-***-
"buat apa kau mengakhiri hidupmu dikamar itu?" kata Rosia yang masih saja menatap kearah kamar itu dengan begitu dinginnya, dan tentu saja perkataannya itu membuatku terkejut dan tak mengerti apa yang dia maksudkan.
"hmmm apa maksud mu mengatakan itu?" tanyaku dengan penasaran, dan hanya terpikir dibenakku bila dia mengetahui aku sebagai sia didalam tubuh shuu. Rosiapun hanya menatapku dengan dingin dan ia tak menjawabku.
"mengapa papa dan mama memilikiku, andai saja cukup ia memiliki kakak yang telah ia ambil dari rumah ini.. aku hanya menjadi beban bagi Ram.."jawabnya dengan kembali menatap kearah pintu kamar itu. spontan saja apa yang ia ucapkan membuatku terkejut dan tak dapat mempercayainya.
"Ro rr rosia? Ap.. p. apa kamu tahu segalanya.." tanyaku yang terbata-bata sembari terus menatapnya.
"iya."jawabnya pendek dan tentu saja tanpa menolehku.
"dan.. apa Ram mengetahui hal ini.." tanyaku penasaran.
"Tentang?"
"tentang kau adalah keluarga kami.. dan tentang kau bisa melihat apapun itu.. indra ke-6 mungkin."
"tidak."jawabnya pendek, yang ingin aku tanyakan bahwa maksudnya itu adalah tidak mengetahui dirinya keluarga kami?, atau tidak tentang indra ke-6nya?.
"tidak tentang aku adalah saudaramu."jawabnya yang spontan saja seperti bisa membaca pikiranku. Bahkan aku belum sempat untuk menanyakan hal itu.
"perjalan waktumu sangatlah rumit, namun itu akan segera berakhir."sambungnya dengan menoleh kerahku pelan dengan tatapannya yang dingin.
"maka dari itu kau tak mengerti apa yang telah terjadi padamu dan juga shuu."sambungnya lagi.
"ap.." belum sempat aku menanyakan apa maksud dari yang ia ucapkan, Ram langsung saja memanggilnya.
"Osi…. Jangan buat kakak Shuu kerepotan karnamu.." kata Ram sembari melambaikan tangannya pada Rosia.
"Osi?" tanyaku heran mengapa Ram memanggil Rosia seperti itu, tapi mungkin saja itu panggilan pendeknya.
"iya, kau juga boleh memanggilku seperti itu."Rosia yang masih menoleh kearah Ram pun menjawab dengan posisi tubuh membelakangiku.
"seberapa kau mencoba menjauh dari Ram, mencoba tak jatuh hati padanya, namun hati shuu akan berlabuh padanya. Dan kau tidak bisa hentikan hal itu walau kau berada dalam tubuh shuu. Karna hati shuulah yang mencintai Ram walau Ram tidak ditakdirkan bersama dengan Shuu."
Ia katakan hal itu sembari memutar tubuhnya dengan pandangan kosong menatap kearah gelang hias yang aku pakai. Mungkin ia mengetahui bila didalam bola kecil itu adalah liontinku yang aku sembunyikan. Aku yang hanya dapat kebingungan sekaligus mengkhawatirkan apa yang akan terjadi pada diriku yang sebagai shuu.
-***-
Hari-demi hari berlalu, pagiku mulai terbiasa dengan kedatangan Ram dan segala hal yang ia lakukan, bahkan ini sudah memasuki bulan ke-2 Ram bekerja dirumahku. Tubuhku yang biasanya tak ingin melakukan ini, sekarang seolah mengikuti Ram. Aku sesekali membantunya, kami habiskan waktu bersama dirumah ini, kami bercanda, mengobrol dan bahkan Rampun kini telah sering mengantarkan aku untuk bersekolah, namun ini seperti bukan diriku yang mulai menyukai Ram, melainkan Shuu. Shuu lah yang terikat pada Ram dan aku hanya dapat ikut menyaksikannya. Namun ini membuatku khawatir, aku tak ingin selalu terjebak didalam tubuh shuu bahkan dalam urusan pribadinya. Aku ingin ia memilih cintanya, menikmati masa mudanya bukan dalam ikatan Rohku yang beringatan Sia namun yang bertubuh shuu.
