Lizzy berdiri dan melangkah memberikan jarak antara dia dengan Kessi. "Dasar wanita bermuka dua! Akan kubuat Saga melihat siapa dirimu!?" teriak Kessi tersulut emosi. Lizzy mengejek, dari tadi dia menawarkan batuan dan sekarang berubah cepat dengan melawannya. Kessi sungguh hebat.
Dia memulas senyum sinis dan memutar tubuhnya, menatap angkuh Kessi yang sekarang memandangnya dengan tatapan tak bersahabat. "Kalau begitu ayo kita buktikan siapa yang terlebih dahulu membuat Saga melihat kebusukan kita berdua. Kau atau aku?" Lizzy lalu mengubah arah tubuhnya dan kali ini dia benar-benar pergi dari Kessi.
💟💟💟💟
Pintu apartement terbuka menampakkan Lizzy dengan wajah kusut. Perbincangannya bersama Kessi membuat moodnya buruk. "Nyonya sudah datang." Lizzy mengumbar senyuman palsu.
Tak seperti biasa, dia berjalan ke sofa dan mendudukan dirinya. Merasa duduk sama sekali tak membikin Lizzy nyaman, Lizzy menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang.
Di luar dugaan, kepalanya jatuh tepat di kedua paha Saga. "Hai, bagaimana kabarmu?" Lizzy mengangkat tubuhnya mau duduk tetapi tangan Saga yang kuat menidurkannya lagi.
"Jangan bertanya dulu, aku sedang bad mood." sela Lizzy melihat Saga mau membuka suara. Lizzy memiringkan tubuhnya agar tak menatap Saga lalu membuang napas. Belaian Saga di rambutnya ternyata membuat Lizzy nyaman dan tertidur pulas.
💟💟💟💟
Lizzy merutuk kesal. Kenapa dia bisa tertidur sampai pagi, di dua paha pria yang Lizzy benci lagi. Sekarang, Lizzy kelaparan dan dia tak punya banyak waktu untuk memasak.
Lizzy keluar dari kamar tergesa-gesa. Dia menemukan Santi tengah sibuk di dapur. "Nyonya, silakan makan sarapannya." ucap Santi.
Lizzy terdiam. "Kau bangun sepagi ini?" Santi memasang raut wajah heran.
"Tuan meminta saya untuk bangun pagi sekali agar membuat sarapan untuk Nyonya karena anda tak makan tadi malam." Lizzy menganggukan kepalanya perlahan.
"Lalu di mana Saga?"
"Tuan sudah pergi dari rumah. Katanya ada meeting penting." Lizzy segera memakan sarapannya dengan cepat. Dia pun sibuk hari ini karena ada salah satu calon investor yang akan bertemu dengan Lizzy.
Sesudahnya, dia langsung ke perusahaannya. "Kenapa kau sangat terlambat?" tanya Eka cepat begitu Lizzy masuk ke ruangannya. "Maaf, aku ketiduran tak sengaja." jawabnya jujur.
"Kita tak punya banyak waktu, calon investor sudah datang. Aku sudah menyiapkan semuanya kau tinggal perlu menemui dan berbicara dengannya." Lizzy pun bergerak menuju tempat yang diarahkan oleh Eka.
Sesekali Lizzy melirik kertas yang ditangan. Di sana tertulis nama George Cedric. Entah kenapa Lizzy merasa tak enak setelah membaca nama itu. "Nona Lisa," Lizzy memandang lurus kearah orang yang memanggil.
Dia adalah George Cedric, pria yang pernah bertemu dengan Lizzy sewaktu Lizzy menuju pesta. "Anda bekerja di sini?" Lizzy mengerjapkan matanya sebentar.
"Maaf saya bukan Lisa, anda salah orang.." Lizzy menangkap tatapan tak percaya dan langsung melanjutkan. "Biarkan aku memperkenalkan namaku, aku Lizzy Cetta, saudara kembar Lisa."
Seringai George tampak seketika mendengar ucapan Lizzy. "Oh, aku tak tahu dia mempunyai saudari kembar yang mempesona sepertimu." Lizzy tertawa kecil.
"Terima kasih. Kenapa anda bisa mengenal Lisa?" Lizzy berpura-pura bodoh.
"Oh kami pernah bertemu di acara perusahaan suaminya. Kau pasti tahu bukan siapa dia?" Lizzy menampilkan senyuman tanda dia mengerti siapa yang dimaksud.
"Silakan Tuan, kita diskusikan investasi.." Lizzy mematung ketika lengannya dipegang oleh George. Lizzy sedikit melirik melalui ekor matanya memandang wajah George yang terpampang mesum.
