Chereads / Kapadokya / Chapter 31 - Selamat jalan cinta

Chapter 31 - Selamat jalan cinta

Selamat menutup mata, cinta

Selamat bertemu dengan Sang Pencipta

Mempertanggungjawabkan tugas kita baik ataupun buruk

Semoga DIA berkata, 'Sabaslah hamba yang setia.'

Penguburan Aleisha akan berlangsung pagi ini, pagi hari yang cerah. Matahari seperti baru bangun dari petidurannya dalam warna merah jingga iring-iringan duka itu menyusuri perbukitan yang akan menuju ke puncaknya di lembah bukit tersebut.

Aleisha terbaring kaku di dalam peti jenazah itu, dia sangat cantik, eksotik dan dingin.

Setangkai mawar putih disematkannya diatas peti jenazah tersebut. Isak tangis keluarga seakan menjadi musik yang menemani perjalanan tersebut.

'Aku ingin pulang, aku akan pulang.' Kata Aleisha malam itu. Namun dia tidak pernah tahu bahwa dia akan pulang selamanya malam itu dan tidak pernah datang lagi dalam kehidupan. Tatkala nafas diambil dari padanya dan semua sirna, cintanya tak musnah bersama dengan raganya.

Tak ada seorang pun yang tahu bahwa Aleisha bukanlah seorang pramusaji dan pelayan bar dimana dia bekerja. Tidak ada yang tahu bahwa dia bahkan bukan penyanyi murahan yang disewa di hotel berbintang lima.

Tidak ada yang tahu bahwa walaupun namanya ada di dalam daftar wanita penghibur kelas satu di hotel bintang lima namun tak sekalipun dia disuruh untuk melakukan praktek yang menentang norma kesusilaan. Namanya hanya sekedar ada disana tanpa boleh untuk diganggu secara fisik.

Aleisha Yukov, mereka mengenalnya dengan nama tersebut. Sebenarnya dia tidak lain adalah seorang Kapadokya. Kini dia sudah mati dan akan dikuburkan dibawah tanah merah.

Taburan bunga mawar putih mengiringi kepergiannya. Seluruh anggota keluarganya berduka dengan sangat.

'Diana…' sapa seorang anggota keluarga kepada Diana yang berdiri disana untuk menghadiri pemakamannya.

'Edward…' Diana mengenalnya dengan sebutan Edward, Edward Yukov. Adik Aleisha.

'Aleisha menitipkan sesuatu untukmu malam sebelum dia ditembak sewaktu bernyanyi di hotel Pagoda.' kata Edward sambil menyerahkan sebuah buku kecil, sepertinya buku harian Aleisha.

'Terimakasih Edward, nanti saya lihat.' Diana tersenyum sambil menjabat tangan Edward dan mencium pipi kanan kirinya seperti biasanya tatkala mereka berjumpa.

Diana berjalan meninggalkan pekuburan itu sambil dipakainya telepon genggam untuk menelepon Aska, 'Aska coba selidiki majalah-majalah radikal yang beredar di toko buku, selidiki yayasannya, pendirinya, redaksi dan semua yang terlibat dalam penerbitan dan distribusi majalah tersebut.

'Siap komandan,' seru Aska diujung teleponnya. Lanjut Diana, 'Selain itu coba juga selidiki mengenai pusat-pusat pembinaan khusus yang dicurigai keradikalan mereka. Buat seperti biasa lalu notify kalau sudah didapatkan semua datanya dan…..,' Diana terdiam saat melihat dari pintu masuk seorang laki-laki yang bersimpuh di makam Aleisha.

'Halo, kakak. Dan apa kakak… ?' tanya Aska di ujung telepon karena Diana yang diam mendadak.

'Tidak apa-apa nanti saya telepon lagi.' Diana memutuskan pembicaraan dan berjalan kembali mendekati makam yang sudah ditinggalkannya.

'Saya Diana, dari asuransi,' kata Diana memperkenalkan diri dengan laki-laki tersebut. 'Boleh saya tahu bapak kerabat dari ibu Aleisha?'

'Saya kekasihnya. Kami bertunangan dan merencanakan akan menikah bulan Oktober nanti.' laki-laki tersebut menceritakan dirinya di depan Diana.

'Maaf dengan bapak …. ?' tanya Diana ingin mengetahui nama laki-laki tersebut.

'Julius.' jawab laki-laki tersebut.

'Kapan sempat dan kalau bapak bisa saya ingin berbincang - bincang mengenai asuransi yang diambil oleh ibu Aleisha. Kebetulan mungkin ada beberapa yang bisa dicairkan terkait dengan polis ibu Aleisha.

'Jumat sore boleh mungkin.' jawab Julius sambil memandang makam yang baru ditimbun tanah merah dan bunga tabur mawar putih.

'Baik pak Julius, ini nomor saya mohon nanti Bapak bisa menghubungi saya secepatnya kalau kondisi Bapak sudah tenang dan stabil.' Diana mengulurkan kartu namanya sebagai agen asuransi ke tangan Julius.

Diana meninggalkan lokasi tersebut, mendadak dia teringat sesuatu lalu mengeluarkan telepon genggamnya dan menelepon Aska.

'Iya kakak.. ' sapa Aska di ujung jalur telepon.

'Jangan lupa selidiki keluarganya, aktivitas sehari-hari dan rumah serta kondisi di sekitarnya. Dilakukan untuk semua anggota dari redaktur, pengurus, pendiri, distributor dan semua yang berada di dalam keanggotaan majalah tersebut.' Diana menjelaskan semuanya dengan rinci kepada Aska.

'Siap kakak…' Aska dengan nada bercanda tapi serius.