Catherine sama sekali tidak tahu apa yang sudah terjadi di PHY setelah dia meninggalkan gedung tersebut. Dia berjalan dengan santai ke arah halte bis dan menaiki sebuah bis yang sesuai dengan tempat tujuannya. Setelah hampir dua jam perjalanan, Cathy turun dari bis dan berjalan ke arah sebuah galeri yang dulu pernah ia kunjungi secara rutin.
Saat membuka pintu kaca gedung tersebut, seorang pemuda menyapanya dengan senyuman lebar.
"Cathy! Aku pikir kau benar-benar melupakanku setelah menitipkan suratmu untuk V."
Cathy membalas senyumannya dengan sama lebar dan berjalan ke arah meja Frank.
"Maaf, selama dua minggu terakhir ini aku ada di luar negeri. Dan juga... adik-adikku lebih ingin pergi ke taman hiburan atau kebun binatang daripada ke galeri yang membosankan."
"Membosankan??" seru Frank nyaris tidak percaya apa yang didengarnya.
"Maaf.. maaf.. bukan begitu maksudku." ucap Cathy terburu-buru takut menyinggung perasaan Frank. "Mereka masih anak-anak.. yah, sebenarnya bukan anak kecil lagi sih, tapi tetap saja.. mereka masih anak-anak. Mereka lebih suka bermain daripada belajar. Maafkan aku."
Frank tersenyum nyaris tertawa geli melihat rasa bersalahan yang berlebihan dari wajah gadis itu. Setelah memastikan Frank tidak lagi merasa sedih atau kecewa, Cathy memberikan bingkisan yang berisi sama seperti yang diberikannya pada Steve.
"Aku dan adik-adikku yang membuatnya. Aku harap kau menyukainya. Kau boleh memakannya bersama rekan-rekanmu."
"Oh?"
Seketika Cathy merasakan ada yang aneh pada pandangan pria itu terhadap dirinya.
"Ada apa?" akhirnya Cathy tidak bisa menahan rasa penasarannya. "Kau tidak suka?"
"Ah, bukan. Aku menyukainya. Terima kasih." Sejenak kalimat Frank terhenti dan entah kenapa suasana diantara mereka berdua menjadi canggung.
Nah, sebenarnya apa yang dipikirkan pria itu? Kenapa pria itu tiba-tiba saja menjadi pendiam?
Tapi Cathy tidak terlalu memperdulikannya dan mengalihkan pandangannya ke seluruh ruangan yang bisa ia lihat. Lebih tepatnya dia sedang mencari seseorang. Apakah dia akan melihat orang itu yang katanya sering mengunjungi galeri untuk menemani seorang sahabat?
"Sepertinya kau mencari sesuatu?" tebak Frank membuat wajah Cathy merona tanpa disadarinya.
Frank melihat rona merah pada kedua pipi Cathy dan dibuat bingung karenanya. Semula ia berpikir gadis ini ada perasaan khusus terhadapnya karena gadis itu memberikan kue buatannya. Padahal dia tahu Vincent sedang kasmaran.. dan gadis yang disukai sahabatnya itu tidak lain adalah gadis yang duduk berhadapan dengannya. Karena itu dia terus mencari cara untuk menjauhkan diri dari gadis itu tanpa harus menyakiti hatinya.
Vincent pasti akan membunuhnya jika dia tahu bahwa dirinya sudah menyakiti perasaan gadis ini tidak peduli apakah dia sengaja atau tidak.
Kemudian dia melihat Cathy tampak gelisah dan berharap menemukan seseorang. Saat dia bertanya pipi gadis itu merona. Nah, sekarang dia hanya bisa menerka-nerka isi pikiran gadis itu.
"Apakah mungkin.. ada seseorang yang ingin kau temui?" tanya Frank hati-hati. "Aku tidak keberatan membantu kalau kau ingin bertemu dengannya."
Cathy menatap lurus kearah matanya seolah menilai apakah perkataannya itu serius atau hanya ucapan halus untuk menghiburnya.
"Kurasa sudah tidak perlu lagi. Kami sudah menemukan fotografer lain dan komersial hotel baru kami juga sudah ditayangkan."
Butuh waktu dua detik bagi Frank untuk memahami kalimat Cathy. Ternyata gadis ini sedang membicarakan V yang dulu pernah ingin sekali direkruitnya untuk menjadi fotografer hotel barunya.
Tadinya dia berharap gadis itu mencari sahabatnya dan membuat sahabatnya itu keluar dari markasnya.
Sudah berhari-hari Vincent mendekam di markas utama mereka untuk menyelidiki orang yang menghapus semua foto pada ponselnya dan kamera cctv di Pina. Sebelumnya keberadaan mereka nyaris dilacak oleh Benjamin Paxton membuat Vincent yang harus turun tangan sendiri untuk memberi keputusan bijak dimana identitas mereka tidak diketahui namun juga tidak merugikan Benjamin.
