"Oh iya kenapa kau ada di sini dan kenapa kau tak mengabariku kalau kau akan datang?" tanya Lisa setelah dia kembali ke dunia nyata.
Lizzy melihat ke segala arah sebelum akhirnya memandang Lisa. "Kenapa tak boleh ya?" Lisa kontan menggeleng. "Hanya saja aneh, kau datang menjengukku sementara kau mempunyai banyak pekerjaan," perkataan Lisa dibalas dengan tawa getir dari Lizzy.
"Aku membelikanmu beberapa buah lokal di pasar tradisional." katanya sambil memberikan tas daur ulang yang berisi buah-buah lokal kesukaan Lisa. Kedua mata Lisa berbinar-binar menerima tas tersebut, tak lupa dia mengucapkan terima kasih pada Lizzy.
Lisa mengambil setandan pisang dari dalam tas tersebut dan menikmatinya. "Lisa," Lisa bergumam saja sebagai balasan panggilan Lizzy karena mulutnya sedang mengunyah.
"Kau kenal dengan Kessi yang model itu 'kan?" Lisa awalnya terdiam namun sesaat mengangguk dalam diam. Kedua matanya terlihat tak senang sama sekali.
"Aku melihat profilnya di rapat tentang membicarakan siapa model yang mendapat casting untuk iklan produk terbaru kami. Di sana tertera bahwa kau berteman dengannya, apa itu benar?" Lisa menelan daging buah pisang yang berada di dalam mulutnya tak berselera.
"Ya. Tapi itu sudah lama sekali sebelum dia tidur dengan Saga dan mengaku secara blak-blakkan bahwa dia itu pacarnya Saga. Kau tahu betapa sakitnya jika dibenci oleh suami dan ditambah dengan teman pengkhianat.. Hahhh ... kehidupanku memang terlalu menyedihkan ya!" Lisa tertawa getir. Disela tawanya, mata Lisa berkaca-kaca.
Lizzy bersimpati dan membelai salah satu bahu Lisa. "Aku bersyukur kau membuat keputusan yang tepat untuk meninggalkan Saga." ujar Lizzy, dia berharap perkatannya bisa menenangkan Lisa.
Lisa tersenyum dan menarik Lizzy ke pelukannya. "Kau memang saudara sekaligus sahabat yang baik, aku sangat senang mempunyai saudara sepertimu."
"Ya aku tahu." balas Lizzy sambil pelukan tersebut. Keduanya kemudian bercengkrama dan akhirnya Lizzy pamit. Dia juga berbicara dengan Dimas tentang kesehatan Lisa yang butuh perawatan intensif.
Setelahnya, Lizzy masuk ke dalam mobil dan meninggalkan rumah sakit menuju rumah Saga. "Nyonya, anda datang dari mana?" tanya seorang pelayan.
"Memangnya ada apa?" Lizzy bisa melihat ada ketakutan yang ditampakkan oleh mereka. "D-dari tadi Tuan pulang dan marah besar karena Nyonya tak ada di rumah.." Lizzy membuang napas kasar.
Saga kekanak-kanakan sekali, hanya dirinya tidak ada dia membuat ketakutan semua pelayan. "Tak apa-apa biar aku yang mengurus ini," Pelayan itu masih tak tenang, tangannya lalu menyodorkan sebuah benda persegi panjang.
Lizzy mengambil benda tersebut dan memperhatikannya. "Apa ini?" tanya Lizzy masih dengan melihat benda tersebut.
"Undangan Nyonya." jawab si pelayan cepat.
"Aku juga tahu kalau ini undangan tapi untuk apa? Bukankah aku sudah bilang kalau aku tak akan datang kenapa dia masih saja ngotot memberikan aku undangan?" monolog Lizzy berhenti karena sedang berpikir keras.
Lizzy menyunggingkan senyuman misterius, dia lalu menghubungi Eka lewat teleponnya. "Halo Eka. Boleh kau bawakan salah satu gaunku yang ada di apartementku?"
๐๐๐๐
Keesokan harinya, Saga gelisah dan terus memandang pintu masuk aula di sebuah hotel berbintang lima yang menjadi tempat resepsi. Dia cemas karena Lizzy belum datang sementara tamu sudah banyak yang hadir.
