Waktupun berlalu dan aku teringat untuk kembali menempelkan selebaran untuk mencari pembantu baru itu.
"Daa nek kakek.." ku lambaikan tanganku setelah mengenakan sepatu setelah keluar dari kamar kosong itu.
"apa kau tak mau menaiki motor itu? setidaknya belajarlah mengendarainya"kata kakek sembari ia menunjuk kearah garase yang ada disebelah kamar kosong itu.
"ia benar, setelah kau bisa mengendarainya, kau bisa belajar menaiki mobil milik kakekmu untuk selanjutnya. Buat apa memilikinya bila kau tak memakainya?" seru nenek yang menambahkan ucapan kakek.
"kapan-kapan saja nek.. aku udah booking bemo kok" jawabku sembari menuju gerbang rumahku. Mereka nampak melambaikan tangannya dan menggelengkan kepalanya. Sesungguhnya aku yang sebagai sia bisa saja mengendarai motor, ataupun bahkan mobil. Namun aku tak yakin dengan tubuh shuu yang nampak lemah bisa memaksakan rohku. Ini semua salahku, harusnya aku ada disisinya menemaninya tumbuh besar dan menjadi gadis yang tangguh.
-***-
Aku menoleh pada arlojiku dan jampun menunjukkan pukul 6.45, 15 menit lagi pak bemo itu pasti sudah sampai, ini kesempatanku untuk menempelkan selebaran itu disepanjang jalan yang ada didekat rumahku. Sisanya nanti akan kutempelkan didekat sekolahku dan akan kuberikan pada supir bemo itu. yah.. siapa tau pak bemo itu bisa membantuku mempromosikannya.
"hhhhhhhh….." aku menghela nafasku yang bernada jengkel pada pak supir itu yang telat 10 menit.
"hehe maaf neng, tadi bapak nganter anak SD dulu.."katanya sembari ia menampilkan kedua gigi hitamnya yang menyebalkan itu.
Aku pun langsung saja menaiki bemo tanpa berkata apa-apa, dan tak mengatakan apapun hingga tiba didepan gerbang sekolah.
"hm pak, bisa bantu saya gak?" tanyaku sembari aku memberikan ongkos pada bapak bemo itu.
"bantu apa neng?"
"bantu saya magiin ini.."aku langsung saja menyerahkan selebaran itu.
"nyari pembantu neng?"
"iya pak, itu udah saya buat selengkap-lengkapnya banget. Persyaratan dan lain-lain. Tolong ya pak..hehe"sembari aku memainkan alisku dan tertawa pada pak bemo itu.
"ada ongkosnya gak neng?"
"is, ya udah gak jadi pak, sini bawa balik tu selebaran!"
"becanda neng.. iya nanti bapak sebarin sambil bapak narik ya neng.. oiya nanti bapak jemput lagi atau gimana?"
"ya iyalah pak, masa saya jalan kaki jauh amat."
"neng.. neng kan kaya, kayanya.." bapak itu memperhatikan aku dari atas kebawah sembari berpikir mengingat-ingat dengan ekspresi menyebalkannya itu.
"kok isi kayanya sih pak"nambah kesel buat ngeladenin ini bapak bemo.
"abisnya jaman sekarang masih naik bemo wuahahahhahahahhahahahahhaha" tawanya yang terbahak-bahak seolah menertawaiku sangat membuatku kesal. Huh tapi ada benarnya juga. Tak apa, nanti akan aku akan ajarkan shuu cara menaiki motor.
"Huh.. sabarrr, eh pak kalo saya kagak naik bemo, bapak mau dapet duit dari maneeee???????"
"becanda atuh neng.."
"hm, hiyahiya makasih.."akupun lalu pergi kegerbang sekolah meningalkan bapak bemo itu.
-***-
Hari pun berlalu hingga aku sampai dirumah kembali.
"gimana selebarannya? Udah ada yang lamar?" tanya nenek yang menghampiriku saat makan siang.
"belum tuh nek, padahal shuu udah stand by hp terus, tapi belum ada pemberitahuan juga.."
"yahh mungkin belum ada yang minat, udah sabar aja.." sambung kakek.
Tak lama setelah nenek dan kakek pergi untuk beristirahat, hpku pun berdering.
"halo"sapaku.
"hai eneng….."suara cemprengnya sangat mudah aku ingat bahwa itu suara pak bemo menyebalkan dengan 2 gigi besarnya yang hitam itu.
"iss bapak, ngapain?! Mau ganggu saya?"
"hehe nggak neng, ini diselebarannya kan ada nomornya eneng, jadi bapak simpen.."
"trus.." potongku, tampaknya bapak itu belum selesai berbicara.
"iss ntar dulu atuh neng, bapak simpen soalnya ini ada anak yang mau ngelamar buat jadi pembantu dirumah eneng, tapi dia kagak punya hp.. yah bapak bantuin.. ngomong-ngomong neng udah nemu belum?" jelas bapak itu.
