Dia
Bukan dia
Dia, Bukan dia, dia, bukan dia
Ya itu dia
'Alma…, Alkatira ada di televisi hari ini. ' Adik Alma, memperingatkan kakaknya. 'Menurut Alma apa maksud Alkatira mencalonkan dirinya sekarang. Dan mengapa tidak pernah dia menemui Alma selama 10 tahun ini. Setelah dia menghilang, seluruh anggota kita ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan radikalisme.'
'Alma, mungkinkah ini kebangkitan buat gerakan kita ?' tanya adik Alma ke kakaknya.
'Adik, kita lihat dahulu. Seharusnya dia menghubungi kakak kalau memang dia merencanakan sesuatu. Hanya aku dan kamu, adikku yang tersisa di luar penjara yang dibangun untuk kita oleh pemerintah durjana tersebut.' Alma melanjutkan. 'Semoga Alkatira berjuang untuk memenangkan kursi singgasana itu dan membuat perjuangan kita berhasil.'
'Alkatira…. Alkatira …. Alkatira …..' seru seorang pria yang mampu membuat Aruna Al Ihsan memutar kepalanya dan memandang pria tersebut.
'Jenderal …..' Aruna berlutut memandang seorang pria yang berada di kursi roda sambil memegang kedua tangannya. 'Jenderal, mengapa jenderal berada di kursi roda,' Saat Aruna memegang kedua lutut jenderal tersebut Aruna terkejut saat mendapati kedua kakinya sudah tidak ada lagi digantikan oleh sepasang kaki palsu yang keras.
'Alkatira, mereka memotong kedua kakiku saat mereka mengetahui aku yang membantumu pergi menemui Putri.' Aruna mengusap airmata yang mengalir di kedua matanya saat mendengar sang Panglima tersebut bertutur akan semua yang dialaminya akibat perintah Alma dan adiknya.
'Kamu harus menang Alkatira. Kamu harus menang. Alma sendiri sudah mempunyai calon yang diunggulkannya untuk menunggangbalikkan kekuasaan Roma yang damai. Alma berencana untuk membakar kota Roma dan mengusir serta membunuh dan membakar semua yang tidak seideologi dengan mereka.'
'Panglima, cuman Tuhan saja yang bisa mengangkat seorang Raja. Tidak ada kekuasaan yang diterima yang tidak diberikan oleh seijin DIA. Dan panglima, aku tidak akan bertemu Alma. Aku hanya ingin bertemu Diana.' Alkatira berbisik pelan kepada mantan Panglimanya di organisasinya.
'Betul, Pangeran, Putri malang sekali. David suaminya sungguh sangat berubah 10 tahun belakangan ini. Berbeda dengan dia sebelum menikah dengan Putri dan menjadi seorang imam. Sekarang dia suka sekali minum liquor dan menyiksa putri. Temuilah Putri, Pangeran.' Lelaki malang itu tersenyum melihat bahwa perjuangannya tidak sia-sia. Alkatira yang dulu dikenalnya bengis dan kejam kini menjadi seorang yang penuh dengan belas kasihan dan cinta.
Perang dan kebencian bukan lagi mainannya, melainkan cinta, kedamaian, keinginan untuk membangun yang baik dan bukan merusakkan, keinginan untuk melihat orang berbahagia dan menciptakan surga di bumi tampak dari pancaran sinar matanya yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Aruna Al Ihsan semoga Tuhan selalu memberkatimu Panglima Besar Al Qaeda, pulanglah temuilah Rajamu dan bersembah sujudlah di hadapan-Nya.
Jika setiap tapak adalah perjuangan, marilah berjuang. Jika setiap tapak adalah darah dan nyawa marilah bersama. Karena darah dan nyawa ini ada untuk menghidupkan kehidupan dan bukan untuk membunuh darah dan nyawa sesama yang tidak bersalah. Kekayaan dan kekuasaan adalah milik-Nya saja, semua hanya diberikan dengan seijin-Nya.