Laras masuk ke kamar mandi sambil berlari. Dia baru sadar kalau kemarin selesai jaga dia sama sekali belum mandi, selesai jaga malam dia hanya sikat gigi dan cuci muka saja. Laras menyentuh rambutnya yang lepek karena sudah tiga hari dia belum keramas. Tiba-tiba Laras ingat, semalam dia tidak sikat gigi, berarti tadi dia berciuman dengan suaminya tanpa sikat gigi terlebih dahulu. Laras jadi panik mengingatnya, dia menghembuskan aroma napasnya.
"Ah untung gue enggak bau mulut," gumamnya sendiri. Laras berendam air hangat sebentar di dalam bath tube, kamar mandinya dulu di kamar tamu tidak ada bath tube. Tahu seperti ini dari dulu mandi disini ya, ucap Laras sendiri dalam hati sambil tersenyum malu memikirkan apa yang baru dia dan Todi lakukan.
Hampir 30 menit Laras berendam, sebuah ketukan datang dari luar.
"Ras, kamu mandi apa ketiduran?? Lama sekali," panggil Todi setengah berteriak, pria itu heran mengapa tidak ada suara dari dalam kamar mandi. Dia khawatir istrinya tertidur.
"Iya kak, aku keluar sebentar lagi," jawab Laras. Dia segera mandi. Laras keluar menggunakan jubah mandi, dia sudah menyiapkan didalam kamar mandi. Laras belum terlalu percaya diri untuk tidak berbusana didepan suaminya.
"Kak, udah selesai, ayo mandi," ucap Laras, dia menggosok-gosok rambutnya yang setengah basah, lalu menggelung rambutnya ke atas hingga menampakkan seluruh leher mulusnya.
Todi mendekatinya. Lalu mencium leher Laras tanpa permisi, Laras sedikit terkejut karena tidak menyadari kehadiran Todi. Bulu kuduknya terasa berdiri semua.
"Harum sekali istri aku," bisiknya sambil masih mencium leher Laras. Laras yakin akan ada bekas merah disana. Todi membalikkan tubuh Laras, hingga saat ini wajah mereka saling berhadapan.
"Boleh minta cium lagi?" tanya suaminya dengan manja.
"Boleh," Laras mengangguk.
Todi mendekati wajah Laras dengan perlahan, akhirnya bibir mereka bertemu. Beberapa saat kemudian, pria itu mendengar bunyi dari perut Laras, Todi melepaskan kecupannya. Istrinya kelaparan. Laras sendiri masih memejamkan matanya.
"Aku mandi dulu ya, kalau gini terus bisa-bisa enggak keluar-keluar kita dari kamar, perut kamu udah bisa bunyi-bunyi dari tadi, pasti kamu kelaparan ya?" ucap Todi sambil tertawa. Todi mencubit hidung Laras dengan gemas. Setelah itu dia berjalan pergi menuju kamar mandi.
Mendengar perkataan Todi, Laras membulatkan matanya, wajahnya langsung bertambah merah, dia merasa malu. Laras bahkan tidak menyadari suara perutnya, Laras terlalu hanyut dalam ciuman suaminya. Dia memang merasa lapar dari tadi. Tapi sama sekali tidak merasa perutnya berbunyi-bunyi, justru Todi yang mendengarnya dengan jelas. Laras melirik jam di dinding, sudah hampir pukul 1 siang, pantas saja, pikirnya.
Melihat Todi sudah masuk ke kamar mandi, lalu berjalan mendekat, lalu mengetuk pintu kamar mandi.
"Kak, mau aku masakin apa?" tanya Laras pelan, usai mengetuk pintu kamar mandi.
Todi tidak menjawab, Laras mengetuk lagi. Baru dua ketukan, tiba-tiba Todi membuka pintu. Dia sama sekali tidak memakai baju bawahan, untung saja bada bagian bawahnya terhalang pintu kamar mandi. Laras terkejut, spontan menutup matanya sambil mundur beberapa langkah. Melihat kelakuan istrinya, Todi tersenyum nakal. Hatinya selalu bahagia menggoda Laras.
"Kamu kenapa sih kak, pakai handuk dulu," pinta Laras, dia tidak kesal, dia hanya malu.
Mendengar permintaan istrinya, Todi malah semakin menjadi-jadi.
"Halal lihat suami telanjang tuh, udah buka mata nya dong, kalau ga aku keluar nih," ancam Todi sambil tersenyum, dia dengan susah payah menahan tawanya.
"Jangaaann...iya...aku buka mata ini kak," balas Laras cepat, sambil melepaskan tangannya.
"Kakak mau aku masakin apa?" tanya Laras lagi.
"Aku mau ajakin kamu kencan hari ini, jadi kita sekalian makan diluar," jawab Todi.
"Kencan?? Beneran?" tanya Laras lagi. Ini malam mingguan pertama dia dan Todi.
"Iya, kamu dandan yang cantik ya" ucap Todi lagi sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Dia mengedipkan matanya sebelum menghilang dari balik pintu.