"Oooohhhh gitu.. belum pak."
"nah kalo git.."
"eittss,, kalo kagak punya handphone, bisa langsung bapak anterin aja itu anak kerumah saya buat saya interview dulu, dia bisanya ngapain.." potongku yang langsung saja menjawab bapak bemo itu.
"oke deh neng.."
"eh pak, saya perlu mungkin 2 pembantu, kalo bisa nemu lagi udah kasi tau aja yah.. tapi kalo nemu satu doang gapapa deh, dari pada saya sendirian kewalahan."
"siapp neng."
Akupun lalu mematikan telpon itu, dan baru tersadar sesaat kemudian,
"waduh lupa nanyak nya cuyyy, itu anak yang mau interview cewe, apa cowo yahh.."berhubung diselebaran itu aku mengumumkan bahwa pria atau wanita dari usia 18 tahun – maksimal 45 tahun. Yah kenapa? Karena umur 18 itu seenggaknya udah pantes buat kerja ya kan? Kalo terlalu muda ntar aku dikira penjajah VOC lagi. Dan biar ga ketuaan juga, biar aku gak repot kalo dia ngeluhnya encok mulu.. makanya batas usia sampe umurnya 45 aja. Dan kalopun aku interview besok dia punya riwayat encok jadi dibatalin ajah hehe.
Haripun kembali berlalu, tak ada hal buruk ataupun aneh lagi yang menggangguku sampai matahari terbit keesokan harinya. Walau menyeramkan bila sifa selalu saja muncul tiba-tiba dengan wajah pucatnya itu, namun aku merindukannya.
-***-
Akupun kembali menunggu pak bemo didepan gerbangku,
"Sifa.. aku kangen.." kataku sembari aku membawa foto saat usia kami 7 tahun. Aku selalu membawa foto itu sejak kemarin, dan selalu melihatnya bila aku merindukan sifa.
"ayo neng.."tanpa kusadari pak bemo telah datang dengan bemonya, dan tampak didalam bemo telah ada seorang penumpang. Tampak ia juga siswa siswa SMA sama sepertiku.
"wah wah, si bapak dapet penumpang aja nih sebelum saya.."kataku sembari menaiki bemo itu.
"maksudnya neng?" bapak itu nampak bertanya dengan nada kebingungannya.
"ya ini.. penumpang..... hai.." aku yang baru saja duduk disebelah gadis itu sangat terkejut saat ia membalikkan tubuhnya yang awalnya menghadap kejendela disebelah kanan bemo.
"Arghhh.."aku yang tentu saja terkejut dengan wajah pucat gadis itu namun terhenti ketika aku menyadari bahwa dia adalah Sifa.
"kenapa neng? Kayak liat setan aja.." tanya bapak itu sembari melihat kearah kaca spion yang terletak diatas kepalanya.
"hehehhe nggak pak nggak, orang ada kecoa kok. Iss bapak mah.. makanya kalo punya bemo itu dibersihin dong.."
"kecoa?" terlihat bapak itu kebingungan sembari menggaruk-garuk pipinya dan menaikan bahunya seolah kebingungan. Maklum saja, karena bemonya memang ku akui bersih.. haha mana mungkin ada kecoa.
Sifa yang masih duduk disana tampak tersenyum dan menaikkan jempolnya
"heii.. kemana saja kau? Kau tau aku merindukanmu.."bisikku pada Sifa, aku menggengam tangannya yang dingin, namun ia hanya tampak menaikkan bahunya dan tersenyum padaku. Aku habiskan waktuku dibemo untuk memperhatikan Sifa. Aku begitu merindukannya.
"oiya pak, anak itu gimana pak?" aku yang spontan saja bertanya, mengingat tentang orang yang akan melamar menjadi pembantu dirumahku.
"dia masih sekolah neng, sore entar saya ajak kerumahnya eneng.. sudah sampai neng" jelas bapak itu dan tak terasa waktu telah berlalu dan kamipun sampai disekolah.
"yah masih sekolah.. gimana bisa ngurus rumah.. kasian dong.. pasti kekurangan duit tu orang.."gumanku.
"coba aja dulu.."sahut Sifa sembari ia menepuk bahuku,
"neng, turun neng.."
"oh eh…."aku yang terkejut lalu beranjak dari tempat dudukku dan Sifa pun tak tampak lagi disana. Dan pak bemo itu nampak terburu-buru, setelah aku membayar ongkosnya iapun lalu pergi tanpa mengodaku seperti biasanya.
"yah lupa lagi kan nanya.. itu orang cewe atau cowok…." Yah begitulah aku yang hanya dapat geram pada diriku yang melupakan pertanyaan penting yang harusnya ku tanyakan pada pak supir itu. tapi ya sudahlah.. aku akan menunggunya saat sore tiba. Sore nanti pak supir akan mengantarkannya kerumahku, jadi aku hanya perlu menunggu…. Hhmm.
-***-