-***-
"aku ingin meninggalkan tubuh ini, aku ingin hanya roh shuu yang berada dalam tubuh ini. Dan ingatan shuu lah. Sebelum Ram ataupun tubuh shuu yang menyatakan cinta mereka agar roh shuu dan tubuh shuu yang sesungguhnyalah yang menerimanya."gumanku dibawah pohon rindang didekat kelasku. Pohon ini menjadi tempat favoritku untuk mencurahkan isi hatiku bila guru tak masuk ke kelas. Dan kali ini aku sendirian tanpa teman.
"aku juga ingin masuk kembali ma.."suara yang berdenging, bergema, lembut dan manis, sama seperti suaraku. Seolah menjawab apa yang aku telah katakan.
"shuu apa itu kau nak.." akupun menoleh kearah sekitarku, aku melihat sekelilingku menoleh keatas keabawah dan kemana saja setelah mendengar suara itu. aku yakin itu Shuu yang sesungguhnya.
"Shuu kamu dimana.. shuu.."sambungku dengan sedikit panik karena shuu tak kunjung aku lihat.
"maafkan aku ma.. aku mencintai Ram.." terdengar suara bisikan basah yang terasa masuk dari arah telinga kiriku yang langsung saja membuatku untuk menolehnya dan,
"Aahrrghhh!!!!" kulihat shuu yang berwajah pucat tengah berdiri disampingku, matanya tampak berkaca-kaca, ia nampak sangat menginginkan tubuhnya.
Aku yang awalnya terkejutpun ikut menangis setelah melihat shuu.
"shuu…. Putriku…."aku meraba-raba tubuh shu yang dingin aku tak bisa mempercayai mengapa ini bisa terjadi dan sebelum aku bertanya pada shuu ia lalu menjawabku seolah mengetahui apa yang tengah aku pikirkan.
-***-
"hari itu.. tepat 2 bulan sebelum hari ulang tahunku yang ke-17, aku bertemu dengan Rosia didekat jalan rumah, ia menatapku dingin, aku tak mengenalnya, namun ia tampak misterius. Ia berlari dan akupun mengikutinya, dia berhenti dimakam mama dan papa, aku melihat papa disana berdiri dan melambaikan tangannya padaku, namun aku tak melihat mama, lalu Rosia menyuruhku untuk mendekati papa, lalu aku peluk papa, ia memberiku kalung milik mama, kalung itu telah terkubur bersama mama, namun papa tidak menyukai itu, karena papa sudah berpesan kepada nenek dan kakek, mengapa ia memberiku nama shuu dan berawalan S seperti mama"
"karena ia ingin kau meneruskan memakai kalung liontin ini," aku memotong perkataan shuu sembari menangis dan menggenggam gelang hias yang aku pakai.
"benar, setelah papa memberikannya, aku lalu menyimpannya, dan ingin menanyakan dimana mama, ayah berkata padaku,"pulanglah, mamamu masih dirumah, ajak dia kemari, papa merindukannya". Aku lalu pulang, setelah kalung itu aku bersihkan, lalu aku pakai pada leherku. Namun tampaknya nenek sadar dan terkejut, dan mengatakan bahwa kalung itu pembawa sial. Nenek sempat membuangnya ke sungai keesokan harinya, namun aku menemukannya. Akupun kembali memaikanya, tapi nenek selalu memarahiku. Akupun berdebat dengannya, aku menceritakan bahwa ini keinginan papa, namun ia tak memperdulikanku. Aku lalu mengunci diriku pada kamar kosong itu, karena aku tahu bahwa nenek pernah menceritakan, bahwa kamar inilah kenangan terakhir mama, namun nenek tak suka bila aku mengunci diriku dikamar itu, bila hanya sepintas masuk nenek tak pernah memarahiku, dan singkatnya saat itu 1 bulan sebelum hari ulang tahunku, nenek dan kakek berhasil menyuruh tukang kunci untuk merubah kunci kamar itu dan mengganti kuncinya. Itu membuatku sangat marah pada nenek, aku kabur, aku terjatuh dan terbentur pada batu diseberang jalan rumah, aku yang tak sadarkan diri lalu dibawa pulang oleh kakek dan nenek, mereka lalu mendatangkan dokter pribadi kita, aku tak kunjung sadarkan diri, nenek lalu membawaku ke rumah skait, aku koma, sudah berminggu-mimggu aku tak sadarkan diri, akhirnya dokter pribadi kita menyarankan rawat dirumah saja, otakku bermasalah, kemungkinan kecil terselamatkan. Ini bagai aku yang akan menuju kematianku. Sesampainya dirumah, 2 hari setelah dirawat dirumah kondisiku masih sama saja, hingga akhirnya aku kejang. Kau ingat? Saat itulah kau muncul.."
