Chapter 7 - V Collection

Tiga hari setelah dia menerima tugas untuk mempelajari buku-buku dari pamannya, Cathy berdiri di depan meja kerja Benjamin dengan penuh keyakinan.

Benjamin akan mengujinya seberapa banyak yang sudah dia pelajari dari buku-buku miliknya selama tiga hari ini.

Lima pertanyaan pertama sangatlah mudah, berikutnya semakin sulit dan bertambah sulit. Namun, Cathy sanggup menjawabnya tanpa cela. Tidak ada sedikitpun keraguan pada mata dan suaranya.

Benjamin sudah mendengar bahwa Cathy anak yang cerdas dan tegas. Namun apa yang didengarnya sama sekali tidak mencakupi semua kemampuan Cathy yang sebenarnya.

Tidak hanya memiliki ingatan yang tajam namun juga bisa berbicara dengan lancar tanpa ada keraguan ataupun kegugupan pada suaranya.

Cathy juga bisa cepat beradaptasi dalam lingkungan baru, bahkan saat bertemu dengan orang-orang baru, Cathy bisa berkomunikasi dengan lancar.

Semua kemampuan Cathy bisa dilihatnya dengan jelas saat dia membawa gadis itu ke hotel yang dikelolanya.

Dia mengenalkannya pada beberapa manajer dan karyawan hotel. Tidak membutuhkan waktu lama Cathy bisa berbaur dengan mereka, tidak peduli apakah jabatan mereka tinggi maupun rendah.

Dia bertanya-tanya kenapa tiga tahun yang lalu dia tidak mempekerjakan Cathy? Tentu saja karena dia tidak ingin gadis itu bekerja.

Dia berpikir dia akan menikahkan keponakannya dengan seorang pria yang sepadan. Pria yang bisa memberikan kebahagiaan bagi keponakan sulungnya.

Hal yang sama dia inginkan untuk ketiga keponakan lainnya.

Kini Benjamin membawa Cathy ke ruang kantornya.

"Mulai sekarang kau akan bekerja disini membantuku." ujarnya pada Cathy.

"Apa saja yang harus Cathy lakukan?"

"Tidak sulit. Lakukan saja seperti yang kau lakukan tadi. O,ya... bagaimana ingatanmu dalm mengingat wajah orang?"

"Lumayan."

"Bagus. Disini kita memiliki pelanggan tetap dan tidak. Ada beberapa diantaranya suka membuat masalah atau cerewet. Aku ingin kau mengingat wajah mereka dan coba cari tahu untuk meredakan omelan mereka."

"Baik."

Jika didengar orang lain, maka mereka pasti berpikir bahwa Benjamin telah memberikan tugas tersulit yang pernah ada pada seseorang yang baru pertama kali masuk kerja.

Namun Benjamin sudah tahu apa saja yang bisa dilakukan gadis didepannya. Setelah mendapatkan jawaban 'baik' dengan suara yang penuh percaya diri, Benjamin mengulas senyum.

Kring! Kring! Telepon di mejanya berbunyi beberapa kali sebelum Ben memencet tombol pengeras suara. Dengan begini, Cathypun bisa ikut mendengar suara orang diseberang.

"Pak Ben, V collection menolak permintaan kita. Mereka bilang mereka tidak menerima jasa foto untuk periklanan."

Sebelah alis Ben terangkat mendengar kalimat tak masuk akal.

"Apa maksudmu? Perusahaan kosmetik menggunakan jasa mereka untuk diiklankan beberapa minggu yang lalu."

"Benar. Tapi entah kenapa V memutuskan untuk berhenti menerima proyek periklanan. Apa sebaiknya kita mencari fotografer lain?"

"Tidak. Harus V yang melakukannya. Aku tidak mau tahu, pokoknya kita harus bisa memanggil V kemari!" Ben menutup sambungan telepon dengan kesal.

Sementara itu, Cathy yang mendengar semua itu bertanya-tanya, apa itu V collection? Dan kenapa pamannya bersikeras memakai jasa V?

"Catherine."

Lamunan Cathy bubar begitu mendengar namanya dipanggil.

"Aku ingin kau pergi ke tempat ini. Aku ingin kau mencoba membujuk mereka untuk menerima proyek kita."

Cathy mendengarkan secara detail proyek apa yang dimaksud pamannya.

Ternyata pemilik asli dari hotel ini, sedang membangun sebuah hotel di sebuah pulau. Hotelnya hampir selesai dibangun, yang kurang adalah mempromosikannya melalui iklan.

Pamannya ingin menggunakan keahlian V yang sangat terkenal untuk mengambil beberapa foto pada hotel baru mereka.

Pamannya ingin foto yang akan ditampilkan menunjukkan suasana hangat dan berkesan nyaman untuk ditinggali baik bersama keluarga ataupun bersama sahabat.

Rupanya, satu-satunya fotografer yang bisa mengambil foto dengan suasana hangat hanyalah V.

Cathy tidak tahu seperti apa V ataupun wajahnya. Tapi dia memutuskan untuk menyelesaikan tugas pertamanya dengan baik.

Hari itu juga Cathy pergi ke galeri studio V collection. Disana terdapat banyak orang datang hanya untuk melihat karya V.

Cathy melihat beberapa foto sekilas dan berjalan dengan cepat ke arah seseorang yang diduganya adalah penjaga galeri tersebut.

