Jam pun berlalu, hingga akhirnya kami makan malam bersama. Aku sangat takut untuk kembali tidur, ataupun memasuki kamarku.
"hm.. nek apa aku boleh tidur bersamamu malam ini?" tanyaku pada nenek yang pada saat itu kami tengah berada pada meja makan mundar yang berada di sudut kanan dapur.
"kau selalu saja begitu.." sahut nenek sembari ia meminum segelas air dan akhirnya beranjak dari tempat duduknya. Kakek sejak pagi tak ku dengar ia berbicara sepatahpun jadi aku mencoba mengajaknya berbicara.
"besok kakek ada acara?' tanyaku pada kakek yang tengah menikmati tehnya.
"acara apa yang dimiliki pria tua sepertiku ini shuu.. aku hanya menikmati sisa usiaku melihat istri dan cucuku dengan tambahan tontonan televisi ku rasa itu sangat menyenangkan.." sahutnya dengan pelan dengan nada suaranya yang serak basah dan bergetar.
"nek, apa kita tidak mempunyai pembantu?" tanyaku pada nenek sembari aku membantunya merapikan piring-piring bekas makan kami yang ada dimeja.
"nenek masih mencarinya.. sangat sulit menemukan pembantu yang bisa menjagamu dan membantumu bagai saudara.."
"mm.. memang selebaran apa yang telah nenek bagikan?" tanyaku yang sangat penasaran apakah nenek bersungguh-sungguh tentang mencari pembantu untuk rumah kami. Mengingat rumah ini begitu luas dan banyak sudut yang harus dibersihkan dalam sehari. Nenek yang sudah lanjut usia tak akan mungkin melakukan hal semacam itu lagi walau dia menginginkannya. Jikapun aku yang melakukannya sendiri, waktuku akan habis bahkan kurang dalam 24 jam membersihkan istana ini.
-***-
"kau bisa lihat ditembok diluar rumah, nenek telah menempelkan beberapa.." sahutnya nenek pelan.
"Ooohhhh.." jawabku singkat. Entah mengapa aku merasa tidak hanya kami bertiga yang ada dirumah ini. Aku selalu merasakan hal yang aneh mengelilingiku. Aku selalu merasa merinding sesekali jika suasana kembali sepi, jika nenek dan kakek tidak memulai obrolan mereka dan membuat suasana rumah ramai kembali.
Malampun berlalu, pagiku kali ini tetap terasa bingung.
"yaahh, aku masih menjadi shuu ya? Ohh liontinnya!!!!" aku yang terbangun dari tempat tidur melihat nenek disampingku, aku bangun lebih awal dan aku melupakan bahwa kalung yang kemarin, aku tinggalkan pada salah satu kotak perhiasanku yang berada dikamarku.
"duhh gimana nih.. hmmm jangan sampek keduluan nenek nih.."gumanku. ingin rasanya aku segera mengambil liontin itu dan membawanya selalu. Tapi saat kulihat jam dinding yang tergantung pada kamar nenek itu menunjukkan pukul 6 pagi. Tentu saja walau telah ada sebercak cahaya dari matahari yang telah terbit, namun tetap saja hari masih gelap. Begitu juga kamarku yang belum nenek bukakan gorden dan jendelanya. Akupun menunggu nenek hingga terbangun dan pergi keluar.
"kau sudah bangun shuu..?' tanya nenek yang baru saja bangun dan menghadap kearahku. Aku yang hanya dapat menganggukkan kepala dan berharap nenek ke kamarku tapi agar ia tidak memeriksa salah satu kotak perhiasan yang ada diatas meja kamarku.
"ayo.." ajak nenek sembari ia membukakan jendela kamarnya dan lalu menuju keluar. Nenek tampak langsung ingin pergi begitu saja dan melupakan kamarku yang terletak disebelah kamar nenek yang masih tertutup.
"mm.. nek kamarku belum terbuka.. aku.. mm" ujarku yang menghentikan langkah nenek yang hampir saja pergi menuju dapur.
"kau takut?" sahutnya cepat.
"nenek lupa untuk membukakannya, hh usiaku telah melupakan segalanya.. kapan kita akan menemukan pembantu baru.." gumannya yang nampak kesal sembari membukakan pintu kamarku. Nenek pun langsung membukakan gorden dan jendela kamarku. Melihat nenek yang selalu bersamaku membuatku tidak takut dan kamar sudah terlihat terang. Setelah nenek pergi meninggalkan kamarku, akupun segera memeriksa kotak perhiasanku yang kemarin diberikan nenek yang berisikan banyak aksesori yang aku kenakan kemarin.
