Satu minggu sudah Laras berada di stase bedah. Tidak terasa 1 minggu lagi Todi pulang. Mengingat itu saja hati Laras langsung berbunga-bunga, senang. Hari ini Laras membereskan kamar kosnya, dia berniat untuk tidak menyewa kamar kos lagi. Sikap Todi semakin lama semakin membaik, Laras juga tidak ingin Todi tahu kalau dia sebelumnya sering tinggal di kamar kos, jadi lebih baik Laras tidak menyewa kmr kos lagi. Untung Laras tidak banyak membawa barang-barang ke kamar kosnya ini, jadi dia tidak terlalu repot.
Malam ini, Laras sedang video call dengan Todi sambil makan di dapur. Akhir-akhir ini mereka rutin video call setiap malam, kalau Laras sedang tidak jaga malam.
"Kak, kamu pulang hari apa?" tanya Laras.
"Kenapa? Udah enggak sabar ya ketemu aku?" goda Todi, sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ih, kok genit sih," balas Laras sambil tersipu.
"Haha..aku seneng lihat kamu malu-malu gitu," lanjut Todi sambil terbahak-bahak.
"Aku udahan ya video call nya," Laras pura-pura merajuk. Dia memajukan bibirnya beberapa senti.
"Eh, jangan," potong Todi cepat.
Laras masih mencibir.
"Iya deh, maaf, aku pulang Jumat kok, soalnya aku di izinin konsulen disini buat pulang duluan, soalnya dia temen ayah sekolah dulu," cerita Todi.
Laras mendengus, dasar ya, enak sekali kalau kenal sama konsulen, gumamnya pelan sedikit cemburu.
"Kok masih manyun? Kamu mau jeput aku kan?" tanya Todi. Sedikit merayu.
"He eh, iya, aku usahain ya bisa jeput," jawab Laras.
"Oke, sampai jumpa Jumat sayang," pamit Todi sambil tersenyum lebar.
Laras melambaikan tangan sambil membalas senyuman Todi. Dia mematikan sambungan video call nya.
Selesai melakukan video call, Laras menemukan Bu Inah sedang tersenyum melihat tingkah pengantin baru itu.
"Ibu nguping ya?" tuduhnya, sedikit malu.
"Enggak mbak, cuman denger sedikit," jawab Bu Inah polos. Laras tertawa terbahak-bahak.
"Kak Todi pulang Jumat Bu," cerita Laras.
"Oh..gitu mbak," jawab Bu Inah.
"Oh ya Bu, bantuin saya buat pindahin barang Bu," pinta Laras.
"Ke kamar atas mbak?" tanya Bu Inah.
"Iya, " jawab Laras. Dia sudah berjanji pada Todi untuk tidak lagi pisah kamar.
"Baik mbak, nanti ibu pindahin ke atas ya mbak," jawab Bu Inah.
__________________
Hari ini Laras kembali jaga malam bersama dengan Erick. Setelah kejadian jaga perdana Laras, Erick selalu mengabaikan Laras. Bahkan Laras tidak pernah diberi kesempatan untuk ikut operasi. Erick lebih sering meminta Fadlan untuk menemaninya operasi.
Laras tidak terlalu memperdulikan itu, hanya saja kesempatan belajarnya menjadi lebih sedikit setiap jaga malam. Lama-lama Laras jadi merasa kesal juga. Akhirnya saat jaga malam ini Laras terpaksa memberanikan diri untuk bertanya kepada Erick apakah dia boleh ikut operasi.
"Maaf dok, izin..Apakah boleh saya ikut operasi pasien yang tadi?" tanya Laras, dia berbicara dengan pelan.
Erick tidak langsung menjawab. Dia hanya memandangi wajah Laras beberapa saat. Laras jadi merasa tidak enak hati.
"Oke, ikut saya," jawab Erick.
"Baik dok," ucap Laras, senang.
Laras mengikuti Erick dari belakang. Mereka berdua menuju ruangan operasi. Erick tidak berbicara sepatah kata pun sepanjang jalan. Sampai di kamar operasi, Laras langsung berganti baju, dan menunggu Erick, seperti biasa. Lima menit kemudian, Erick datang.
"Ayo," perintahnya. Laras segera mengikuti langkah Erick. Membantu Erick mengenakan jubah operasi. Dia ikut menjadi asisten operasi.
"Kamu mau jahit kulit dek?" tanya Erick. Laras cukup takjub, ini kalimat pertama Erick setelah hampir 30 menit operasi berlangsung.
"Apa boleh dok?" tanya Laras, sedikit ragu.
"Boleh, dua atau tiga jahitan di akhir ya," jawabnya. Laras langsung tersenyum.
Setelah selesai, Erick meminta Laras untuk membantunya menulis laporan operasi di ruang tunggu.
