Pagi harinya, jam 04.30 Lizzy sudah terbangun dari tidurnya. Entah karena apa? Yang jelas gadis itu segera membersihkan diri dan turun ke dapur. "Nyonya," Lizzy bergumam singkat sebagai jawaban.
Dia lalu menyalakan kompor dan juga mengeluarkan beberapa bahan seperti sayur untuk dipotong. "Nyonya, anda sedang melakukan apa?" Lizzy menoleh sebentar pada pelayan yang bertanya padanya dan kembali memandang sayur yang dia potong.
"Tentu saja untuk membuat sarapan, bagaimana kau ini!" sahut Lizzy kesal. Dua orang pelayan terkejut kemudian berpandangan satu sama lain lalu kembali berkata pada Lizzy.
"Nyonya, biarkan kami saja yang melakukannya. Anda tinggal menunggu saja." katanya dengan sopan, pelayan tersebut berhati-hati berkata karena jawaban tadi. Lizzy menoleh dan sontak menggeleng cepat.
"Hari ini aku yang masak.Kalian kerjakan saja pekerjaan rumah lainnya!" perintah Lizzy terdengar tegas sehingga mereka menurutinya. Hanya butuh setengah jam masakan Lizzy telah siap disantap. Lizzy baru sadar dia memasak dalam porsi untuk dua orang dan karena dia memiliki waktu yang tak banyak, Lizzy menyisakan makanan itu.
Jam 6 tepat, dia pergi dan memang sengaja pergi sebelum Saga bangun. Jika pria itu terbangun takutnya Lizzy tak akan bisa kemana-mana. "Nyonya mau pergi ke mana?" tanya seorang pelayan dengan nada menyelidik.
Lizzy menatap si pelayan dengan tatapan tajam. "Apa kau di suruh oleh Tuan Saga?" Pelayan menampakkan raut wajah kaget dan sekarang berusaha mencari alasan. Lizzy menghela napas, dia sudah tahu hanya dengan menatap wajah si pelayan.
"Katakan padanya, aku punya urusan penting dengan temanku dan aku akan menemui orang tuaku." Lizzy segera pergi dan menyetir mobil sendiri meninggalkan kediaman Saga.
Tak lama setelah itu, Saga terlihat turun dengan terburu-buru. Dia mendumel sendiri sambil melihat jam tangannya. "Susi, apa kau sudah memasak sarapan?" Susi selaku koki menatap pada Saga.
"Ma-maafkan saya Tuan, saya belum memasak tapi Nyonya dari tadi melarang saya masak karena dia yang memasak." Saga mengkerutkan dahinya.
"Nyonya memasak?" ulangnya masih menampakkan kerutan di dahinya. Kokinya itu hanya mengangguk pelan dan membawa makanan yang dimasak oleh Lizzy.
Terlihat seperti nasi goreng bagi Saga karena Lizzy mencampurkan telur dan beberapa sayur tapi nasi tersebut tak ada minyaknya. Saga mencicipinya sedikit dan tersenyum tipis begitu Saga mengunyah makanan tersebut.
Enak sekali
Saga dengan cepat menghabiskannya dan akhirnya pergi ke perusahaan dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. Pagi itu adalah hari yang indah untuk Saga apalagi setelah makan sarapan Lizzy.
Dia merasa senang bisa mendapat perhatian dari Lizzy walau tak bertemu dengan gadis itu. Kondisi moodnya yang baik, membuat pria itu senang bisa berbagi senyuman dengan beberapa karyawan yang dia jumpai saat dalam perjalanan ke ruangannya.
๐๐๐๐
"Ini dokumen yang kau minta, semuanya sudah kuperiksa dua kali." ucap Lizzy sambil memberikan beberapa dokumen kepada Eka. Eka membolak-balik beberapa dokumen sebelum akhirnya bernapas lega.
"Terima kasih ya Lizzy, kau mau datang dan memberikan ini padaku. Aku memang ceroboh sekali!" sahut Eka merasa bersalah. Keduanya berada di dalam sebuah kafe sekarang. Kafe tersebut adalah kafe favorit keduanya untuk nongkrong dan melepas penat setelah bekerja. Wajar karena kafe tersebut terletak tak jauh dari kantor mereka.
"Tak apa-apa. aku mengerti." balas Lizzy sambil meminum cappucino yang baru saja tiba. Tak lupa dia mengaduknya dulu.
"Bagaimana soal Lisa? " tanya Eka. Lizzy melirik Eka sekilas dan meletakkan cappucino itu kembali.
"Dia baik-baik saja sekarang, tapi masih dirawat inap." Eka mengangguk pelan dan memandang pada Lizzy lagi dengan raut wajah cemberut.
"Lizzy, kapan kau bekerja lagi? Aku rindu ketika kita bekerja bersama di kantor!" Lizzy tersenyum menanggapi ungkapan Eka.
"Benarkah? Aku pikir kau tak akan merindukan direktur yang galak ini!" ledek Lizzy pada Eka yang dilanjutkan dengan kekehan pelan. Eka makin cemberut.
"Siapa bilang?! Kau adalah bos sekaligus teman untukku! Kau memang menyebalkan tapi itulah yang aku suka darimu. Aku setiap hari berdoa untuk saudaramu agar dia sembuh dan kau bisa kembali bekerja lagi!" Lizzy mengumam pelan sebagai balasan dari Eka.
"Aku harus pergi ke sesuatu tempat. Apa tidak apa-apa aku meninggalkan dirimu di sini?" Eka awalnya menyeruput milkshake rasa vanili kemudian menjawab.
"Baiklah, pergilah jika itu memang penting." Lizzy tersenyum dan mengucapkan terima kasih lalu pergi meninggalkan Eka sendirian di kafe.