Ditengah-tengah memasang virus, mereka menyadari seseorang telah menghapus segala rekaman cctv yang menangkap sosok Catherine. Tidak hanya itu.. nomor Catherine beserta foto-foto gadis itu menghilang dari ponsel dan laptopnya. Setelah diselidiki, hal yang sama juga dialami para staf hotel di Pina.
Foto-foto kebersamaan mereka masih ada di ponsel mereka, namun semua foto yang terdapat Catherine didalamnya sama sekali tidak ada. Bahkan nomor telepon gadis itu juga tidak ada seolah-olah mereka tidak pernah menyimpan kontak Cathy.
Hal ini membuat Vincent frustrasi dan terus berusaha melacak orang misterius ini tanpa ada hasil apapun.
Frank dan teman-temannya sudah kehilangan akal untuk membuat ketua mereka berhenti melakukan investigasinya. Walaupun sebenarnya mereka juga merasa kesal tidak berhasil menembus sistem pertahanan siapapun dibalik kejadian ini.
"Ah rupanya begitu. Kalau begitu siapa yang kau cari?"
"Tidak ada." jawab gadis itu singkat memasang ekspresi normal. "Oh, aku hampir terlambat. Aku janji akan menemani adik-adikku ke Aquamarsh. Aku akan datang lagi. Sampai jumpa Frank."
"Tunggu dulu Cathy." panggilan Frank berhasil membuat Cathy tidak jadi membuka pintu kaca gedung galeri. Setelah merasa ragu sejenak akhirnya Frank bertanya, "Aku sadar kita belum saling bertukar nomor telepon. Apakah aku boleh meminta nomormu?"
"Tentu saja." jawab Cathy tersenyum.
Frank memberikan kertas dan pulpen ke arah Cathy. Dia sengaja tidak mengeluarkan ponselnya takut seseorang akan menghack ponselnya dan menghapus kontak gadis itu sedetik kemudian.
"Hapeku ada didalam kantor." ucap Frank saat melihat Cathy menatapnya dengan bingung.
Setelah mengerti maksud kertas dan pulpen tersebut, Cathy menulis nomor teleponnya beserta nama lengkapnya. Kemudian Cathy pergi keluar setelah sekali lagi pamit padanya.
Frank membaca nama lengkapnya dan kedua matanya melebar saat membaca nama lengkap gadis itu.
Catherine West. Bukankah Vincent menyuruh rekan mereka untuk menyelidiki latar belakang nama ini seminggu lalu? Dan sekarang sahabatnya malah menaruh hati pada gadis ini? Apakah mungkin sahabatnya sengaja menyelidiki latar belakang seorang gadis yang disukainya sebelum akhirnya memutuskan untuk benar-benar mengejarnya?
Frank menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berdecak beberapa kali menyadari kenyentrikan sahabatnya.
-
Malam harinya di kediaman James Paxton, Martin memijat-mijat keningnya merasa sebal dengan sikap keponakannya yang tidak pernah berhenti mengucapkan kalimat yang tidak masuk akal. Karenanya dia mengurung Clarissa di kamarnya dan tidak memberinya makan sebelum anak itu berhenti memberontak. Sayangnya, gadis manja itu masih tidak menyerah juga.
"Paman! Keluarkan aku dari sini! Sudah kubilang Tante Chloe masih hidup! Dia ada di Star Risen. Dia bilang dia adalah orang kepercayaan Ben. Kenapa paman tidak mau mempercayaiku?"
Martin hanya menghela napas. Setelah dia membawa pulang keponakannya dengan paksa, gadis itu memintanya untuk membalas dendam pada seorang karyawan hotel di Pina. Setelah mencuri data lengkap semua karyawan yang bekerja di hotel, tidak ada satupun yang sesuai dengan deskripsi keponakannya. Baru dua hari lalu, anak ini bilang wanita yang dimaksud adalah Chloe?! Sungguh tak masuk akal! Karena itu Martin mengurungnya dalam kamarnya.
Yang lebih gila lagi wanita ini adalah orang kepercayaan Benjamin? Dia tahu siapa orang kepercayaan Benjamin sejak dulu. Orang tersebut adalah Charlie dan bukan seorang wanita, apalagi seorang wanita yang sudah tiada enam belas tahun lalu. James tidak habis berpikir bagaimana bisa keponakannya yang cerdik ini bisa menjadi idiot hanya dalam sehari.