Cathy sama sekali tidak menyadari bahwa dia baru saja melintasi sebuah foto berisi empat perempuan yang berpelukan sambil tertawa ceria. Dia juga tidak menyadari saat melewati foto sebelahnya yang terpasang ada dua wanita sedang duduk di rerumputan sedangkan dua lainnya sedang membaca buku.

"Permisi, aku dengar V sangat ahli dalam mengambil sebuah gambar. Bolehkah aku bertemu dengannya?" tanya Cathy dengan senyuman khasnya.

"Maaf. V tidak ada disini." jawab seorang pria berusia sekitar awal tiga puluhan.

"Apa boleh tahu kapan V akan datang?"

"Maaf, saya juga tidak tahu. V datang dan pergi sesuai dengan keinginannya. Kalau anda tidak keberatan, anda bisa meletakkan kartu nama disini. Saya akan menghubungi anda begitu V datang."

Kartu nama? Yang dia miliki hanyalah kartu nama hotel pamannya. Dan lagi, dia tidak ingin niatnya sebenarnya diketahui lebih dulu. Dia yakin begitu V tahu dia ingin meminta jasanya di bidang periklanan, V pasti akan menolak untuk menemuinya.

"Sayang sekali, aku tidak membawa kartu namaku. Aku akan datang lagi." ucapnya sebelum dia pamit dengan sopan dan beranjak keluar dari gedung V collection.

Tepat seperti yang dikatakannya, Cathy datang ke galeri keesokan harinya dengan jam yang berbeda. Sayangnya, V juga tidak ada disana.

Begitu juga dengan keesokan harinya dan hari-hari berikutnya. Dia datang pada jam yang berbeda-beda, namun tetap tidak bertemu dengan orang yang dicarinya.

Apakah keberuntungannya sedang tidak memihaknya? Meskipun begitu dia bisa mendapatkan informasi dari Frank, sang penjaga galeri.

Dari pembicaraannya dengan Frank, dia mengetahui alasan kenapa V tidak ingin menerima jasa periklanan. Dia juga sedikit mendapat gambaran mengenai karakter V.

Tapi apa gunanya dia mendapatkan informasi mengenai V jika dia tidak bisa bertatapan muka dengan orang itu?

Cathy tetap tidak menyerah dan datang lagi pada hari Sabtu. Mungkin karena hari sabtu, pengunjung di galeri lebih ramai daripada biasanya.

Cathy melihat Frank masih sibuk melayani salah seorang pengunjung, jadi Cathy memutuskan untuk melihat-lihat karya V yang dipajang secara berderetan di dinding yang panjang.

Sebelumnya Cathy hanya melihat sekilas karena lebih memfokuskan untuk mencari tahu soal V dari Frank, namun sekarang dia bisa menikmati karya V dengan lebih lama.

Menikmati bukan kata yang tepat untuknya. Seberapapun dia berusaha merasakan kehangatan dari tiap-tiap gambar disana, dia sama sekali tidak merasakan apa-apa.

Yang dia rasakan hanyalah sedih dan tak berdaya. Semakin lama dia melihat deretan foto tersebut, dia semakin ingin segera pergi dari sana.

Namun dia bertahan. Demi memahami karakter dan kesukaan V, dia memaksakan dirinya terus menjelajahi semua karya V. Hingga di satu titik dia merasa tidak kuat, dia memejamkan matanya.

Padahal, hanya perlu selangkah lagi untuk melihat gambar dirinya bersama ketiga adiknya.. tapi sekali lagi, Cathy melewatkannya.

Cathy berjalan ke arah Frank yang sudah bebas dengan tidak lupa memasang senyum di wajahnya.

"Biar kutebak, V juga tidak datang hari ini?"

Frank menggelengkan kepala dengan sedih.

"Sepertinya V sedang ada urusan di luar kota, sehingga dia tidak datang kemari beberapa hari ini."

"Berapa lama dia berada di luar biasanya?"

"Tergantung suasana tempat tujuannya. Jika dia memiliki banyak material untuk kameranya, bisa menghabiskan satu hingga dua minggu. Kalau tempat itu biasa-biasa saja, mungkin hanya dua hari."

Dua hari. Ini sudah hari keempat dia datang kemari. Apa itu berarti dia harus menunggu hingga dua minggu? Tentu saja tidak. Pamannya tidak akan bisa menunggu selama itu.

Cathy mendesah pasrah menghadapi kenyataan yang dialaminya.

"Aku tidak tahu kalau kau benar-benar penggemar beratnya." ujar Frank dengan geli.

Mendengar ini, kedua alis Cathy bertaut.

"Tenang saja, begitu V tiba di kota ini aku pasti akan memberitahumu."

"Bagaimana kalau kau memberiku kontaknya? Bukankah jauh lebih mudah?"

"Sayang sekali itu mustahil. Jika aku memberikannya, aku pasti akan dipecat."

Ingin sekali rasanya dia menghajar pria dihadapannya. Tidak. Rasanya dia ingin menutup mulut pria itu dengan selotip agar tidak berkata yang membuatnya kesal.

Pria itu salah paham dirinya adalah penggemar V dan seolah mendukungnya dengan mengatakan pasti akan memberitahunya begitu V datang; tapi dia mengkhianati harapannya gara-gara takut dipecat!?

Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga tidak bisa membersihkan kesalahpamannya, kalau tidak... maka sudah dipastikan, V tidak akan bersedia menemuinya.

Karena itu dia hanya bisa bersikap layaknya dia seorang penggemar berat karya-karya V.