Rasa cinta
Rasa cinta itu begitu indah, maka nikmatilah
Rasa rindu itu begitu eksotik, maka mencintailah
Bukan rasa merah cabai yang menyengat
Tapi lebih ke rasa kayu manis yang begitu manis dan menghangatkan segenap rasa
'David, pagi ini rasanya enggan sekali, rasanya seperti Romanis yang harus bekerja pada dinasti Sasanid. Menyebalkan sekali David. Harus bangun dan berangkat ke kantor.' Diana dengan malas membuka mata pagi itu terlebih hujan yang turun semalaman membuat suasana pagi begitu sejuk dan dingin. Ditariknya kembali selimut yang begitu lembut dan pembaringan yang masih menariknya untuk kembali tidur.
'Diana, bangunlah. Bukankah engkau mencintai bangsa ini, bangsa yang membutuhkan cinta karena sudah terlalu banyak kebencian yang mencoba untuk merayu mereka. Rayulah mereka dengan cintamu, bujuklah mereka dengan cinta-Nya. Dedikasimu untuk mereka sampai mereka melihat betapa DIA yang mencintaimu telah mencoba mencintai mereka.' David yang sudah bangun dan duduk di sofa dekat pembaringan berusaha menasehati Diana. Dengan enggan Diana bangun lalu bersiap-siap untuk berangkat menuju ke kantornya. Dia tahu walaupun dia bisa untuk tidak berada secara fisik di kantor, mereka membutuhkan kehadirannya untuk koordinasi ataupun hanya untuk memperkuat mental dan semangat kerja mereka.
'Diana, kamu tahu aku mencintai mereka. Kartagena yang kamu bacakan dalam frekuensi suara receiver kemaren. Aku ingin berbagian di dalamnya, bisakah aku bergabung kembali dengan Enterprise, organisasi kita. Sudah lama aku tidak lagi berhubungan dengan segala hal yang berbau frekuensi. Mungkin aku bisa membantu kalau aku bisa mengerti bagaimana berbagian didalamnya.' David tersenyum, dia sendiri sudah siap dan saat Diana bersiap untuk pergi, David pun mengikuti.