Seribu mawar kembali berseri
Seribu kuntum bunga mekar di bawah matahari
Saat cinta datang kembali
Menghampiri tahta anugerah-Nya
'Diana…., aku mencintaimu.' David bersujud dihadapan Diana.
'David, aku bukan Tuhan. Jangan bersujud dihadapanku.' Diana menggenggam tangan David dan mencoba membuat David berdiri.
'Ada apa David, mengapa mendadak kamu datang dan bersujud di hadapan perempuan fana ini ?' tanya Diana terheran-heran.
'Alkatira, James ….., dia ….' David tidak mampu menyelesaikan setiap kalimat yang ingin diucapkannya. 'Aku…., aku sudah membuangnya demi kamu Diana, tapi Alkatira .. James memungutnya demi kamu.' Lanjut David, 'Kini aku menyia-nyiakan kamu demi yang lain, jangan sampai James, Alkatira itu memungutmu demi dia.'
'Hus.. memungut.. Saya bukan gandum yang dipungut saat jatuh waktu panen, David. Tapi syukurlah kalau kamu mengerti.' Diana tersenyum dan memeluk David.
'Aku mencintaimu David, seumur hidupku aku berdoa agar Tuhan mengembalikanmu untukku.' Segaris senyum dan setitik airmata Diana menampakkan wajah sukacita di mukanya.
Garis-garis kesedihan nampak memudar di wajahnya digantikan dengan sukacita yang sangat mendalam.
'Perjanjian kita dihadapan Tuhan tidak pernah aku anggap main-main David, mungkin pernah aku bersalah tapi itu tidak aku lakukan dengan sengaja. Mungkin ini hukuman Tuhan karena aku sudah mengambil salah satu dari hamba yang dikasihi-Nya, membuat setiap dukacita yang ada hari demi hari yang lalu. Tapi hari ini aku sangat bahagia karena kamu mau datang kembali dan mencintai aku David. Perjanjian kita dihadapan-Nya adalah sebuah panjatan doa yang sempurna. Saat lilin putih besar itu dinyalakan, aku dan kamu mematikan lilin-lilin kita, saat itulah panggilan utama kita untuk saling bersama sampai kematian memisahkan harus dijalankan. Dan kalau Tuhan mau ada hal-hal yang kita harus jalankan berdua, biarlah dia yang memberikan kekuatan.' jawab Diana.
'Tapi David, maafkan aku karena belum ada keturunan diantara kita yang bisa meramaikan sudut-sudut istana kecil ini, rumah kita.' Diana melanjutkan sambil tersenyum getir. Selama ini memang belum ada tanda-tanda kehamilan yang akan memberikan sukacita sempurna dalam keluarga mereka.
'Bukan masalah Diana, kita akan kembali ke Kartagena, ini tiket pesawat akan berangkat sore ini. Mari kita pergi, Diana.' jawab David sambil menarik tangan Diana memasuki taksi yang menunggu didepan rumah mereka.
Diana mengusap matanya dan berlari mengikuti David masuk ke taksi menuju kembali ke Kota Tua Kartagena.
'Aku mencintaimu, David. Aku sangat mencintaimu …..' bisik Diana dalam hatinya dan dilihatnya senyuman di wajah David yang sudah bersih dari asap rokok dan alkohol sejak dua tahun yang lalu membuat hati Diana sangat bersukacita.
Tangisan kebahagiaan mengalir di sudut-sudut mata Diana.