Chapter 30 - Jurus Bumi Kyai Layon

Raden Kuning yang kehilangan penglihatannya, langsung mendapat serangan ganas dari kakek berjenggot putih. Ia menyerang dengan menggunakan tongkat panjang yang ujungnya dilapisi besi. Sekali gebuk, kepala Raden Kuning yang menjadi sasarannya.

Angin pukulan tongkat yang mengarah kepalanya dirasakan oleh Raden Kuning. Ia langsung menghindar sambil menutup matanya dan memainkan jurus kedua 𝘴𝘢𝘯𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘦. Jurus ini menggunakan indera perasa untuk mendeteksi serangan lawan. Karena itu, kebutaan akibat terkena serangan bubuk putih tadi tidak berpengaruh besar. Raden Kuning bahkan menutup indera penglihatannya sehingga ia makin fokus memainkan jurusnya.

Sayangnya, lawan terlalu kuat. Dalam belasan jurus saja, Raden Kuning terlihat terdesak oleh ganasnya gulungan tongkat lawan. Jurus keduanya memang ditujukan untuk bertahan. Tak ingin terus keteter, Raden Kuning mengkombinasikan jurus ketiga dari sebelas jurus 𝘚𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘗𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘋𝘶𝘮𝘢𝘥𝘪. Jurus ketiga adalah 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘮𝘱𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘶𝘳𝘶𝘴. Titik tekan dari jurus itu yakni memainkan langkah kaki untuk menghindari serangan lawan dan sekaligus memberikan serangan balasan.

Dengan kombinasi jurus kedua dan ketiga, Raden Kuning kelihatan mulai dapat mengimbangi permainan tongkat musuhnya. Sesekali ia bahkan dapat mencuri melepaskan tendangan maut ke arah tubuh lawan. Sayang, kendati tenaganya telah bertambah tujuh kali lipat tetapi akibat kebutaan matanya, ia tidak dapat melihat titik kelemahan lawan.

Kakek tua tiba-tiba merubah gerakan tongkatnya. Ia melompat mundur sembari memukul-mukulkan tongkat ke tanah. Suara ketukan tongkat itu mengganggu indera pendengaran Raden Kuning. Benar saja, setelah lawan memainkan tongkat mengetuk ke tanah, ia kesulitan untuk memperkirakan serangan lawan.

"Buk, buk!" Terdengar suara tongkat memukul bahu sebelah kanan Raden Kuning. Beruntung tenaga dalamnya sangat kuat sehingga pukulan itu hanya membuat luka luar saja. Kakek tua berjenggot putih juga kaget saat mengetahui tangannya bergetar ketika tongkatnya berhasil mengenai bahu lawan.

"Serang dia dengan menggunakan jurus pamungkasmu, Wira!"

Dari suaranya Raden Kuning tahu si pengirim pesan adalah Pangeran Arya Mataram. Tanpa banyak pikir, ia selanjutnya melompat ke belakang dan mengambil ancang-ancang jurus keenam 𝘫𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯𝘨𝘶. Kedua tangannya terangkat ke atas lalu dengan cepat dirapatkan di depan dada. Raden Kuning menunggu lawannya menyerang. Ketika suara tongkat yang dipukul ke tanah itu semakin kencang, ia dapat menduga jika lawannya telah berada dalam jarak yang dekat. Dengan sabar Raden Kuning menunggu lawannya menyerang.

"Ciaaat, plak, aduh!"

Terdengar suara beradu tangan dengan tongkat disusul dengan suara mengaduh. Yang baru saja terjadi adalah Raden Kuning menahan pukulan tongkat lawan dengan melepas pukulan pamungkasnya 𝘫𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯𝘨𝘶. Akibatnya tongkat si kakek berjenggot putih remuk dan tangan kanannya gosong terkena imbas tenaga pukulan Raden Kuning. Si kakek tua berjanggut putih kemudian terpental lima tombak ke belakang. Ia langsung muntah darah dan tak sadarkan diri. Luar biasa hebatnya tenaga pukulan Raden Kuning yang baru saja dilepasnya tadi.