"Kamu nikah kapan sama Todi," tanya Erick tiba-tiba di sela-sela Laras menulis laporan operasi.
"Sekitar 3 bulan yang lalu dok," jawab Laras. Dia malas memberi tahu detail tanggal pernikahannya.
"Oh, pantas," ucapnya pelan. Tapi Laras masih bisa mendengar.
"Kalian pacaran sebelumnya?" tanya Erick lagi, terkesan menyelidiki di telinga Laras.
"Iya dok," jawab Laras singkat.
"Berapa lama?" tanya Erick.
"Sekitar 6 bulan," jawab Laras. Dia bingung mengapa pria ini mendadak ingin tahu sekali.
"Oh, ga lama ternyata," balas Erick. Laras tidak merespon, dia diam saja.
"Ya udah, nanti habis ini kamu balik IGD aja," perintah Erick setelah Laras selesai menulis laporan operasi.
"Baik dok, terimakasih sebelumnya," pamit Laras.
Sepanjang jalan menuju IGD, pikiran Laras penuh dengan tanda tanya, mengapa Erick seperti penasaran sekali dengan pernikahan Laras dengan Todi. Laras juga sedikit heran mengapa Erick bisa sampai tidak mengetahui mengenai pernikahan Todi dengan Laras, padahal mereka kan satu rumah sakit, walau berbeda divisi. Laras berencana menanyakannya kepada Todi.
Di IGD, pasien bedah hari ini lumayan banyak, kebetulan ada kecelakaan beruntun malam itu. Laras dan teman sekelompok jaganya hampir tidak bisa duduk, bahkan Laras tidak sempat mengangkat ponselnya saat Todi menghubungi. Sekitar pukul 3 pagi, akhirnya pasien sudah mulai berhenti berdatangan. IGD bedah mulai sepi. Laras dan keempat temannya memutuskan untuk tidur di IGD bergantian, khawatir kalau pasien mendadak ramai lagi.
Keesokkan harinya, badan Laras terasa nyeri semua, tidur sambil duduk ternyata tidak nyaman sekali. Sore hari sepulang dari rumah sakit Laras meminta Bu Inah untuk memijatnya.
Panggilan masuk di ponsel Laras, dari Todi.
"Halo, " sapa Laras senang.
"Kemarin sibuk sekali ya?" tanya Todi. Kemarin sekitar 4 panggilan dari Todi memang tidak sempat dijawab oleh Laras, saking sibuknya.
"Iya maaf ya kak, ada kecelakaan beruntun, korbannya dibawa semua ke IGD, jadi lumayan sibuk, aku sampai enggak denger hp aku bunyi," ujar Laras, jujur.
"Iya, capek ya?" tanya Todi lagi dengan lembut. Seakan menangkap suara letih Laras.
"Iya, sampai rumah langsung minta Bu Inah, pijetin sebadan-badan kak," cerita Laras.
"Ya udah, kamu istirahat ya," ucap Todi lagi. Dia kasihan mendengar cerita istrinya.
"Oh iya kak, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Laras.
"Apa?" balas Todi.
"Kakak kenal Dokter Erick? Residen bedah umum," tanya Laras. Dia masih penasaran dengan Erick, jadi Laras memberanikan diri bertanya dengan Todi.
"Ada apa kamu nanya-nanya Erick?" balas Todi. Laras menangkap kesan marah di dalam suara Todi. Dia jadi sedikit khawatir.
"Emmm...enggak kak, cuman, kak ..emm..aku sering jaga malam aja sama dokter Erick itu," kilah Laras sedikit terbata. Dia tidak jadi bertanya, takut Todi marah. Untung ini hanya telepon, kalau ini video call, Todi pasti sudah tahu kalau Laras berbohong.
"Jangan terlalu dekat sama dia ya," ujar Todi dengan tegas.
"Kenapa kak?" tanya Laras, dia sedikit masih penasaran.
"Pokoknya, aku larang keras kamu dekat sama dia, oke?" balas Todi lagi, dengan nada tinggi. Sedikit membentak Laras. Kali ini suaranya terdengar kesal, seolah tidak ingin Laras bertanya lebih lanjut. Laras cukup terkejut, jadi dia diam beberapa saat.
"Iya, kak," jawab Laras pelan. Lebih baik dihentikan, daripada hubungan dia dan Todi yang sudah dekat kembali seperti dulu, pikir Laras.
"Maaf, aku bukan bermaksud membentak kamu, sayang, hanya saja, jangan dekat dengan Erick ya sayang, maaf ya" Todi melembutkan suaranya.
"Iya," jawab Laras pelan.
"Ya udah, kamu istirahat ya, selamat istirahat nya sayang," pamit Todi.
Laras tidak menjawab, dia langsung mematikan ponselnya. Pikirannya masih dipenuhi tanda tanya mengapa Todi tidak suka kepada Erick.