"Bagaimana kalau kita bicara diluar?" Bisikan George menyebabkan tubuh Lizzy merinding. Dia memperhatikan Eka yang juga terlihat risi dengan tindakan George kepada bosnya.
"Baiklah, hanya untuk menjelaskan semua." balas Lizzy sambil tersenyum paksa.
💟💟💟💟
Saga saat ini tengah berbincang dengan orang asing untuk keperluan perusahaannya. Karena waktu itu tengah makan siang, Saga pun mengajak beberapa orang dari luar negeri untuk makan di sebuah restoran kesukaan Saga. "Thanks for lunch, Mr. Saga." ucap si pria dari luar negeri.
"Your welcome, Mr. Sanders." balas Saga sambil semringah. Tatkala mereka mengobrol, mata hitam Saga menangkap dua orang yang dia kenal.
Saga memincingkan mata untuk melihat lebih jeli dan benar saja perkiraannya. Lizzy dan George-pria yang dikenal Saga sebagai pria yang lebih buruk darinya, tengah berjalan bersama.
Entah apa yang mereka bicarakan Saga tak tahu. Tapi satu hal yang dia dapat dari mereka melihat berdua. Lizzy saat ini tengah dalam bahaya. Saga meminta undur diri dengan sopan pada tamu perusahaannya dan berjalan mengikuti mereka dari belakang.
Saga terus membuntuti hingga mereka keluar dari mall menuju mobil yang segera bergerak pergi dari tempat tersebut. Saga tak berhenti menguntit mereka sampai mobil yang ditumpangi oleh Lizzy dan George berhenti di sebuah hotel bintang lima.
Dari kejauhan, Saga bisa melihat Lizzy dipaksa turun dengan baik-baik. Saga yakin Lizzy mempunyai pikiran yang sama dengannya tetapi karena tak mempunyai pilihan lain, Lizzy menyerah dan turut masuk.
Saga cepat-cepat memarkirkan mobil lalu masuk dengan tergopoh-gopoh di hotel. Beruntung, dia tidak kehilangan jejak dan berpura-pura booking. Jarak diantara Saga dan kedua orang yang dia ikuti cukup dekat.
Saga dapat memperhatikan juga kalau saat ini Lizzy risi ditatap oleh George yang mesum. Mereka berdua lalu berjalan masuk ke dalam lift menuju lantai tiga. Lizzy merasa makin tak enak tetapi dia masih menunjukkan ketenangan.
Lizzy lalu dipersilakan masuk ke salah satu kamar. "Tuan George, kenapa anda meminta saya untuk masuk ke kamar ini?" tanya Lizzy.
George sama sekali tidak berbicara tetapi pandangannya dan seringai itu telah mengartikan semuanya bagi Lizzy. "Nona Lizzy, aku akan menanam investasi jika kau memberikan service padaku."
"Service?"
"Ya, service." pria itu dengan tak tahu malu memeluk Lizzy dan mencoba mencium gadis itu. Lizzy memberontak sekuat tenaga, mendorong George sampai dia terjungkal jatuh ke belakang. Kesempatan tersebut tak disia-siakan oleh Lizzy.
Dia keluar dari kamar hotel, membuka sepatu hak tinggi dan berlari sekuat tenaga agar menjauh. Lizzy bisa mendengar umpatan kasar dari George yang mengejarnya sekarang.
Tiba-tiba saja, seseorang menarik lengan Lizzy cepat. Sigap, Lizzy meronta-ronta hendak melepaskan diri. "Ini aku," Lizzy berhenti.
Dia mendongak menatap Saga yang menampakkan raut wajah khawatir. Hati Lizzy seketika teduh, dia segera memeluk Saga. Tubuhnya bergetar hebat karena kejadian yang dialaminya. Air mata pun merembes keluar.
Saga nyaris bertanya namun melihat gadis itu tengah terguncang, dia hanya membiarkan Lizzy memeluk tubuhnya erat. Lama kelamaan, napas Lizzy menjadi teratur begitu juga dengan gemetaran yang melanda badan Lizzy lenyap. "Sudah baikan?" Lizzy mengangguk dalam pelukan.
"Kalau begitu ayo kita pergi selagi bisa." Saga melerai pelukan dan mengendap diam-diam keluar dari kamar hotel. Tak melihat keberadaan George, Saga dan Lizzy cepat masuk ke dalam mobil Saga.
Mobil mewah itu pun meluncur pergi dari hotel. Suasana kurang enak terasa menyelimuti mobil itu karena keduanya tak berbicara sepatah kata pun. "A-apa kau sudah baikan?" Saga mencomel pada diri sendiri.
