Chereads / Kesalahan Termanis / Chapter 21 - Perhatian (2)

Chapter 21 - Perhatian (2)

Lizzy terus menapaki jalan dengan mata kosong. Dia larut dalam pikirannya sendiri yang frustasi mendengar kabar buruk. Sungguh tak bisa dipercaya tapi jika Lisa yang terlihat seperti wanita baik-baik bisa melakukan hal yang di luar pemikiran Lizzy.

Tapi jika diingat, Lisa pernah menyakiti dirinya sendiri karena depresi dan nyaris merenggut nyawanya. Mungkin hal ini pula yang menjadi faktor pendorong Lisa untuk ikut juga menikmati barang haram itu.

Angin bertiup dengan kencang tak menyurutkan langkah Lizzy, begitu juga dengan hujan rintik yang perlahan turun dan semakin turun dengan derasnya. Lizzy akhirnya berteduh di sebuah toko yang hanya memiliki sedikit tempat untuk berteduh dan disitulah Lizzy, termenung kembali sembari menunggu hujan reda.

Ponsel Lizzy berbunyi tiba-tiba. Gadis itu segera mengangkatnya. "Halo," ucap Lizzy serak. "Halo, Lizzy." Suara Lisa membalas. Nadanya tampak cemas.

"Kau ada di mana sekarang? Kami mengkhawatirkanmu di sini." katanya lagi. Lizzy menghela napas berat, itulah kebodohannya. Pergi tanpa minta ijin sudah pasti membuat keluarganya cemas.

"Maaf, aku sedang banyak pikiran dan ingin sendiri dulu. Katakan pada mereka permintaan maafku dan aku juga langsung pulang karena cuacanya buruk." balas Lizzy. Dari telepon Lizzy bisa mendengar napas lega.

"Syukurlah, tapi Lizzy jawablah yang jujur." Lizzy menggumam sebagai tanda menyilakan Lisa untuk bertanya. "Kau memang ingin pulang karena cuacanya buruk atau karena tak ingin bertemu denganku?" Lizzy terdiam sejenak. Keheningan di antara keduanya membuat Lisa tertawa garing.

"Aku tahu kau pasti kecewa denganku mendengar berita itu, aku pun tak akan membela jika kau marah padaku. Aku pantas mendapatkannya." kata Lisa. Lizzy termenung sesaat dan membuka suara.

"Kenapa kau tak membela dirimu sendiri? Apa berita itu benar?" Lisa tersenyum miris mendengar terkaan Lizzy.

"Semua itu terserah padamu jika kau lebih mempercayai berita itu ketimbang aku. Menurutmu mana yang lebih benar?" Lisa menutup teleponnya kembali membiarkan Lizzy memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

Jam 4 sore, Lizzy terus berada di tempat itu dikarenakan hujan yang tak kunjung berhenti. Beberapa orang yang melewatinya melirik sekilas pada Lizzy. Tapi tak seorang pun dipedulikannya. Sementara Lizzy terus memikirkan Lisa.

Dia tak sadar ada seseorang yang menghampirinya dan memayungi Lizzy dengan segera. Lizzy tersadar saat merasakan rintikan hujan tak mengenai tubuhnya lagi dan menemukan sosok pria yang dia kenal.

"Kenapa kau berdiri di sini? Kau tak takut sakit? Kenapa kau tak menghubungiku kalau kau terjebak hujan?" Semua pertanyaan tersebut keluar dari mulut Saga. Pria itu secara tak sengaja menemukan Lizzy yang berdiam diri.

Menatap wajah Saga, Lizzy tiba-tiba muak mengingat kalau Saga adalah alasan Lisa memakai obat-obatan terlarang. Dia lalu melangkah berusaha untuk menjauhi Saga. "Hei kau mau kemana?" tanya Saga setengah berteriak.

"Pergilah! Urus saja wanita jalangmu itu!" usir Lizzy tak berperasaan. Baru tiga langkah dia menjauhi Saga, perutnya dilanda rasa sakit yang luar biasa. Lizzy baru sadar dia belum pernah makan dan akhirnya penyakitnya kambuh.

Lizzy merintih kesakitan dan tubuhnya limbung hampir membentur tanah jika saja Saga tak mencegah tubuhnya. Payung yang awalnya dipegang oleh Saga sudah jatuh ke tanah karena tindakan Saga. "Sakit!" rintih Lizzy. kedua tangannya yang mencapai jas Saga dicengkram kuat karena rasa sakit yang luar biasa.

Tanpa mempedulikan hujan deras yang mengguyur tubuh keduanya, Saga menggendong Lizzy dan membawanya masuk ke dalam mobil menuju rumah sakit. Erangan Lizzy membuat Saga memacu kecepatan mobilnya dengan cepat walau dia juga harus mematuhi aturan rambu-rambu lalu lintas.

Sesekali dia melirik Lizzy yang memperlihatkan mimik kesakitan yang teramat sangat. Tanpa sadar salah satu tangannya yang bebas menggenggam hangat tangan Lizzy yang dia bisa raih.

Sampai di rumah sakit dan sebelum mendapat parkiran dia berhenti tepat di depan bangunan. Saga mengeluarkan Lizzy dari mobil dan menggendongnya lagi lalu masuk dengan berteriak.

"Tolong!" salah satu perawat segera menghampiri Saga yang basah kuyup. "Suster, istri saya kesakitan tiba-tiba." ucap Saga. Perawat tersebut memandang sekilas pada Lizzy yang berada di gendongan Saga dan kembali memandang Saga.

"Silakan." keduanya berjalan masuk ke UGD dan membaringkan Lizzy di salah satu ranjang yang tersedia bersama dengan pasien-pasien lain. Tak menunggu lama seorang dokter menghampiri mereka.

"Pasien ini kenapa?" tanya dokter tersebut sambil memeriksa keadaan Lizzy.

"Perutnya mendadak sakit dok." sahut si perawat. Dokter itu lalu memandang Saga.

"Anda wali si pasien?" Saga sontak mengangguk. "Iya dok, saya suaminya." balas Saga menampakkan raut wajah cemas. Tangan Saga terus menggenggam tangan Lizzy.

Tidak bertanya banyak hal si dokter memandang pada perawat. "Ambilkan obat penenang dan setelah pasien tidur, pasangkan infus dan beri obat yang nanti akan saya beri." Perawat tersebut segera mengikuti ucapan si dokter dan memberikannya sebuah obat penenang.

Dia menyuntikkan cairan itu kepada Lizzy dan perlahan Lizzy tenang lalu akhirnya tertidur karena obat yang diberikan dokter. Tangan Lizzy yang awalnya meremas kuat tangan Saga perlahan kendur. "Permisi.." Saga menoleh pada si dokter.

"Saya ingin bicara dengan anda. silakan ikuti saya." Saga menurut dan keluar dari UGD menuju ruangan dokter.

"Saya sudah memeriksa istri anda dan istri anda memiliki riwayat penyakit lambung yang cukup parah. Kemungkinan, dia tak mengatur jadwalnya untuk makan sehingga penyakit lambungnya kambuh lagi. Untuk itu Pak.." Dokter itu berhenti tak tahu memanggil Saga dengan nama apa.

"Saga." kata Saga memperkenalkan diri. "Pak Saga harus perhatikan waktu makan istri anda, harus diatur agar jangan sampai terjadi kejadian ini lagi." lanjutnya.

"Terima kasih dok. Saya akan ingat baik-baik ucapan dokter" ucap Saga serius.