Lizzy terus berjalan menapaki koridor menuju balkon dengan kue yang berada di atas piring. Dia tak tahu kalau Saga mengejarnya dan terkejut saat lengannya ditahan. Dia menoleh dan mendapati raut wajah kelelahan Saga.
Entah itu karena terlibat permainan panas dengan Kessi atau mengejarnya, Lizzy tak ambil pusing dan ketidak sukaan Lizzy tampak sekali di wajahnya.
"Ada apa?" Saga mengerjapkan matanya dan melenguh lirih. Saga tengah mencari jawaban yang tepat kemudian bersidekap dada, "Justru aku yang harus bertanya kau ingin ke mana?"
"Apa urusannya denganmu kalau aku pergi ke mana?!" balas Lizzy sewot. Sebenarnya apa yang sih diinginkan oleh Saga darinya? Bukankah dari tadi dia tengah "bermain" dengan Kessi? Dia seharusnya tak memperdulikan Lisa karena lebih senang bermain dengan jalang itu.
"Karena kau adalah istriku." Lizzy berdecak kesal. Dia muak dengan ucapan Saga yang mengatakan alasan bahwa dia adalah istrinya.
"Istri lagi, istri lagi! Sejak kapan kau begitu peduli padaku? Kita juga sebentar lagi akan berpisah!" Lizzy kembali berjalan setelah mengatakan hal tersebut. Tanpa menghiraukan Saga yang mengejarnya, dia mulai memakan kue di piringnya.
Lizzy menggerutu kesal, kenapa makan satu potong kue sangatlah sulit. Kalau dia tak bisa mengisi perutnya, bisa-bisa penyakitnya kambuh. "Bisakah kau jangan terus makan! Kau tak takut gemuk apa?!" Lizzy kembali memandang Saga dengan pandangan tak suka.
Hendak menghardik Saga tapi usahanya di cegah oleh sekertaris Ayah Saga yang tiba-tiba saja datang menghampiri keduanya. Beruntung saat itu Lizzy menyelesaikan kegiatan makannya. Keduanya dipanggil untuk mengantar sang Ayah karena sebentar lagi acara akan selesai.
Lizzy dan Saga menurut saja dan melakoni akting pasangan yang bahagia. "Hati-hati di jalan Ayah," ucap Lizzy sambil tersenyum manis pada Ayah Saga ketika dia berhadapan dengan pria paruh baya tersebut. Ayah Saga merespon dengan senyuman lebar.
Ayah Saga pamit dan akhirnya pergi dari tempat itu. Beberapa tetamu yang hadir telah pulang menyisakan segelintir orang. "Kau mau ke mana?" Lizzy mendengus dan memalingkan wajahnya pada Saga.
"Tentu saja mau pulang, mau apa lagi di sini?" Saga membuka mulutnya hendak bersuara tapi langsung terpotong dengan suara manja Kessi yang memanggilnya.
Wanita itu sudah memperbaiki penampilannya dan sekarang tengah menggelayut manja pada Saga. "Kenapa kau meninggalkanku? Aku mau pulang antar aku ya." pintanya dengan nada manja pada Saga.
Saga tak merespon dan menoleh pada Lizzy yang bersidekap dada. Dia juga memalingkan wajahnya, malas memandang pasangan yang tak tahu malu di depannya ini. Saga membuang napas pendek dan menoleh pada Kessi. "Ayo kita pergi."
Kessi tersenyum dan menarik pria itu menjauh dari Lizzy menuju mobil SUV milik Saga. Lizzy segera bergerak menghampiri Pak Tono. Wajah pria itu terlihat bersimpati pada Lizzy. "Ayo pak kita pulang." pinta Lizzy sambil masuk ke dalam mobil.
"Baik Nyonya." jawab Pak Tono.
๐๐๐๐
Mobil yang dinaiki Saga berhenti tepat di parkiran sebuah apartement. Saga mengantar Kessi sampai ke pintu apartementnya karena diminta oleh Kessi. "Masuklah." Kessi cemberut dan mengecup bibir Saga singkat.
"Bisakah kau menemaniku di sini? Apa kau tak mau melanjutkan kegiatan kita?" Saga menggeleng sebagai respon.
"Aku lelah Kessi, aku butuh istirahat." Saga mendorong pelan tubuh Kessi agar memiliki jarak. Dia berbalik dan bergerak menjauh.
Kessi yang tak ingin Saga meninggalkannya, cepat-cepat memeluk pria itu dari belakang. "Setidaknya temani aku dulu." rengek Kessi. Saga terdiam beberapa saat dan akhirnya menuruti kemauan Kessi. Kessi menuntun Saga untuk masuk dan mengganti pakaiannya di depan Saga. Tak lupa dengan pose seksi, namun sayangnya Saga tidak berniat untuk melakukan sesuatu padanya.
Kessi menghela napas kecewa dengan sikap Saga dan sebagai gantinya, dia memeluk Saga saat dia tidur berharap bahwa Saga akan tergoda. Lagi-lagi Kessi harus menelan pahitnya kekecewaan karena sampai dia tertidur pulas Saga tak berniat untuk menyentuhnya.
Saga pulang kembali ke kediamannya dan mendapati hanya penjaga keamanan rumahnya yang senantiasa terjaga. Dia lalu bergerak ke dalam kamar Lizzy tanpa mengganti bajunya. Saga melihat sosok gadis yang dia cari tampak tertidur pulas di atas ranjang.
Didekatinya Lizzy dan duduk di tepi ranjang. Tergerak untuk membelai salah satu pipi Lizzy yang lembut, tangannya tanpa sadar bergerak mendekat awalnya. Akan tetapi pikirannya kembali melayang saat perlakuan Lizzy yang tak suka disentuh oleh Saga membuat dia mengurungkan niat.
Saga terus meneliti wajah Lizzy lekat-lekat kemudian tertawa pelan saat gadis itu menggeliat dengan gerakan lucu yang makin membuat dia terlihat manis di mata Saga. Kemudian, senyumnya tak berbekas dan tergantikan oleh tatapan iba. "Maafkan aku." gumamnya pelan.