Di tempat lain, Kessi tersenyum puas. Puas karena bisa membuat Saga dan Lizzy yang dia kira adalah Lisa bertengkar. Dia berpikir pasti tadi malam keduanya bertengkar hebat lalu Lizzy mendapat penyiksaan.
Sebenarnya, Kessi agak ragu dikarenakan sifat Lizzy namun masa, seorang gadis mungil seperti Lizzy bisa mengalahkan Saga? itu sepertinya tak mungkin.
"Kessi, kenapa kau senyam-senyum seperti itu? Apa ada yang membuatmu senang?" tanya Panji. Selain menjadi mata-mata untuk sepupunya itu, dia juga menjadi supir pribadi Kessi.
"Iya, berkat fotomu aku yakin Saga dan istrinya pasti sedang bertengkar hebat. Hubungan mereka memburuk sekarang." Panji memutar matanya bosan.
"Kessi, jangan senang dulu. Kemungkinan saja tak sesuai ekspektasimu." tegur Panji.
"Ah, kau saja yang terlalu pesimis." balas Kessi sewot. Panji pun hanya bisa membuang napas kasar. Bukannya didengar malah dapat sewotan.
"Eh, jam kerjamu sudah selesai bukan? Ayo kita pulang aku capek nih." pinta Panji.
"Kalau kau mau pulang, pulang saja sendiri. Aku mau ke toko kue, beli kue kesukaan Saga." Panji mendecak kesal.
"Kapan sih kamu dewasa dan berhenti dari permainan ini? Kau sudah mendapatkan semuanya tetapi masih belum puas, Apa kau tahu semua konsekuensi yang akan kau dapatkan ketika semua tak berjalan lancar?!" Kessi mendecih.
"Kalau kau tak mau ya bilang saja, tak usah memarahiku. Aku pergi dulu." Panji mendengus kesal melihat kepergian Kessi. Walau Kessi adalah orang yang buruk di mata Panji, tetapi Kessi juga adalah keluarga Panji. Salahkah jika Pandi khawatir terhadapnya?
💟💟💟💟
Kessi tersenyum lebar begitu sampai di perusahaan Saga. Dia lalu berjalan angkuh menuju ruangan kerja milik kekasihnya setidaknya itu yang Kessi pikirkan.
Dia akhirnya sampai dan mendekati sekertaris Saga yang memandangnya dengan tatapan jijik. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya sekertaris Saga memakai nada tak ramah.
"Katakan padanya bahwa kekasihnya datang," balas Kessi. Dia tak memusingkan tatapan dan sifat sekertaris Kessi. Pikirannya melamun bagaimana melihat reaksi Saga tentang dirinya yang datang menghibur.
"Maaf, CEO tak ingin diganggu oleh siapapun. Dia sedang sibuk." Kessi menunjukkan raut wajah amarah.
"Apa benar dia sibuk atau kau tak mengatakan bahwa kekasihnya yang datang?" Sekertaris Saga melempar pandangan tajam kepada Kessi.
"Maaf, Nona. Anda harusnya tahu bagaimana cara bertata krama dengan baik. Saya sudah mengatakan hal yang jujur kepada CEO Saga tetapi dia memang tak ingin bertemu dengan anda." balas sekertaris Saga mencoba untuk tak terbawa emosi.
"Ah, pasti kau saja yang tak becus." Kessi melangkahkan kakinya menuju pintu dan membukanya.
"Nona, tolong jangan ganggu CEO." Perkataan Saga tak bisa digubris oleh Kessi yang sudah bergerak masuk ke dalam ruangan Saga. Sekertaris Saga pun masuk dan di dalam, Saga melihat Kessi beserta sekertarisnya, Nila datang.
Kedua mata Saga yang berwarna hitam pekat menatap dingin kepada Kessi. "Sayang, aku membawakan kue kesukaanmu. Tetapi sekertarismu ini tak ingin aku masuk."
"Lalu kenapa kau masih berani menampakkan tampangmu di depanku? Aku sudah mengatakan melalui Nila, kalau aku tak ingin kau masuk!" Tak ada kata maaf untuk Kessi. Saga sadar dengan perbuatan Kessi yang memperlihatkannya foto-foto itu dan berujung dengan Saga yang hampir memperkosa Lizzy.
Beruntung, Lizzy berhasil meloloskan diri dan bersembunyi di dalam kamarnya sendiri jika tidak, mungkin rasa bersalah Saga akan membunuh dirinya sendiri karena menyakiti gadis yang dia cintai.
"Pergilah dari hadapanku, aku tak mau melihat wajahmu di sini!" perintah Saga sambil jari telunjuknya mengarah pada pintu. Kessi menggeram.
Dalam keadaan dongkol, dia keluar dari tempat tersebut. Kue yang Kessi bawa langsung dimasukkan saja ke dalam tong sampah. Kessi membenci perlakuan Saga dan sangat tak puas dengan hal tersebut.
Untuk memuaskan moodnya yang masih setengah baik itu dia bergerak menuju apartement Sun and Moon melihat keadaan Lizzy yang Kessi yakini sedang menderita penyiksaan fisik dan batin.
Butuh beberapa jam menunggu Lizzy bahkan Saga telah pulang tetapi tidak halnya Lizzy, gadis itu masih belum pulang. Demi melihat dan mengejek Lizzy, Kessi rela kedinginan.
Jam sembilan malam, Lizzy tampak. Langkahnya bergegas memasuki apartement sambil memeluk dirinya sendiri karena dinginnya udara di malam itu.
Tiba-tiba saja dia dihadang oleh Kessi yang membuatnya enek. Kenapa? karena Kessi tak punya rasa malu. Bagaimana bisa dia memperlihatkan wajahnya setelah Kessi melakukan hal yang buruk terhadap saudaranya dan sekarang juga berimbas pada Lizzy.
"Mau apa kau?" Kessi tak menggubris. Kessi malah melihat penampilan Lizzy baik-baik. Tak ada cacat atau bekas kebiruan karena kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan Saga.
Untuk meyakinkan diri, dia menyentuh lengan Lizzy atau lebih tepatnya mencengkram. Lizzy meringis kesakitan dan menarik tangannya cepat. "Apa kau sudah gila?! Kenapa kau tiba-tiba datang untuk melihat bahkan mencengkram lenganku!"
"Tentu saja untuk melihat keadaanmu. Bagaimana mungkin kau tak terluka, aku pikir karena fotoku itu kau disiksa oleh Saga!?" Lizzy tersenyum mengejek.
"Oh jadi kau ingin melihat situasiku. Wah kau baik sekali tetapi tidak terima kasih aku tak butuh belas kasihan dari wanita yang tak tahu malu seperti kau.." Lizzy memajukan tubuhnya tanpa merubah ekspresinya sedikit pun.
Kessi terintimidasi. Karena hal itu Kessi mundur beberapa langkah. "Ya kami memang bertengkar hebat namun camkan ini baik-baik! Aku bukan yang seperti dulu lagi! Jadi jangan berharap kalau aku akan bisa disakiti oleh kalian berdua!"
Lizzy lalu menegakkan tubuhnya lalu berjalan melewati Kessi. Dengan sengaja dia menabrak pundak Kessi hingga Kessi terhuyung beberapa langkah.
"Awas kalian berdua! Akan kubuat perhitungan kepada kalian!" kata Kessi sambil memperlihatkan ekspresi murka.