Bahkan James yang merupakan ayah dari Clarissa tidak berani membujuknya untuk melepaskan putri kesayangannya. Diantara para sepupu Benjamin Paxton, yang paling berkuasa setelah Benjamin adalah Martin. Dia menguasai dunia bawah dan merupakan pimpinan kelompok mafia terbesar. Karena itu baik James dan Brittany yang turut membenci Benjamin bersatu melawan Benjamin mengikuti segala perintah Martin.
"Putrimu sudah keterlaluan. Tidak hanya bertindak sendiri dia juga mengucapkan omong kosong. Jika kau tidak bisa mendidik putrimu dan menghancurkan rencanaku, aku akan menyerahkannya pada anak buahku."
James mengeluarkan keringat dingin dan menelan ludah dengan gugup. Dia berusaha keras memikirkan cara untuk menyelamatkan putrinya.
"Aku mengerti. Aku janji hal ini tidak akan terulang lagi. Clarissa akan tetap berada di kamarnya sepanjang waktu."
"Aku sudah capek meladeni permintaannya. Jika lain kali dia berulah lagi, aku tidak akan memaafkannya. Ini yang terakhir kalinya."
Setelah itu Martin bangkit berdiri dan meninggalkan kediaman James Paxton. James bernapas lega begitu mobil milik Martin pergi meninggalkan halaman rumahnya. James segera kembali masuk ke dalam menuju kamar putrinya.
"Papa..papa.." mata Clarissa menunjukkan sinar harapan agar ayahnya mau mempercayainya dan melepasnya dari hukumannya. "Percayalah padaku. Wanita itu adalah Tante Chloe. Awalnya aku tidak ingat karena aku tidak begitu dekat dengan Chloe. Tapi aku yakin.. coba lihat ini."
Clarissa menunjukkan sebuah foto dua puluh lima tahun yang lalu saat Chloe masih berusia tiga puluh tahun.
"Aku tidak ingat wajah Chloe. Tapi aku ingat wajah wanita itu di Pina, karena aku sangat membencinya dan ingin balas dendam. Saat aku melihat foto ini aku yakin..."
Plak!! Kalimatnya terhenti saat ayahnya menampar wajahnya dengan keras.
"Anak yang tidak tahu diuntung. Jangan sebut nama wanita itu lagi. Dia sudah meninggal dan kita semua menghadiri pemakamannya. Wanita itu tidak mungkin bisa hidup kembali!"
Clarissa masih memegang pipinya yang terasa sakit. Matanya mulai mengeluarkan air mata dan tenggorokannya terasa terjepit menolak untuk mengeluarkan suara.
Ayahnya kembali keluar kamarnya dan mengunci pintunya dengan rapat. Emosi Clarissa tidak bisa ditahan lagi dan berteriak dengan histeris sambil merobek-robek foto yang dipegangnya.
"Aku bersumpah aku pasti akan membalaskan semua perlakuan ini padamu! Aku pasti akan menemukanmu dan membalas dendamku sepuluh kali lipat!" ucapnya dengan amarah sambil menginjak kepala seorang wanita pada foto yang dirobeknya.
Sementara itu di sebuah tempat tersembunyi sebuah organisasi berjalan secara rahasia tengah sibuk melakukan sesuatu. Salah satunya adalah Vincent.
Sudah dua hari dan dua malam dia tidak tidur untuk melacak orang yang telah menghapus foto-foto dan kontak Cathy di ponselnya. Tidak hanya itu, dia berusaha mengembalikan semua hal mengenai Cathy yang telah hilang di ponselnya.
Tentu saja dia tidak melakukannya sendiri. Ada Pasha dan Ronald spesialis program dan hacker yang membantunya. Mereka berdua jauh lebih ahli dibandingkan Vincent, tapi Vincent lebih suka turun tangan jika ini menyangkut orang-orang yang dikasihinya.
Tepat tengah malam belasan layar komputer mereka mati secara serempak hanya menyisakan program komputer utama yang dipegang Pasha.
"Kalian harus melihat ini."
Vincent, Ronald beserta anggota tim mereka yang lain segera mengelilingi meja kerja Pasha dan melihat sebuah tulisan warna merah di layar besar yang bewarna hitam. Tulisan hijau yang sangat kecil bergerak dengan cepat dari bawah ke atas sebagai latar belakangnya.
'JANGAN MENCARI KAMI! ATAU KAMI AKAN MENYERANG KALIAN!'
Dibawahnya terdapat simbol berupa dua buah huruf. Huruf besar L yang ditumpuk dengan huruf besar S.
Vincent menelan ludah saat melihat simbol tersebut dan mengambil napas panjang.
"Sebaiknya kita berhenti. Kita tidak ingin menjadikan mereka musuh kita."
"Kau mengenal mereka?" tanya Ronald.