"huhhh.. hampir saja, untungnya kau masih ada disini.." kataku yang kegirangan menemukan kalung liontin itu.
"baiklah kali ini aku akan selalu membawamu.. hmmm tapi bagaimana ya.." aku ingin memakai kalung itu namun takut ketahuan oleh nenek. Akupun memikirkan cara bagaimana aku bisa membawa kalung ini selalu bersamaku tanpa diketahui nenek.
Tepat disebelah kotak itu terdapat kain pink yang berkilau, kain tipis itu kurasa pembungkus kotak perhiasan ini. Dan itu membuat otakku memikirkan sesuatu dan memjadikannya sebagai ide yang cukup bagus.
Ideku, ku letakkan kalung itu dalam kain cantik ini bagaikan membungkusnya, lalu setelah terbentuk seperti bola kecil yang lucu, aku mengaitkannya pada gelang hias yang aku kenakan. Setidaknya ide kreatifku menambahkannya mutiara berkilau dengan mengelemnya membuatnya terlihat seperti hiasan gelang yang manis.
"dengan begini aku dan kau tak akan berpisah lagi."senyumku kegirangan.
"shuu cepatlah berangkat kesekolah nanti kau terlambat." Teriak nenek basah dari dapur.
"hh aku lupa kalo aku masih sekolah. Gimana nggak? Aku yang dulu kan udah kerja.. lulus kuliah pula.. tapi apa yang terjadi setelah itu ya? Mengapa aku lupa? Apa aku memiliki pacar atau semacamnya sebelumnya? Mengapa aku tak bisa mengingatnya?"gumanku.
-***-
Setelah berkemas, akupun siap untuk pergi kesekolah.
"selebaran…." Aku sejenak mengingat selebaran itu sebelum akhirnya salah satu temanku terlihat menelponku dari ponselku.
"sekarang aku jemput yah?" suaranya yang serak basah dan Nampak keren, tunggu.. mengapa suaranya laki-laki?
Aku hanya dapat terdiam dan kebingungan. Ia langsung mematikan telfon itu, kurasa ia langsung bergegas menuju kemari menjemputku.
"sarapanlah sedikit sebelum sham menjemputmu shuu.. " kata kakek yang tengah duduk dimeja bundar didapur.
"sham? Siapa sham?" tanyaku bingung.
"kau melupakan pacarmu shamy?" kata nenek dengan nada polosnya yang manis.
"hah?!" aku yang hanya dapat ternganga hanya berdiri kaku sebelum aku menghampiri kakek dan ikut duduk bersamanya dimeja bundar itu.
Sarapanpun selesai, dan aku menunggu sham didepan gerbangku. Sebelum sham datang aku penasaran dengan selebaran yang nenek katakan ia telah tempelkan beberapa. Lalu akupun mencari selebaran apa dan dimana nenek telah tempelkan.
"hahahahahahhahahahahha apa ini?!" tawaku terbahak-bahak yang kupikir isi dari selebaran itu sangat lucu, pantas saja tidak ada yang melamar untuk menjadi pembantu kemari. Disana tertulis :
Dicari : baby sitter hahahahahhahahahhahahahahahah untuk apa pengasuh anak, nenek memang aneh. Usianya membuatnya susah untuk membedakan pembantu dengan pengasuh. Akupun mencabut selebaran itu dan berniat membuatnya ulang setelah pulang sekolah. Dan tak lama kemudian sham pun datang dengan motor sport yang mewah miliknya. Belum kulihat wajahnya karna ia menggunakan helm lengkap dengan masker. Mungkin ia akan melepaskannya nanti saat kami sampai disekolah.
"sudah hati-hati dijalan?" sapaku pelan.
"pastinya.. ayo ! nanti kita bisa terlambat. Daa nenek kakek" teriaknya dari gerbang rumahku yang melihat nenek dan kakek juga melambaikan tangan mereka untuk kami.
Perasaan apa ini.. aroma yang wangi.. dan sangat khas.. hm aku tak sabar melihat sham seperti apa yang shuu miliki. Semoga dia tampan. Hehe.