Laras tertawa, dasar genit, gumamnya dalam hati.
Laras segera memakai baju nya, dia memakai kaos putih dan jeans birunya, sambil menunggu Todi, Laras pergi ke dapur untuk menyeduh teh, setidaknya perutnya ada isinya sedikit, pikir Laras.
Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya Todi selesai. Todi hari ini terlihat keren dengan kaos hitam berkerah dan jeans abu-abunya. Suaminya membawa dua buah jaket di tangannya. Laras tidak bertanya.
"Mau teh?" tanya Laras, dia baru selesai dengan tehnya.
Todi menggeleng, dia sudah memegang kunci mobil.
"Ayo kita langsung pergi," ajak Todi. Dia mengulurkan tangannya.
"Mau kemana?" tanya Laras.
"Udah ikut aja ya," ucap Todi, masih mengulurkan tangannya.
"Oke," Laras mengangguk, menyambut tangan Todi.
Todi membawa mereka menuju kawasan Braga, mereka menuju sebuah restauran yang cukup besar.
"Kata temen aku disini makanannya enak," ujar Todi, dia keluar dari mobil dan meminta petugas vallet, daerah Braga memang sulit untuk memarkirkan kendaraan. Todi berlari membukakan pintu untuk istrinya.
"Ayo, sayang," ajak Todi, mengambil tangan Laras.
Mereka masuk ke dalam restauran dan mengambil kursi di pojokan lalu memesan makanan.
"Mau makan apa?" tanya Todi.
"Aku mau sop buntut aja, sama spaghetti nya kaya enak ya kak" ucap Laras, matanya berbinar-binar melihat semua makanan di buku menu.
"Kamu yakin mau pesen dua?" tanya Todi, takut istrinya sakit perut karena terlalu
"Ice coffee nya enak banget," ucap Todi.
"Buat dessert aja ya kak," ucap Laras, senang.
Setelah menunggu beberapa saat, makan siang mereka pun datang.
"Abis ini mau kemana?" tanya Laras, penasaran. Dia sudah sibuk dengan sop buntutnya.
"Udah nanti juga tahu..makan yang banyak ya," ucap Todi.
"Oke," balas Laras lagi.
Selesai makan, Todi membawa Laras berjalan-jalan di sekitar daerah Braga. Di daerah ini banyak sekali tempat-tempat cantik untuk berfoto. Mereka berdua banyak mengambil foto bersama. Setelah puas, mereka berdua kembali untuk mengambil mobil.
"Sekarang mau kemana kak?" tanya Laras, dia masih sibuk melihat foto-foto yang mereka ambil barusan.
"Hmmm.. udah sore ya," ucap Todi.
"Iya," balas Laras, dirinya masih penasaran mau dibawa kemana oleh suaminya. Todi membawa mobil menuju sebuah tempat, berada di atas Bandung. Cukup lama waktu menuju tempat ini, apalagi Sabtu ini jalanan Bandung macetnya bukan main. Selain itu, mereka harus berjalan kaki terlebih dahulu menaiki jalanan menanjak dan tangga. Pantas saja Todi meminta Laras untuk makan yang banyak dan memakai sepatu keds tadi. Laras nyaris protes pada Todi saat menyadari betapa jauhnya jalan yang harus ditempuhnya. Belum lagi Todi memaksa dia harus memakai jaket yang cukup tebal, karena udara petang ini sangat dingin. Tapi, semua terbayar saat sampai ke tempat yang dituju. Pemandangannya indah sekali. Di atas sana Todi dan Laras bisa menyaksikan keindahan matahari Bandung yang mulai tenggelam, dan beberapa saat kemudian berganti dengan cahaya kelap kelip dari bawah kota Bandung. Ada beberapa pasangan disana yang juga ikut menikmati pemandangan malam itu. Cantik sekali, puji Laras. Todi mengajak duduk di sebuah bangku kosong yang menghadap ke pemandangan seluruh kota Bandung.
"Bagus banget..kak!" puji Laras. Wajahnya tersenyum lebar.
Todi melirik istrinya, dia senang melihat Laras menikmati pemandangan itu.
"Bagus kan?" ucap Todi. Laras mengangguk.
"Dingin," ucap Laras sambil merapatkan jaketnya. Mendengar keluhan istrinya, Todi langsung memeluk istrinya. Laras mendekat.
"Tangan kamu dingin sekali, ayo duduk sini," ucap Todi, setengah memberi perintah sebenarnya. Dia memundurkan duduknya, meminta Laras untuk duduk di depannya.
"Malu kak," tolak Laras halus. Walaupun hari itu tidak terlalu ramai, tapi dia tetap merasa malu bila dilihat orang-orang disana bermesraan, walaupun dengan suami sendiri.
"Malu sama siapa? Enggak ada yang kenal sama kita," pinta Todi lagi. Todi langsung menarik tangan istrinya untuk duduk didepannya. Laras tidak bisa menolak lagi. Dia duduk didepan suaminya. Todi memeluk istrinya dengan erat dari belakang, membuat tubuh Laras terasa hangat, sedikit panas sejujurnya.