"Siapa mereka?" seorang gadis berambut ikal keemasan yang bertanya. Gadis ini adalah gadis yang sama saat mengantarkan botol serangga dan kunci pada Cathy kala itu. Namanya adalah Sophia, dia ahli dalam penyamaran. Dia juga memiliki seorang kakak laki-laki bernama Stanley. Stanley adalah orang yang menggantikan posisi Vincent sebagai fotografer di acara pembukaan Star Risen.
"Aku tidak kenal mereka. Hanya pernah mendengarnya sekali. Lupakan saja."
Vincent berusaha meyakinkan anggotanya untuk tidak mengkhawatirkan LS tersebut walaupun sebenarnya dia merasa tidak suka keterlibatan LS dalam kehidupan Catherine.
Apa yang mereka inginkan dari Catherine? Apa tujuan mereka menghapus semua data mengenai Catherine dari data pemerintah?
Semenjak dia menyadari foto dan nomor telepon gadis itu menghilang dari hapenya, dia mencoba mencari data gadis itu. Hasilnya tidak seperti yang dibayangkannya. Data mengenai Catherine West seperti akte kelahiran atau catatan latar belakang gadis itu tidak ada. Bahkan Ronald yang sebelumnya berhasil mengakses untuk mencuri profil mengenai Catherine juga tidak bisa menemukannya kembali. Anehnya mereka masih bisa menemukan data mengenai adik-adik Catherine yang berarti hanya Catherine yang menjadi incaran mereka. Kenapa? Kenapa harus Catherine?
Vincent tidak akan pernah menyerah untuk menemukan siapapun pelaku yang mengancam kehidupan Catherine. Namun begitu dia melihat simbol organisasi tersebut... saat itulah dia merasakan kekalahannya. Dengan kekuatannya yang sekarang.. dia tidak akan bisa menandingi mereka. Bahkan sepupunyapun tidak akan berkutik dihadapan mereka.
"Tidak biasanya kau menyerah seperti ini." ujar Frank yang baru saja tiba dari galeri V collection.
"Aku tidak menyerah. Mundur sekarang bukan berarti aku menyerah. Saat ini kita bukan tandingan mereka." jawab Vincent santai. Untuk saat ini dia hanya bisa menunggu dengan waspada. Dia akan melihat apakah LS bermaksud mengincar Catherine dalam arti buruk atau baik. "Kau bawa apa yang kuminta?"
Frank memberikan sebuah kardus berisi smartphone baru beserta nomor baru pada Vincent.
Vincent segera membuka kardus dan mengeluarkan isinya sebelum menyerahkannya pada Pasha.
"Bisakah kau membuatkan sistem pertahanan dari hacker? Aku juga ingin kau memasang sistem yang akan memberitahuku bila ada yang berusaha menyusup kedalamnya."
"Gampang sekali." Pasha mengambil smartphone Vincent dan menyambungkannya dengan kabel data yang terhubung di komputernya.
Vincent menghela napas dan kini pikirannya mengkhawatirkan hal lain. Bagaimana caranya dia bisa menghubungi Catherine kalau dia tidak punya nomor kontak gadis itu? Dia memang ingat alamat rumah gadis itu, tapi dia tidak mungkin langsung pergi kesana kan. Bisa-bisa Catherine malah tidak menyukainya dan menganggapnya sebagai penguntit.
"O ya, aku hampir lupa. Nih, kukasih yang bisa menghiburmu." sahut Frank menyerahkan sebuah kertas pada Vincent.
Semula Vincent merasa bingung bagaimana mungkin sebuah kertas bisa menghiburnya. Namun setelah membaca tulisan di atas kertas tersebut, matanya berbinar-binar. Semua orang disana bisa merasakan perubahan suasana hati ketua mereka.
"Kenapa kau baru memberikannya sekarang?" omel Vincent.
"Karena aku baru mendapatkannya tadi siang. Dia datang ke galeri hari ini."
"Kenapa kau tidak memberitahuku?"
Frank menepuk jidatnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Bahkan anggota lainnya juga merasa prihatin pada Frank. Seharian ini Frank terus menghubungi mereka dan ingin bicara pada Vincent. Tapi pria itu terlalu sibuk pada komputernya dan marah-marah tidak ingin diganggu.
Begitu ketua mereka mengeluarkan aura ancaman berbahaya dan ekspresi keras, tidak akan ada yang berani mendekatinya. Bahkan saat mengetahui bahwa pihak yang diselidikinya merupakan organisasi LS, Vincent masih memancarkan aura bahaya dan tatapan seperti ingin menerkam mangsanya sangat terasa.
Namun hanya sepotong kertas kecil saja... hanya melihat sebuah nomor dari seseorang, ekspresi ketua mereka melunak dan sikapnya kembali seperti biasa.
Sungguh.. ketua mereka bersikap tidak normal saat sedang jatuh cinta. Dan ini yang pertama kalinya terjadi hal seperti ini.