Pertanyaan yang dilontarkan terdengar bodoh di telinga Saga. Sudah pasti dia tahu jawabannya kenapa harus bertanya? "Ya, aku baik-baik saja. Tuan Saga, terima kasih sudah menolongku kalau anda tak datang entah bagaimana diriku sekarang." kata Lizzy mengucapkan dengan tulus.
Seorang wanita mana yang tak ketakutan jika berada di posisi Lizzy? "Sama-sama." balas Saga singkat.
"Oh ya, kenapa anda berada di hotel? Apa anda.." Nada curiga disematkan oleh Lizzy ketika dirinya mengatakan hal demikian.
"Jangan berprasangka buruk, aku melihat kalian di mall dan langsung mendapat firasat buruk maka aku mengikuti kalian dengan cepat. Syukurlah aku datang tepat waktu." Karena Lizzy tak berkata apa-apa lantas Saga melanjutkan.
"Lain kali kau berhati-hatilah dengan George, dia itu adalah buaya darat dan seorang hyper seks. Kalau kalian bertemu lagi, kau abaikan saja dia mengerti." Lizzy hanya bergumam ya.
"Tapi kenapa kamu tahu tentang George, apa kau.." Lagi-lagi Lizzy curiga membuat Saga gelagapan.
"Dia itu juga pernah jadi patner kerja Ayahku, itu sebabnya aku tahu bagaimana sikapnya." sela Saga. Dering telepon Lizzy berbunyi menandakan ada telepon masuk.
Gadis itu berkeringat dingin melihat nama bos di layar teleponnya. Bimbang, Lizzy menerima telepon tersebut. "Halo, bos."
"Kamu ada di mana sekarang?" Lizzy menjadi cemas.
"Sedang dalam perjalanan," balas Lizzy gugup.
"Baguslah, datang ke perusahaan ada urusan penting yang aku tanyakan padamu." telepon pun ditutup tiba-tiba makin menyebabkan Lizzy gelisah tak karuan.
"Kau mau kemana pulang atau.."
"Ke perusahaan. Bosku ingin bertemu denganku." kata Lizzy. Saga terdiam sebentar menatap bertanya seperti mengatakan apa kau yakin? Hasilnya Lizzy hanya diam. Pikirannya melambung tinggi sementara wajahnya pucat pasi.
Saga kemudian menuruti perkataan Lizzy menambah kecepatan menuju A&M Corp. Sesampainya, Lizzy keluar dari mobil Saga mengucapkan terima kasih lalu melangkah gontai masuk ke perusahaan.
Seperti yang disangka oleh Lizzy, George sampai duluan dengan senyuman penuh kemenangan tercetak yang berarti adalah tamatlah riwayat Lizzy.
Di depan George ada Dan beserta Zayn menatapnya penuh intimidasi. "Duduklah." Lizzy berwajah lesu duduk menunduk di samping George.
"Katakan yang sejujur mungkin, apa kau dan George pergi keluar dari tadi?" tanya Dan dengan tatapan yang tak lepas dari Lizzy. Lizzy mengangguk lemah.
"Apa benar kalian pergi ke hotel?" Lizzy mengangguk sekali lagi.
Plakk!!!
Lizzy terkejut bukan main pasalnya bukan dia yang ditampar melainkan George yang terhenyak karena tamparan keras dari Dan. "Berani-beraninya kau memperlakukan Direktur Utama kami sebagai seorang pelacur?! Kau sama saja tak menghargai kami M&A Corp Tuan George!"
George menggebrak meja seraya memandang angkuh Dan. "Justru sayalah yang harus marah di sini. Saya katakan yang sebenarnya karena dia telah menggoda saya tetapi apa ini saya mendapat tamparan dari anda!?" bentak George.
"Omong kosong! Apa kau pikir aku akan percaya padamu! Aku sudah mencari tahu tentangmu dan mengetahui semua sifat burukmu! Sekarang pergi dari sini!?" George terlihat meradang.
"Baiklah kalau itu maumu, nanti kau akan menyesal karena telah membela karyawanmu dari pada aku! Lihat saja nanti!?" George pergi dengan keadaan berang.
"Nona Lizzy, apa kau baik-baik saja?" Lizzy mendesah lega dan mengangguk.
"Terima kasih ya Tuan, saya pikir saya akan dipecat." ucap Lizzy.
"Lain kali kalau dia macam-macam atau bertemu denganmu lagi, tak usah sungkan melaporkan kepada polisi."