Dalam karir yang sukses disertai dengan stabilitas ekonomi ku bersama suamiku maka aku mulai mencoba untuk menambah cintaku kepada sang suami . Aku mulai melupakan apapun terkait dengan cinta sejati yang fana dan aku yakin ada rencana indah dari Yang Maha Kuasa terhadap pernikahan kami, walaupun kami belum juga dikaruniai anak. Aku hanya perlu teman sejati dan aku mendapatkan teman sejati dari karir yang aku bangun dan juga relasi relasi aku. Alloh Sang Maha Kuasa sepertinya berusaha menguji keimanan aku dengan jalan bengkok yang harus aku lalui. Aku benci jalan penuh dengan kemaksiatan dan Alloh memberikan lobang itu untuk aku melompat setinggi-tingginya agar aku tidak masuk ke dalam lobang dan tenggelam di lumpur kemaksiatan. Keindahan yang sejati ada pada zikir dan doa ketika kita semakin merapat kepadaNya. Aku harus bisa menjadi seseorang yang tetap lurus dan semakin bijaksana, Cinta Nya melebihi apapun. Bahkan ketika aku terlelap dalam impian duniawi maka Alloh tetap saja memanjakan aku dengan kenikmatan yang hakiki. Alloh mempertemukan aku dengan teman-teman sejati yang dulu pernah mengkaji Islam bersama-sama ketika aku masih sekolah di tingkat SMP dan SMA. Aku menjadi malu terhadap sikapku yang terlalu cuek terhadap Cinta-Nya dan masih saja bertanya kepada Alloh, siapakah cinta sejatiku yang sesungguhnya. Aku mulai meredam emosiku dan aku menjadi faham atas hakikat kehidupan ini. Aku sering mencoba meyakinkan suamiku bahwa dia bisa menjadi sosok lelaki romantis namun aku belum pernah berhasil untuk hal tersebut dan aku berusaha untuk menerima apapun yang dia berikan walaupun cinta itu terasa hanya hubungan yang hambar tanpa garam, namun aku berusaha mencari kesenangan dan kebahagiaan dengan cara mendekati Sang Maha Pemilik Cinta. Kemudian aku bersyukur bahwa aku masih memiliki teman teman sejati.