Chereads / Kesalahan Termanis / Chapter 39 - Terpesona?

Chapter 39 - Terpesona?

"Tunggu aku!" seru Saga. Dia berlari cepat menghampiri Lizzy dan ikut menyamakan langkahnya. "Apa kau lapar? Kita makan dulu, aku takut nantinya sakit maagmu itu kambuh."

Lizzy awalnya tak ingin menggubris tetapi perutnya tak bisa diajak bekerja sama. Gadis itu merasa lapar. "Baiklah ayo kita makan." kata Lizzy menurut lalu menarik tangan Saga menuju tenda makanan.

Karena temanya nusantara jadi makanannya dari lokal. Lizzy tak memilih makanan, baginya apa yang sudah ada di depan harus di makan demi kesehatan tubuhnya. Terbukti, Lizzy menyantap gado-gado dengan lahap.

Untuk sekarang dia menjaga kesopanan mengingat dia ada luar rumah. "Apa kau tak menghabiskannya?" tanya Lizzy kepada Saga. Sepasang matanya berwarna hitam menatap penuh minat gado-gado Saga yang tak tersentuh sekalipun.

"Kau mau?" Lizzy mengangguk tanpa merasa malu. Saga memberikan Lizzy gado-gadonya. Sejurus kemudian, dua piring kosong berada di depan Lizzy.

"Enak sekali." kata Lizzy. Dia mengelap bibirnya yang agak kotor terkena saus kacang selagi Saga membayar dua porsi gado-gado.

"Ayo kita jalan-jalan." kata Saga sesudah dirinya berada di dekat Lizzy. Lizzy menyipitkan matanya.

"Jangan dulu ah, aku sedang kenyang nih." Saga berdecak. Salah satu tangan Lizzy ditariknya sampai gadis itu berdiri kemudian mendorongnya menuju salah satu kios yang menjual pernak-pernik selain itu masih banyak lagi barang yang dijual.

Saga mengambil sebuah topi dan dikenakannya pada Lizzy. "Kau ingin apa sih?" tanya Lizzy muak diperlakukan Saga layaknya boneka. Saga tak menjawab karena lebih memperhatikan penampilan Lizzy dengan topi.

Dia menggeleng lalu meletakkan topi itu. Saga mengambil lagi sebuah topi memakaikan lagi ke kepala Lizzy. Lizzy tak tahan. Dia segera mengambil topi yang bertengger di kepalanya lalu melemparnya ke arah Saga yang dengan cekatan menangkapnya. "Kau ini mau apa sih?!" hardik Lizzy keras.

Lizzy tak peduli jika dia dipandang aneh oleh para pengunjung, yang dia inginkan hanyalah jawaban dari Saga yang membuatnya jengkel. "Kau bilang kau kepanasan, jadi aku akan membelikanmu topi mana yang kau suka?" tanya Saga sejurus kemudian setelah menuturkan keinginannya.

Lizzy tertegun, mengerjapkan matanya dan mendekat ke tempat aneka topi digantung. Agak ragu, Lizzy mengambil sebuah topi yang dia sukai. Dipakainya lalu menatap enggan kepada Saga. "Aku suka yang ini."

Senyum Saga melebar, dia membayar lalu menarik tangan Lizzy menuju toko lain untuk membeli kipas kecil elektronik. "Aku tahu kamu tak punya kipas yang seperti ini. Pilihlah biar aku yang membayar." Kali ini tatapan Lizzy meremehkan.

"Oh ya, jadi kau tak keberatan kalau aku memorotimu lagi." sahutnya dengan seringai.

"Pada awalnya ya tetapi aku berpikir kau adalah istriku jadi akan lebih baik aku membagi hartaku padamu." Lizzy menganggukan kepalanya namun masih menampilkan senyum mengejek.

Dia mengambil sebuah kipas biru berwarna biru. Menyalakannya lalu pergi membawa serta kipas itu. Tanpa mengatakan, Saga sudah tahu Lizzy menginginkan kipas tersebut.

Saga segera membayar dan berlari kecil menghampiri Lizzy, tak ingin kehilangan jejak di tengah kerumunan orang-orang. "Aduh kenapa masih panas sih?! Aku sudah membeli kipas dan topi tetapi panas ini benar-benar membuatku gerah." kata Lizzy berbicara pada diri sendiri.

"Apa kau mau makan es krim?" tawar Saga mendengar ucapan Lizzy. Gadis itu lekas menggerakkan kepala ke bawah tanda dia setuju.

"Baiklah, tunggu sebentar di sini." Dalam sekejap Saga hilang dari jangkau pandang Lizzy. Lizzy lalu buru-buru menuju pepohonan dekat tempatnya berdiri untuk berteduh.

Setelah beberapa menit Saga tak kelihatan, Lizzy mulai gelisah. Jangan pikir kalau dia khawatir dengan Saga, Lizzy malah mencemaskan es krim yang dibeli Saga takutnya akan mencair sedang di tempat itu Lizzy kehausan ingin cepat mencicipi es krim.

"Maaf membuatmu menunggu lama." Lizzy mengalihkan pandangan pada Saga atau lebih tepatnya pada es krim. Seperti anak kecil, Lizzy menerima es krim dengan gembira dan lahap menjilatnya.

"Kenapa kamu lama sekali sih? Hampir saja aku mati kepanasan di sini!" gerutu Lizzy sambil menikmati es krim.

"Maaf, dari tadi aku ketemu sama pria asing. Dia tak punya uang jadi aku traktir saja dia. Kalau tak salah namanya Dimas." Lizzy bertanya tetapi dia tak memperhatikan.

Saga mendengus kesal karena sikap Lizzy, sesaat kemudian segaris senyuman nakal ditampakkan. Tiba-tiba, Saga menjilat es krim yang berada di tangan Lizzy. Lizzy terperanjat soalnya dia juga menjilat es krim-nya. Lidah mereka nyaris bersentuhan.

"Enak sekali." kata Saga menggoda. Wajah Lizzy memerah entah karena marah atau tersipu malu, yang jelas dia memberikan pukulan keras di pundak Saga.

Saga hanya terkekeh, senang karena bisa membuat Lizzy merona. Tak tahan dengan Saga yang tertawa, Lizzy mengarahkan penglihatannya ke tempat lain lalu berdeham.

"Setelah ini kita mau kemana?"

"Habiskan dulu es krimnya baru kau akan tahu kita akan kemana." balas Saga kini dia berkonsentrasi dengan es krim di dalam genggaman.