Aku Seruni tiba -tiba menjadi sosok wanita yang pencemburu. Padahal aku sudah mencoba untuk tidak cemburu ketika sang Pangeran pujaan hatiku pindah ke lain hati. Aku seharusnya membiarkan dia memiliki banyak pacar karena memang aku belum menikah dengannya. Jadi, hatiku menjadi sangat galau setiap kali membayangkan bahwa Pangeran ku ini melirik wanita lain dan melupakan aku. Aku menjadi depresi dan menyesal bisa jatuh hati pada lelaki playboy dan aku sudah terlanjur memberikan hatiku dan cintaku pada si Pangeran ini. Seharusnya aku menjauh dan mengukur diri bahwa perbedaan usia tidak akan mungkin mampu menyatukan aku dengan Pangeranku ini. Seharusnya aku sadar bahwa dia yang aku sayangi hanya bisa menjadi teman dan tidak bisa lebih dari itu. Aku harus membersihkan hatiku kembali dan mendekat kepada Yang Maha kuasa karena aku sudah memiliki suami dan aku sudah berkomitmen dalam suatu pernikahan. Aku tidak mungkin membina hubungan terlarang dengan lelaki lain dan aku harus menjaga harga diriku sebagai seorang yang memiliki keluarga religius. Aku sejak kecil mendapatkan pendidikan agama yang cukup sehingga aku tidak boleh berduaan dengan lelaki yang bukan mahram dan aku tidak boleh juga memiliki kebiasaan untuk berpacaran. Tatakrama sopan santun orang timur juga tidak membenarkan hubungan bebas antara lelaki dan perempuan. Maka, aku juga malu dengan sikap aku yang tiba tiba saja merasa marah dan cemburu ketika lelaki muda ini melirik wanita lain. Padahal aku juga belum menjadi istrinya. Inilah hidup yang rumit yang membuat hatiku gelisah. Suamiku sepertinya cuek saja dengan kondisi istrinya yang sedang galau dan sedang jatuh cinta kepada lelaki lain.