"Ara, semua kenangan tentang kamu, mencerminkan bahwa kita ada sepasang sejoli yang sulit untuk dipisahkan, karena aku melihat diriku pada dirimu" itulah rintihan setiap malam yang aku sampaikan di dasar lubuk hatiku manakala aku merindukan Ara yang sedang jauh di kampung halamannya. Aku Seruni, masih menunggu kehadiran Ara di Jakarta dan meyakini bahwa Ara akan datang dan membalas kerinduan ini dengan kerinduan yang dalam dan pada akhirnya akan berkomitmen untuk menikah. Bayangan Ada selalu hadir setiap menit di pelupuk dan fikiranku tanpa bisa dihadang. Aku sudah berusaha untuk ikhlas, karena mungkin Ara akan segera dijodohkan oleh orang tuanya ata pacar nya akan menuntut untuk menikah atau ada juga fikiran jika Ara sudah memiliki anak di kampung halaman nya. Semua rasa itu menggelora seperti rasa permen nano nano. Ada rasa malu karena aku masih istri orang lain dan belum bercerai dengan suamiku namun ada galau penuh kerinduan yang selalu hadir kerena takut jika Ara di rayu ayau dimiliki oleh wanita lain. Akhirnya, aku cuma bisa pasrah dengan energi yang sudah melemah karena jauh dari pujaan hati.
Aku sering menghibur diri dengan mengikuti reunian, baik itu reuni SMP maupun jenis pertemuan komunitas yang membuat aku bisa sejenak melupakan Ara. Aku juga berdoa semoga tidak ada lelaki lain yang menggoda aku dan tidak ada wanita lain yang menggoda Araku, pujaan hatiku. Aku merasa seperti teman satu jiwa dimana ketika aku berkaca maka aku lihat wajah Ara pada wajahku. Aku masih ingin menjawab pertanyaan dia , yaitu "what can i do for you" , sebuah kalimat yang belum bisa aku jawab hingga hari ini karena aku takut tidak bisa melepaskan dirinya karena sudah di mabuk cinta. Hasrat bercintaku membara seperti api yang menyala-nyala manakala kami bertemu dan aku takut tidak bisa menghindari diri dan mengendalikan diriku. Aku terus menjaga diri agar Ara tidak menodai diriku dan Ara bisa memiliki aku dengan cara yang halal. Entah sampai kapan kami nisa berdiam diri dan menahan perasaan cinta yang sedang membara ini. Emosi jiwaku bergejolak setiap kali membayangkan Ara berada bersamaku karena aku merindukan segala hal tentang dia, terutama tentang tatapan matanya yang mempesona. Aku akui hampir semua wanita akan terpesona jika melihat dirinya, mungkin seperti keindahan seorang Nabi Yusuf. Aku seperti Zulaikha yang bisa memberikan sayembara bahwa siapa yang ingin melihat ketampanan nabi Yusuf maka silahkan meliha tnya sambil mengupas mangga kemudian semua tangan wanita yang terpesona akan berdarah dan semuanya mengakui keindanhan tersebut. Aku berusaha menjadi seorang Fatimah Az-Zahra yang sangat mencintai Ali bin Abi Thalib namun keduanya tidak berpacaran karena mencari jalan yang halal dan resmi saja. Aku mencoba untuk ikhlas menunggu dia, sang Pangeran pujaan hatiku.