Lizzy mengendarai menuju rumah orang tuanya. Beberapa hari yang lalu, dia tak bisa bertemu mereka sehingga Lizzy menjadi tak tenang. Tak tenang karena informasi yang dia dapat tentang Lisa.
Mobil yang dikendarai oleh Lizzy berhenti tepat di depan rumah Ayah dan Ibunya. Melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah mereka, Ibu Lisa otomatis keluar dari rumah menyambut hangat kedatangan Lizzy.
Di dalam rumah, Ayah kembali menyambutnya. "Lizzy, apa kau lapar? Ibu buatkan makanan untukmu ya!" Lizzy hendak menolak tapi Ibunya terlanjur pergi ke dapur.
"Sudahlah biarkan saja Ibumu Lizzy, wajar karena dia tahu kondisi tubuhmu." Lizzy tersenyum hambar mendengar ucapan sang Ayah.
"Maaf ya Ayah, sudah merepotkan kalian." Ayah menggeleng mendengar ucapan bersalah Lizzy.
"Kau sama sekali tak salah, Lizzy. Bagaimana kabarmu? Kau tak diapa-apakan oleh pria brengsek itu bukan?" Lizzy tergelak kemudian menggeleng.
"Walau ada beberapa masalah tapi aku baik-baik saja." Percakapan mereka terhenti saat Ibu Lizzy datang dengan membawa cemilan.
"Makanlah, ini anggap saja sebagai pengalas perut. Nanti Ibu buatkan makanan untukmu tunggu ya nak!" Lizzy tak mengatakan apa-apa dan menatap terus pada sang Ibu.
Dia kemudian beralih pada Ayahnya kembali yang segera melempar beberapa pertanyaan. "Apa maksudmu dengan beberapa masalah? Dia menyakitimu begitu?" Lizzy menggeleng dengan cepat.
"Pria brengsek itu memang berulah tapi tak sampai menyakitiku secara fisik." balas Lizzy tenang. Ayah Lizzy menghela napas berat. Dia juga resah memikirkan anak gadisnya yang berpura-pura menjadi Lisa demi membalas dendam pada Saga.
Seharusnya dia tak membiarkan hal ini terjadi. Takutnya Saga akan melakukan sesuatu yang buruk pada Lizzy dan lebih buruk lagi Lizzy akan bernasib sama seperti Lisa.
"Lizzy, bisakah kau mempercepat rencanamu? Jujur, Ayah khawatir sekarang dengan keadaanmu karena kau terus bertemu dengan Saga. Ayah takut kalau kamu ...."
"Ayah jangan khawatir." potong Lizzy. Lizzy tahu tentang pikiran Ayahnya yang jelas tergambar dari raut wajahnya.
"Aku bisa menjaga diriku. semuanya akan baik-baik saja." lanjutnya. Pria paruh baya tersebut kembali membuang napas kasar dan memandang cemas pada Lizzy.
"Ayah percaya padamu Lizzy, tapi satu yang Ayah pinta sama kamu. Kamu harus tetap sama pendirianmu dan jangan terlalu terhanyut dalam permainanmu sendiri. Jika tidak, maka permainanlah yang akan mengendalikanmu bukan kau. Kau mengerti apa yang Ayah katakan bukan?" Lizzy mengangguk tegas.
"Ayah, Lizzy ayo makan siang!" Lizzy dan Ayah sama-sama menoleh ke arah dapur. Mereka kemudian berdiri lalu berjalan menuju meja makan untuk makan siang bersama.
Sekitar jam 7 malam Lizzy baru pulang karena menjenguk Lisa bersama orang tuanya di rumah sakit. Wajahnya terlihat sangat kelelahan. "Dari mana saja kau?" Lizzy membuang napas kasar dan memandang malas pada Saga.
Pria itu dengan angkuh berjalan menghampiri Lizzy. "Kau tak bertanya pada seorang pelayanmu, aku mengatakan aku ingin pergi ke rumah teman dan orang tuaku." balas Lizzy ketus. Kedua matanya memincing pada Saga.
"Bukankah sudah kubilang kalau kau tak boleh kemana-mana tanpa ijinku. Kenapa kau masih saja membelot!" kata Saga memarahi Lizzy. Lizzy makin kesal saja mendengar kemarahan Saga.
Tapi karena dia lelah, Lizzy tak menggubris dan meninggalkan Saga tanpa menghiraukan panggilan Saga yang dipenuhi dengan amarah. Dia menutup kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Beberapa menit terdengar suara ketukan. Lizzy bangun dengan malas dan membuka pintu kamarnya. Dia mendapati sosok seorang pelayan dengan membawa nampan berisi makanan. "Nyonya ini makan malamnya." Alis Lizzy bertaut tapi dia menerima makan malamnya.
"Terima kasih ya, tumben sekali." gumam Lizzy. Pelayan tersebut tak bergeming dari tempat berdirinya sambil menggumam tak jelas.
"Sebenarnya Nyonya, Tuan yang menyuruh saya untuk membawakan makanan untuk Nyonya.." Lizzy menoleh pada si pelayan yang menampakkan raut wajah cemas karena tatapan penuh intimidasi dari Lizzy.
"Dia bilang makanan ini adalah rasa terima kasihnya karena anda telah memasak sarapan untuknya." lanjutnya setelah lama menjeda. Lizzy mengulang kata sarapan kemudian berpikir. Apa Saga memakan sarapan nasi campur yang dibuat oleh Lizzy?
💟💟💟💟
Catatan Author :
Hai readers! Apa kabar semuanya? Mudah-mudahan baik-baik ya! Makasih karena udah mau baca, vote dan komennya. Nah, author mau bilang nih author akan tarik Secret Marriage dari peredaran setelah cerita Secret Marriage di Wattpad berakhir.
Jadi harap maklumi ya kalau tiba-tiba saja Secret Marriage tak bisa dibaca. Tapi untuk sementara waktu masih belum karena masih tahap proses dan jika readers rindu sama ceritanya Wenda dan Axton lalu ceritanya tak bisa dibuka silakan cek ke Wattpad karena di sana ada versi terlengkapnya dengan judul Pernikahan Kontrak.
Sudah tahu ya akun author!
See you in the next part!! Bye!!