Kessi mengepalkan tangannya erat-erat, dia tahu jelas siapa yang disindir oleh Lizzy sekarang. "Tapi aku berterima kasih padanya, jika bukan karena orang itu aku tak akan mungkin jadi seperti ini." Lizzy menepuk salah satu bahu Kessi dengan memamerkan senyumnya yang menawan.
Kessi semakin geram saja melihat Lizzy yang tersenyum. Lizzy makin puas melihat muka merah Kessi yang sedang menahan amarah dan berlalu pergi untuk menikmati kue yang berada di piring kecilnya. "Anda terlihat sangat cantik, Nona." Lizzy menengadah dan menemukan sesosok pria berumur 40 tahun menghampirinya tanpa melepas pandangan dari Lizzy sekalipun.
"Terima kasih." ucap Lizzy singkat. Tangan si pria terulur kepada Lizzy, "Perkenalkan namaku George, siapa nama anda Nona?" Lizzy tersenyum dan menggapai tangan si pria untuk dijabat.
"Namaku Lisa, senang bertemu dengan anda Tuan George." balas Lizzy.
"Lisa.." George tak melepas tangannya dari tangan Lizzy. Dia malah mengangkat tangan Lizzy dan mengecup punggung tangan gadis berusia 23 tahun tersebut.
"Nama yang cantik Nona, katakan kau dari perusahaan mana?" Lizzy hanya tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata untuk menjawab. Dia tahu kalau George ingin menggodanya, terlihat sekali dari sikapnya pada Lizzy.
"Ayolah Nona jangan malu-malu, aku tahu kau.."
"Ada apa ini?" tanya Saga memotong ucapan George. Kedua matanya terus memandang tangan mereka yang tak pernah lepas. Sudah sedari tadi Saga memperhatikan tingkah Lizzy dari kejauhan dan begitu George datang menghampiri Lizzy, hatinya tak enak dan sesuai dengan kekhawatirannya dia melihat George bertingkah manis di depan Lizzy.
Tak suka melihat mereka dekat, dia lalu menghampiri keduanya. Saga membuat senyum palsu dan menarik Lizzy lebih dekat padanya. "Haha.. Tuan George aku tahu kau penyuka wanita tapi untuk yang satu ini tolong jangan merayunya dia adalah istriku."
Kedua mata George melebar mendengar pengakuan Saga yang blak-blakan sementara Lizzy terus menyantap kuenya tanpa mempedulikan ketegangan dua pria di hadapannya.
"Istrimu? Aku tak pernah tahu kau telah menikah Tuan Saga." balasnya. Saga tertawa renyah, dirangkulnya pinggang Lizzy dan kali ini Lizzy terganggu. Dia memandang Saga yang masih melihat George kemudian bergerak. Lizzy berusaha melepaskan tubuhnya namun sayang Saga merangkulnya sangat erat.
George menyeringai, dia menangkap sikap Lizzy yang terlihat risi sekali dirangkul oleh Saga. Dia berpikir bahwa hubungan kedua orang di depannya ini tidaklah baik. "Aku lihat istrimu tak suka dirangkul olehmu." Saga kembali tertawa kali ini ada kegeraman yang terdengar di sela tawanya.
"Benarkah? Hubungan kami baik-baik saja. Kalau kau tak percaya, biar aku membuktikannya!" Lizzy yang masih mengunyah terkejut saat Saga membuat wajahnya mendongak dan sebelum bisa memprotes, bibirnya disambar oleh bibir Saga.
Ciuman yang penuh hasrat dan menuntut tak serta merta diterima oleh Lizzy. Gadis itu malah memukul dada Saga dengan tangannya yang bebas. Bukannya berhenti, Saga makin menuntut dengan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Lizzy.
Keduanya yang sedang berciuman menjadi pusat perhatian setiap tamu termasuk seorang pria paruh baya yang baru saja datang. Saga melirik pada George tanpa melepas ciumannya.
Segaris senyuman smirk dipulas oleh Saga makin membuat George geram dan pergi dari hadapannya. Lenguhan Lizzy menyadarkan Saga bahwa dia masih berciuman dengan Lizzy. Saga menarik Lizzy lebih dekat, memperdalam ciuman mereka. Saga akui dia terbawa suasana sekarang.
"Ehem," suara wibawa seorang pria sontak menyadarkan Lizzy dan mendorong kuat Saga. Walau tak bisa memberikan jarak, ciuman tersebut bisa terlepas. Lizzy mendelik pada Saga sambil mengusap bibirnya yang merekah.