Tuhan kami datang pada-Mu
Terimalah kembali pemberontak yang bertobat di hadapan-Mu
Kasihilah kembali kami pendosa terbesar Raja
Yang hendak melawan dan merebut tahta
Dalam kebingungannya akan Jerusalem, Alkatira berjalan mendekati sebuah bangunan yang tidak lain adalah sebuah Chapel. Agatha Chapel.
Alkatira masuk lalu duduk dan mendengarkan sebuah lagu yang dinyanyikan dalam devosi imamat seorang imam pagi itu.
O God Beyond all Praising we worship You today
And sing the love amazing, that songs cannot repay!
For we can only wonder at every gift you send
At blessings without number and mercies without end
We lift our hearts before you and wait upon your Word
We honor and adore You our great and mighty Lord
For we can only wonder at every gift you send
At blessings without number and mercies without end
For Christ who gives from Heaven from death has set us free
And we through Him are given the final victory!
Then hear O gracious Savior accept the love we bring
That we who know Your favor may serve you as our King
And whether our tomorrows be filled with good or ill
We'll triumph through our sorrows and rise to bless You still
To marvel at Your beauty and glory in Your ways
And make a joyful duty our sacrifice of praise!
Our Sacrifice
Our Sacrifice of Praise!
Mendadak Alkatira merasa ada aliran airmata disudut matanya, seakan-akan dia pernah mendengar suara itu entah dimana, entah kapan dan entah bagaimana. Tangisannya makin deras walaupun tanpa suara, dan membuat Alkatira berlutut didepan Tahta Sang Raja.
'Ada yang bisa saya bantu, Bapak ?' tanya seorang Pastor yang datang mendekatinya.
'Saya …, saya …., Alkatira.' Jawab Alkatira sambil tersendat-sendat menahan isak tangis di dalam hatinya dan mencoba menghentikan air mata yang mengalir disudut matanya.
'Saya, Anggi. Selamat datang Pak Alkatira. Ada ruangan di dalam, mungkin kita bisa bercakap-cakap.' Pastor tersebut menggenggam tangan Alkatira dan membawanya ke ruangan Pastori yang ada disamping Chapel tersebut.