Setelah penjelasnnya yang panjang aku mengingat segalanya, mengapa aku menjadi shuu.
"aku ingat, kala itu, setelah kau kejang kau tampak membuka sedikit matamu dan tampak seperti melihatku, kau lalu menunjuk kearah foto ayahmu yang berada disudut kamarmu. Hingga kejangmu akhirnya membuat rohmu meninggalkan tubuhmu, hari itu 1 hari sebelum hari ulang tahunmu, aku yang melihatmu seperti itu lalu.."
"mama lalu memelukku, dan saat itulah roh mama masuk dan tertidur dalam tubuhku. aku belum mati saat itu maa.. saat itu nenek dan kakek tidak mengetahui kekejanganku dan tidak mengetahui jika mama memasuki tubuhku. Aku ingin kembali hidup maa.. aku belum memenuhi keinginan papa untuk mempertemukannya dengan mama.. Aku ingin kembali mama.. papa menyuruhku menjemput mama.."ia lalu mengulurkan tangannya dan berusaha mengajakku pergi.
-***-
Aku lalu membuat alasan mendadak pada teman-temanku dan akupun pergi bersama roh shuu menuju pemakamanku dan ayah shuu.
"mama.." shuu menatapku dan lalu menunjuk kearah makam ayahnya yang langsung saja membuatku untuk menoleh kearah makam ayah shuu. Dan benar saja, aku disambut oleh arwah ayah shuu yang tengah berdiri dan tersenyum manis menatapku. Akupun berlari kearahnya, memeluknya dan menangis. Ia tampak menempelkan telapak tangannya didahiku dan,
"ahhhhh…."aku merasa panas dan tak bisa mengendalikan diriku, tak lama kemudian aku sudah tidak berada didalam tubuh shuu lagi dan roh shuu seketika memeluk tubuhnya, namun tubuhnya pingsan.
Shuu tak sempat ku ketahui bahwa ia pingsan karena aku tak tahan dengan kebahagiaanku bertemu dengan suamiku setelah 17 tahun lamanya. Aku masih bisa menatap tubuh kekarnya dan wajah tampannya dengan senyumannya yang manis.
"aku merindukanmu.." pelukku pada ayah shuu sembari menangis terisak-isak. Tak lama kemudian shuupun tampak terbangun. Ia melihat kearah kami dan tersenyum.
"akhirnya aku penuhi keinginan papa.."kata shuu sembari memeluk kami.
"pulanglah, banyak tugas yang harus kau selesaikan, kami akan selalu menyertaimu, kami selalu berada dihatimu." kataku. Shuupun tampak menangis dan tak kunjung menjawabnya. Ia hanya menangis dan memeluk kami. Sampai akhirnya kami menghilang.
"Mama…. Papa…"teriak shuu histeris.
"kami tidak menghilang shuu, hanya saja pandangan dan suara kami yang tak dapat kau lihat kembali, sebab dunia dan dimensi waktu kami telah berbeda.." kataku yang masih memperhatikan shuu, yang menangis didepan kami.
Sebelum kami pergi tampak sifa, paman, dan bibi masih disana memperhatikan shuu. Mereka melambaikan tangan mereka pada kami. Aku harap shuu akan membantu Sifa, paman, bibi, dan juga Rosia, agar Sifa, paman, dan bibi bisa menuju alamnya dan tenang seperti kami. Dan agar dia bisa menjaga Rosia. Aku masih penasaran dengan siapa yang akan berjodoh dengan shuu, apakah itu Ram? Atau siapa?
"lanjutkanlah tugasmu, kami merestuimu shuu…." Sambung ayah shuu sembari memeluku, dan kamipun pergi. Kesuatu tempat yang sepantasnya kami tinggali pada dimensi waktu kami saat ini.