Mendengar lawannya jatuh berdebuk, Raden Kuning memanfaatkan waktu itu dengan menyembuhkan matanya. Dengan cekatan, Bujang Jawa memberi satu kantung air sumur untuk digunakannya membuang serpihan serbuk putih yang tadi sempat mengenai mata Raden Kuning. Berkat bantuan Bujang Jawa, mata Raden Kuning yang terkena serangan senjata rahasia bubuk putih sudah mulai melihat kembali.

Di saat hampir bersamaan, Wong Segara melompat maju menyerang. Orang berperawakan tinggi besar itu menggunakan cemeti sebagai senjatanya. Bunyi cetar dari cemeti langsung membuat bising di sekitar lokasi pertarungan. Kali ini Raden Kuning mendapatkan lawan tangguh.

Sebelumnya, pemimpin rombongan prajurit bayaran itu sudah mengukur kemampuan lawannya. Jika melihat jurus pukulan Raden Kuning ketika menyerang kakek berjanggut putih tadi, Wong Segara menduga tidak ada jurus andalan lainnya yang dimiliki lawannya. Anggapan itu tidak salah karena jurus 𝘫𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯𝘨𝘶 adalah jurus terakhir yang bisa dikuasai oleh Raden Kuning. Tetapi, Raden Kuning masih memiliki jurus lainnya, yaitu jurus kelima jurus 𝘣𝘶𝘮𝘪.

Setelah melihat kelihaian tenaga dalam lawannya, Wong Segara sedapat mungkin menghindari kontak langsung beradu tenaga dalam. Ia menggunakan cemetinya untuk menyerang dan menghindar ketika Raden Kuning mengajak adu tenaga. Ternyata dengan begitu, Wong Segara dapat mendominasi pertarungan. Ya, memang dalam hal pengalaman dan tingkat kematangan jurus silat, Raden Kuning masih kalah selangkah. Maklumlah jika musuhnya itu sudah banyak makan asam garam pertarungan.

Tak ingin keteter oleh lawan, Raden Kuning memainkan silat langkah ajaib yang merupakan turunan dari jurus 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘮𝘱𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘶𝘳𝘶𝘴. Kombinasi jurus kedua dan ketiga itu membuat pertarungan itu semakin sengit. Kali ini karena kecepatan tubuh keduanya, orang awam tidak dapat mengikuti jalannya pertarungan.

Beruntung matanya berangsur pulih kembali. Raden Kuning mengandalkan gabungan dua jurus dari 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘶𝘮𝘢𝘥𝘪 untuk membungkam lawannya. Tetapi karena lawan menggunakan senjata panjang berupa cemeti, ia kesulitan untuk mendekati tubuh lawannya. Jurus tangan kosong yang dimainkan oleh Raden Kuning kendati dapat mengimbangi serangan lawannya, tetapi hingga puluhan jurus ia masih saja belum mampu menumbangkan lawannya.

"Mohon izin dengan kanjeng Sunan Gresik. Aku harus menggunakan keris Kyai Layon agar dapat cepat menjatuhkan pria besar ini." Begitu batinnya. Segera diloloskannya keris sakti titipan si Tua Buta itu.

Pamor magis keris Kyai Layon langsung menyergap semua yang hadir di lokasi adu kesaktian. Woro Segara mahfum jika keris yang kini berada di tangan Raden Kuning bukan keris sembarangan. Ia segera mengeluarkan jurus andalannya cemeti geni. Dari gagang cemeti mengalir minyak ke ujung cemeti setelah Woro Segara menekan tombol rahasia. Dengan cara yang sama, gagang cemeti mengeluarkan api yang langsung membakar cemeti.

"Mampuslah kau pemuda dableg. Hadapi jurus mautku, Cemeti Geni!"

