Aku adalah seornag Pengusaha yang ingin memiliki banyak Perusahaan. Sejak usia 12 tahun, aku sudah menyatakan di depan kedua orang tuaku bahwa aku akan menjadi Pengusaha dan bukan hanya 1 perusahaan, yaitu 5 Perusahaan.
Itu adalah Dream aku yaitu menjadi Pengusaha. Dream aku yang lain adalah aku ingin menjadi seorang Dermawan. Aku ingin Kuliah menjadi seorang Doktor. Dream ini bisa dipahami oleh Ara, teman, mitra bisnis juga seseorang yang aku kagumi. Namun dream ini tidak bisa dipahami oleh suamiku sendiri. Aku dan suami hidup dalam rutinitas yang monoton tanpa gairah dan tanpa warna -warni. Aku bosan dengan kehidupan yang seperti itu. Aku ingin merubah nuansa rumah tanggaku menjadi nuansa romantisme. Aku sudah menyampaikan kepada suamiku dan dia menyerah. Dia menyatakan tidak mampu menjadi suami yang romantis. Dia memang seperti itu adanya dan dia hanya bisa memanjakan aku dengan makanan yang lezat sehingga kamu berdua memiliki badan yang sangat besar. Hatiku berontak, dan tidak merasa cukup hanya bisa makan enak. Aku mau punya rumah tangga yang romantis dan penuh dengan bunga-bunga indah serta punya passionate di dalam kehidupan kami. Aku mencoba meyakinkan suamiku bahwa dia harus berubah namun dia selalu saja mudah menyerah.
Aku sedih dan galau. Namun dengan kehadiran Ara, aku merasa semua dream aku akan terwujud jika aku bisa menikah dengan nya karena aku bisa melihat tatapan mata indahnya ada bentuk romantisme yang aku cari selama ini.
Aku sudah bisa membuktikan kepada keluargaku dan suamiku bahwa aku sukses di dalam karir dan bisnis. Aku gagal di dalam hubungan percintaan dan rumah tangga. Aku mencoba memperbaiki rumah tanggaku namun tetap saja suamiku adalah sosok yang flat.
Aku menyatakan kepada Ara bahwa aku selalu saja gagal dalam urusan percintaan. Aku sulit sekali dalam menemukan pujaan hatiku yang bisa membuat aku jatuh cinta dan membuat hari -hariku indah. Aku ingin merubah suamiku namun tidak bisa. Aku selalu tidak didengarkan oleh suamiku. Aku ingin Ara bisa masuk menjadi bagian dalam hidupku suatu hari kelak, entah itu kapan. Tapi aku sangat menyadari bahwa Ara berhak untuk bahagia dengan wanita single yang dia cintai dengan sepenuh hati. Aku hanya ingin selalu berada di dekat Ara walaupun bukan sebagai pasangan hidup. Aku bahagia bisa bertemu dengan dia. Itu saja yang bisa aku sampaikan kepada Ara.