Saga menengadah menatap tajam kepada Lizzy yang dengan tenangnya membalas pandangan itu.
Saga berdiri dan melempar banyak foto yang diberikan padanya dari Kessi. "Apa maksudnya semua ini? Jadi semalam kau meninggalkanku demi pria lain!?" bentak Saga meledakkan emosinya yang tertahan.
Lizzy menangkap salah satu foto dan tersenyum remeh melihat dirinya bersama sang bos yang tengah makan. "Kau masih istriku! Apa pantas kau berjalan dengan seorang pria?!"
"Apa pantasnya kau memarahiku sedangkan kau juga berselingkuh secara terang-terangan?!" balas Lizzy.
"Memangnya kenapa kalau aku mempunyai kekasih lain toh kita juga akan berpisah dan pastinya kita akan menjalani kehidupan masing-masing!" lanjutnya kali ini Lizzy memakai nada rendah.
"Jangan bicarakan soal perpisahan di depanku!" makin keras saja suara Saga.
"Mengapa? Bukannya kau yang menginginkan kita bercerai? Oh ataukah kau.."
"Diam!!" suara nyaring Saga menggelegar di seisi ruangan tetapi sama sekali tak menyudutkan Lizzy.
"Kau memang egois." Belum berbalik, pergelangan tangan Lizzy dicekal Saga yang langsung menariknya kasar dan tertidur di sofa.
"Biar aku membuktikan padamu bahwa kita adalah suami istri!" Saga lantas mencium bibir Lizzy penuh napsu. Memberikan beberapa sentuhan di tubuh Lizzy yang juga kasar.
Sesekali Lizzy mengeluarkan rintihan kesakitan namun sama sekai tak digubris oleh Saga. "Hentikan jangan robek bajuku!" Lizzy berusaha menahan tangan Saga yang menarik baju yang Lizzy kenakan.