Di saat hampir bersamaan, ketika Raden Kuning mengalirkan tenaga dalamnya untuk menguasai keris, dari gagangnya justru mengalir tenaga liar yang langsung masuk ke tubuh Raden Kuning dan berupaya mengambil alih kesadarannya. Inilah yang juga terjadi pada Putri Wuwu, jika tidak dapat menjinakkan tenaga liar yang berasal dari keris, maka si pemegangnya akan dikendalikan oleh tenaga liar.

"Aih.....!" Raden Kuning terperanjat dan mengeluarkan suara lenguhan. Di dahinya keluar keringat dingin.

Melihat lawannya seperti orang linglung, Woro Segara segera menyerang dengan cemeti apinya. Suara lecutan cemeti bercampur dengan sinar api yang membakar cemeti mengarah ke bagian vital tubuh Raden Kuning. Dalam keadaan itu yang terlintas dalam pikirannya adalah menggunakan cara yang sama seperti diajarkan dalam 𝘬𝘪𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘓𝘪𝘳-𝘪-𝘭𝘪𝘳, membiarkan tenaga liar keris masuk, kemudian mengurungnya dengan menutup tujuh titik syaraf dengan tenaga sendiri. Raden Kuning melompat tinggi ke depan untuk menghindari cemeti lawan yang menyerangnya. Serangan itu lolos karena Raden Kuning melompat hingga keluar dari arena.

"Hei, prajurit tengik, jika engkau jerih segera pancung kepalamu sendiri, hahahaha....!" Wong Segara tertawa mengejek. Dalam hatinya ia merasa Raden Kuning jerih karena tidak memiliki ilmu andalan lainnya.

Melihat lawannya jumawa, Raden Kuning tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia kemudian menutup tujuh titik jalan darahnya, dan benar saja, tenaga liar itu menyatu dengan tenaga 𝘒𝘢𝘸𝘦𝘥𝘢𝘳 serta menghasilkan tenaga dalam yang maha dahsyat. Segera ia melompat kembali ke arena pertarungan dan menyerang musuhnya.

"Tar!" Suara cemeti yang terbakar menyambut serangan Raden Kuning. Keduanya saling serang, terlihat sekali mereka ingin cepat menyelesaikan pertarungan. Dalam belasan jurus, beberapa kali nyawa mereka jadi taruhan akibat keganasan jurus yang dimainkan.

Raden Kuning kemudian mengkombinasikan jurus kelima, jurus 𝘣𝘶𝘮𝘪 untuk mengalahkan lawannya. Jurus itu akan efektif jika bertarung menggunakan tangan kosong. Raden Kuning lalu merubah serangannya dengan menyasar ujung cemeti. Ternyata serangan itu berhasil dan Woro Segara akhirnya terpaksa beradu senjata untuk mempertahankan cemeti yang dipegangnya.

"Dar, suuut!" Suara ledakan akibat beradunya senjata terdengar. Betapa kaget Wong Segara saat cemetinya melilit ujung keris, cemeti seperti lengket kena lem. Belum reda kagetnya, ia kembali terkejut karena tenaganya tersedot ke tubuh lawan.

"Ah.... Engkau mengunakan ilmu siluman!" Teriakan Woro Segara tertahan. Tenaganya tersedot oleh keris.

Melihat lawannya sudah pucat pasi, Raden Kuning yang menggunakan jurus 𝘣𝘶𝘮𝘪 menghentikan aliran tenaga dalamnya. Tetapi ia kaget bukan kepalang. Ternyata ada dua kekuatan yang menyedot tenaga Woro Segara. Yang pertama karena penggunaan jurus 𝘣𝘶𝘮𝘪 dan yang kedua berasal dari keris Kyai Layon. Sedotan tenaga dari keris Kyai Layon itu tidak dapat dihentikannya. Raden Kuning kembali mengucurkan keringat dingin.

(Bersambung)