Aku terpaku di sebuah cermin. Mengapa Tuhan bisa membuat aku menjadi seorang Janda. Sebuah kondisi yang sangat aku takuti. Aku berusaha menerima takdir bahwa aku harus hidup sendiri setiap hari tanpa anak. Namun akhirnya Tuhan memberkati hidup aku bahwa aku memiliki harta untuk mendapatkan asisten pribadi dan aku masih bisa menjalankan bisnis yang sudah lama aku rintis bersama almarhum suami ku. Sejak kecil, aku memang tidak pernah benar-benar merasakan cinta yang utuh dari orang yang aku sukai. Aku hanya bertemu satu hari kemudian aku menyatakan cinta dan dia pergi, kemudian aku terluka. Dalam kondisi yang terluka berkali kali atas kegagalan mendapatkan cinta, maka aku menerima kehadiran satu orang lelaki yang menjadi suami aku. Aku merasakan cinta pada suamiku namun aku masih merasa sebuah cinta yang sederhana. Imajinasi ku atas sebuah hubungan romansa cinta belum tersalurkan karena ternyata suamiku tipe lelaki yang menjalani hidup dengan datar saja. Aku merasa hidup sendiri , pada akhirnya karena romantisme yang aku dambakan belum bisa aku rasakan. Pada akhirnya aku harus menghadapi kenyataan pahit bahwa suamiku dipanggil oleh Yang Maha Kuasa untuk pergi selama nya dan aku terpuruk dalam kesepian yang panjang. Aku belum bisa move on dari bayang-bayang masa laluku. Aku ingin suami ku memberikan pesan cinta untuk ku, namun dia pergi terlalu cepat di usia yang masih muda dan aku tidak tahu harus melangkah kemana lagi. Aku kehilangan arah. Aku hanya bisa terdiam dalam sepi dan aku mencoba menyibukkan diriku dengan pekerjaan dan bisnis. Satu-satunya hal yang bisa menghibur aku adalah hadirnya keluargaku seperti kedua orang tuaku dan adikku beserta anak-anaknya. Itulah hiburan dalam hidup ku yang bisa nyata aku rasakan. Pada suatu waktu, aku memutuskan untuk merayakan hari bersejarah ku yaitu hari ulang tahunku. Aku mengundang semua orang yang ada di dekat ku yaitu keluarga dan karyawan. Aku hadirkan mereka semua agar suasana hati ku menjadi ceria kembali. Hanya dalam beberapa jam saja, hatiku bisa mulai mengikis kesedihan yang sedang aku rasakan untuk bangkit seperti kondisi ketika aku belum menikah. Aku ingin menjadi diriku yang dulu, yaitu seorang Seruni yang energic dan mandiri. Seorang Seruni yang pernah hidup jomblo tanpa berhasil mendapatkan cinta dari satu orang lelaki pun dan tetap ceria dan akhirnya diusia menjelang 30 tahun, baru bisa menikah. Dan pada saat inilah Seruni ingin bangkit untuk terbiasa hidup sendiri seperti ketika masih muda . Aku tetaplah seorang anak manusia biasa yang perlu cinta sejati namun kehangatan cinta itu belum juga menerpaku. Aku menjadi terbiasa hidup bersama dengan asisten pribadiku yaitu sahabatku sendiri dan dia juga seorang janda dengan usia yang sudah sangat matang. Kami berdua mencari solusi agar kami bisa memiliki usaha baru buat masa depan kami di saat pensiun nanti. Aku tidak mungkin hanya bertahan dengan satu sumber income maka aku harus mulai mencari sumber income tambahan untuk bisa membeli rumah, dan mencari kesempatan maju menjadi Pengusaha sejati. Aku rasa jatah hidup ku tidak akan lama untuk berjuang dalam jalan kebenaran sehingga aku pun terobsesi untuk memiliki Yayasan Sosial dan menjadi pengusaha yang dermawan. Obsesi ini sebenarnya sudah pernah aku miliki sejak usiaku 25 tahun dan aku sempat merintis kegiatan sosial di beberapa lokasi yaitu dengan melakukan pembinaan terhadap anak-anak jalanan. Namun dalam fase ini, aku sering melakukan blaming terhadap semua orang. Aku masih sering menyalahkan orang lain. Introspeksi diri adalah obat mujarab yang harus aku lakukan. Aku melakukan meditasi untuk mengobati luka batinku. Terkadang aku tidak sabar menunggu hadiah dari Yang Maha Kuasa berupa pendamping hidup yang bisa menyebabkan aku memiliki anak-anak yang Sholeh. Aku sudah lama menunggu lahirnya generasi berikutnya dari rahimku sendiri. Semoga aku bisa melepaskan blaming aku terhadap setiap orang dan aku bisa menata hidup kepada arah yang Alloh ridhoi. Mencari cinta sejati tetap saja aku lakukan dengan cara bermeditasi dan membersihkan hati ku.