Jika Lizzy belum hadir juga sampai Ayah Saga berada di tempat tersebut, maka apa yang akan Saga katakan jika Lizzy tak akan hadir di acara tersebut sedangkan Saga sudah berjanji pada sang Ayah bahwa dia akan datang bersama Lizzy. Suara sepatu hak tinggi yang berjalan terdengar dari luar ruangan, Saga sontak menoleh berharap bahwa Lizzy-lah yang datang.
Namun begitu sosok wanita muncul dari pintu, Saga mendesah kecewa karena bukan Lizzy melainkan Kessi. "Sayang!" ucapnya sambil menghampiri Saga dan menggelayut manja. Saga membuang napas kasar dan membiarkan Kessi bersikap seperti itu, dia sama sekali tak mempedulikan orang-orang yang memandang dan mencibirnya.
Yang dia pedulikan adalah kedatangan Lizzy. Beberapa menit lagi Ayah Saga akan datang. "Dasar wanita tak tahu malu, bisa-bisanya memanggil suami orang dengan panggilan sayang!" Ejekan tersebut dilontarkan oleh salah satu tamu yang ditujukan untuk Kessi.
"Tuan Saga juga menerima perlakuan wanita itu, apa dia punya hubungan khusus dengannya?" Kessi mendelik pada tamu yang berkata-kata seperti itu lalu tersenyum sinis.
"Kalau iya memangnya kenapa? Aku ini calon istri Tuan Saga." sahutnya dengan berlagak sombong. Dia kemudian berjalan menghampiri orang-orang tersebut dan terus berceloteh tentang hubungannya dan Saga.
Tetapi perkataannya terpotong begitu pandangan semua orang menatap kagum pada seorang wanita yang baru saja masuk. Saga saja terpukau melihat pesona si wanita, Kessi menoleh pada wanita itu dan terkejut melihat Lizzy- wanita yang kini menjadi pusat perhatian.
Dia terlihat bagaikan seorang dewi dengan aura pesona yang kuat. Dandanan dan gaun berwarna merah darah makin menunjang penampilannya yang cantik itu. Saga masih terpesona ketika Lizzy berjalan anggun menghampirinya, hari ini Saga kembali sadar untuk kedua kalinya bahwa Lizzy sangatlah cantik.
"Jangan menganggap aku datang ke sini untukmu ya, aku hanya ingin bertemu dengan Ayah saja." ucap Lizzy ketus. Saga hanya mengangguk pelan walau dia sama sekali tak mendengar ucapan Lizzy.
Kessi geram dengan kehadiran Lizzy yang dia kira adalah Lisa. Dia pikir gadis kampungan itu tak akan datang, kalau pun dia datang ekspektasi Kessi adalah gadis itu akan datang dengan dandanan yang buruk secara Lisa itu tak tahu berdandan.
Tapi melihat hal ini Kessi tak boleh berdiam diri, dia sudah cukup mengasihani Lisa dan lihat apa yang dia lakukan? Lisa sudah selangkah maju darinya. Kessi berjalan angkuh menuju Lizzy yang kini memilih beberapa kue untuk dimakan. "Ternyata kau datang, kupikir kau tak datang karena malu tak bisa berdandan.." katanya sambil tersenyum sinis pada Lizzy.
Perkataannya secara tak langsung menyindir Lizzy. "Ngomong-ngomong kau membayar seorang penata rias untuk mendandanimu, kau membayarnya pakai apa secara kau 'kan tidak punya uang!" Nada yang digunakan sengaja dibesarkan agar semua orang mendengarnya.
Semua orang sontak menoleh pada keduanya dan senyum Kessi makin merekah melihat reaksi orang-orang. Lizzy terlihat tenang bahkan saat Kessi berusaha menjelek-jelekkannya di depan umum. "Kenapa kau bertanya seperti itu apa kau merasa tersaingi dengan kehadiranku?" tanya Lizzy santai.
Kessi terhenyak, pertanyaan itu membuat keadaan berubah terbalik. Semua orang berpikir bahwa Kessi iri dengan kecantikan Lisa yang disembunyikan dan sengaja mengejeknya dengan menunduh yang tak baik.
"Biar aku katakan ya Nona Kessi, aku berdandan sendiri kok tanpa ada bantuan dan kau tahu karena apa? Karena seorang teman pengkhianat melakukan hal yang keji terhadapku." lanjut Lizzy dengan salah satu sudut bibirnya yang terangkat.