"Kak, " panggil Laras.
"Hmmm?" balas Todi tepat di telinga Laras, membuat gadis itu sedikit merinding. Dagu Todi diletakkan di atas bahu Laras.
"Kakak tahu dari mana tempat ini?" tanya Laras. Dia penasaran. Sempat terlintas di pikirannya kalau ini pasti tempat pacaran Todi dan Sarah dulu.
"Kalau lagi stress aku kesini," jawab Todi.
"Sendiri?" tanya Laras lagi, masih penasaran.
"Iya, sendiri," jawab Todi lagi. Laras hanya mengangguk saja.
"Kenapa?" sambung Todi, bingung. Dia memajukan wajahnya untuk melihat wajah Laras.
"Enggak, penasaran aja, " sahut Laras, pelan.
Todi, mengangkat tubuh istrinya ke atas pangkuannya. lengannya menyangga sebelah tubuh Laras, sehingga mereka berdua bertatapan. Laras cukup kaget dengan apa yang dilakukan Todi.
"Ras, kenapa?" tanya Todi, seakan menangkap rasa keingintahuan istrinya.
"Kak, eeemmm...aku boleh tanya?" ucap Laras ragu-ragu. Dia benar-benar ingin tahu perasaan Todi yang sebenarnya saat ini.
"Apa? Tanya aja," jawab Todi. Masih menatap istrinya.
"Kak, aku..aku cuman mau tahu, apa..apa kakak benar-benar...sudah..sudah cinta sama aku?" ucap Laras dengan pelan. Tapi Todi bisa mendengarnya dengan jelas.
"Ras, apa kamu masih belum yakin sama perasaan aku setelah selama ini?" tanya Todi.
"Aku..aku ..aku cuman takut aja kak. Takut kakak..hanya..merasa kasihan dengan aku." ucap Laras lagi.
"Dasar bodoh, aku beneran cinta sama kamu Larasati Putri," ucap Todi. Hatinya sedikit sakit mendengar perkataan Laras barusan. Tapi Todi mengerti mengapa Laras berkata seperti itu. Dia memang pantas mendapatkannya mengingat betapa jahatnya perlakuan Todi di awal pernikahan mereka.
"Sungguh-sungguh kak? Aku..aku beneran ikhlas kalau kakak mau kembali pada Sarah, aku..". Belum sempat Laras menyelesaikan kalimatnya, Todi sudah "membungkam" bibir Laras dengan ciuman.
"Jangan ngomong macem-macem lagi ya, aku cuman cinta sama kamu, enggak akan ada lagi orang lain di hati aku sekarang ini, Oke?" ucap Todi dengan wajah serius.
"Janji kak?" tanya Laras.
"Mau aku buktiin dengan apa?" balas Todi lagi.
"Cukup janji ke aku kalau ada disamping aku selamanya," ucap Laras pelan.
"Aku janji Ras, bakal buat kamu bahagia terus," ucap Todi. Dia memeluk Laras dengan erat.
"Aku juga janji kak, akan jadi istri terbaik untuk kamu," balas Laras, membalas pelukan Todi.
Malam ini Laras dan Todi menghabiskan waktu berdua sampai malam hari.
"Kruukk..krukkk" , terdengar suara perut Laras. Rupanya Laras sudah kelaparan lagi.
"Kamu udah lapar lagi?" tanya Todi sambil tertawa geli. Tidak menyangka kalau istrinya cepat lapar.
"Iya kak, hehe,," ucap Laras sambil tersipu.
"Ya udah, yuk kita turun, kita makan malam, udah hampir jam 8 ternyata," ucap Todi, dia baru sadar sudah lama berada di atas sana.
"Mau makan apa kita?" tanya Laras.
"Hmmm..apa aja, terserah kamu. Calon ibu anak aku harus makan banyak," goda Todi.
"Ca..calon ibu?? Kakak nih apaan sih" balas Laras, memukul pelan lengan Todi. Hatinya jadi tidak karuan mendengar kalimat Todi.
"Iyah, aku pengen kita cepet-cepet punya anak," goda Todi lagi.
Laras tidak menjawab, dia langsung berjalan cepat terlebih dahulu meninggalkan Todi. Wajahnya langsung memerah, debar jantungnya juga bertambah cepat. Todi hanya tertawa dan langsung mengejar istrinya. Menggenggam tangan mungil Laras.
"Kok marah sih??" goda Todi lagi.
"Aku enggak marah, aku malu kak," ucap Laras. Todi tertawa dan memeluk istrinya dengan sayang.
"Mulai sekarang aku akan sering godain kamu ya," balas Todi sambil tertawa geli.
Laras tidak menjawab, tapi dia langsung mencubit pinggang suaminya dengan wajah pura-pura kesal. Hati Laras hari ini penuh dengan kebahagiaan di kencan pertama ini.