Semua waktu sudah habis dengan terus memikirkan dia. Aku merasa tidak mampu menahan rasa cintaku yang sedemikian besar padanya sehingga aku mengirimkan expresi cintaku dalam bentuk email dan juga whatsapp. Dia tidak pernah menjawab dan merespon itu semua padahal aku punya sebuah rasa yang tulus dan ingin mendapatkan kepastian mengenai rasa yang ada pada hatinya. Walaupun aku menyadari bahwa journey hidupnya pasti masih lebih panjang karena dia masih muda. Adapun journey dalam hidup aku, pasti sudah sedemikian pendek karena aku sudah tua dan aku sudah menikah. Aku pernah terluka dan patah hati. Aku masih terus berharap ada cinta sejati untuk ku karena aku belum bahagia dalam hidupku. Kemudian aku merasa bahwa kedatangan Pangeranku ini sepertinya memang untuk aku yaitu sebagai jodohku. Aku berdoa semoga dia tidak cuma menggoda untuk urusan cinta dunia sekejap saja dan aku berharap dia bisa berkomitmen untuk hubungan yang serius. Aku fikir dia memang adalah orang yang aku cari dan aku tunggu selama hidupku. Namun, ternyata dia mengeluarkan kata-kata kasar dan dia pergi menjauh dariku. Dia mengkhianati aku dan dia berkata kata dengan ketus bahwa aku sudah melakukan hal yang salah. Aku malu namun aku memang sudah terlanjur seperti orang gila. Aku takut sekali kehilangan dia dan ternyata aku benar benar kehilangan dia. Aku menyadari bahwa aku harus kembali kepada Tuhanku dan menyerah dengan situasi ini. Aku menjadi hidup dalam dunia yang hampa tanpa udara. Sejak dia pergi, maka seluruh tubuhku seperti retak dan tidak memiliki energi. Aku jatuh dan terpuruk. Maka yang aku syukuri adalah aku belum berpisah dari suamiku . Dalam situasi sulit seperti itu, kalau saja aku berubah status menjadi janda karena aku sudah tidak bisa mengendalikan rasa cintaku yang seperti orang gila, maka aku akan terperosok ke dalam jurang yang terjal dan aku bukan hanya luka kecil, namun ini adalah luka yang sangat besar dan dalam karena aku melakukan di dalam pernikahan. Jika dahulu kala aku pernah rapuh ditinggalkan kekasih maka aku masih menyadari bahwa aku masih single dan belum punya pernikahan. Namun kali ini, aku malu pada semua orang karena aku sudah menikah dan aku membuat luka pada suamiku juga. Aku sadar bahwa aku belum memiliki anak dan aku belum memberikan yang terbaik untuk suamiku maka aku seperti mendapatkan peluang untuk bahagia bersama cinta yang baru. Namun Sang Pangeran pergi dan mengeluarkan kata-kata kasar. Ada 4 kali situasi dan kami bertengkar hebat. Kami sebetulnya bukan lah pribadi yang mudah untuk bertengkar dan berkonflik namun entah mengapa hal itu bisa terjadi. Aku merupakan perempuan yang merindukan cinta dan benci dengan konflik. Aku hadapi semua ini dengan berpasrah dan melakukan instrospeksi diri bahwa aku akan merubah semua sikapku. Jodohku mungkin bisa diganti oleh orang lain yang lebih tepat dan lebih siap untuk membuat aku bahagia. Suamiku sebetulnya bisa juga menjadi tempat aku berbahagia jika kami berusaha menata kembali rumah tangga kami agar menjadi rumah tangga yang sakinah. Maka aku putuskan untuk kembali kepada suamiku dan mencoba menata hidup yang romantis bersama dengan dia yang telah menikah denganku selama 11 tahun. Aku mencoba memperbaiki sikap dan perilaku untuk membuat suamiku tidak dibohongi lagi olehku dan aku berusaha mencari solusi dalam rumah tanggaku sendiri. Jika suatu hari Pangeran ku ingin mengajak aku kembali kepangkuan nya, maka aku harus berusaha membuat sebuah kesepakatan sehingga aku tidak mengalami lagi situasi sulit yaitu diperlakukan dengan kata kata yang kasar. Aku mundur dari sebuah upaya menemukan cinta sejati. Aku mundur dari sebuah penantian panjangku sendiri.