Hari ini adalah sidang perceraianku dengan Park Woojin suami yang sudah menemaniku selama 5 tahun. Kalau boleh aku mengulang waktu,aku tidak ingin bercerai dengan Woojin,tetapi nasi sudah menjadi bubur. Semua ini murni adalah kesalahanku sebagai seorang istri,yang mana aku tidak bisa mengurus suami dan anakku dengan baik,aku malah sibuk dengan kegiatanku yang tidak jelas,yaitu sebagai sosialita yang hobi jalan-jalan ke luar negri,belanja barang-barang branded bersama teman-teman sosialitaku. Entah mengapa aku enggan buat mengurus keluargaku sendiri,bagiku pernikahan hanya sebagai status karena aku tidak mau menjadi perawan tua.
Pernikahanku dengan Woojin bukan sebuah pernikahan yang dipaksakan melainkan murni kami saling mencintai. Awalnya pernikahanku dengan Woojin tidak direstui oleh orang tuaku,karena status kami yang sangat berbeda. Aku terlahir dari keluarga yang sangat berada,ayahku seorang CEO dari sebuah restoran ternama di Jakarta yang memiliki 100 cabang di seluruh Indonesia sedangkan ibuku bekerja sebagai Dokter Bedah Plastik terkenal di sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Park Woojin suamiku yang kini sudah tidak lagi menjadi suamiku hanya seorang pelukis jalanan yang aku temui saat liburan di Korea. Dia berdarah campuran Indonesia-Korea,ibunya asli orang Indonesia sedangkan ayahnya Korea,tetapi orang tuanya bercerai. Ibunya meninggalkannya bersama ayahnya dan memutuskan kembali ke Indonesia tanpa ada kabar sama sekali. Woojin sama sekali tidak pernah bertemu ibunya,dia hanya mengenal wajah ibunya dari sebuah foto. Ayahnya sendiri hanya pegawai biasa di sebuah bengkel kecil di Korea. Dari kecil Woojin sudah mencari uang sendiri. Berbagai pekerjaan sambilan dia lakukan untuk bertahan hidup dan sampai akhirnya dia memutuskan menjadi pelukis jalanan. Walaupun uang yang diperoleh sedikit Woojin sama sekali tidak pernah mengeluh,bahkan saat menikah denganku pun dia sama sekali tidak pernah memakai uangku dan tetap melukis dengan menjual hasil lukisannya di online. Pernikahanku dengan Woojin kurasakan kebahagiaan hanya selama dua tahun saja,di tahun ketiga semenjak melahirkan anak kami yang diberi nama Park Seonhoo aku merasa hambar,padahal sebagai suami Woojin sangat baik dan bertanggung jawab,bahkan Woojin tidak segan bangun pagi saat Seonhoo menangis waktu bayi,sedangkan aku malah tidur dan tidak mau mengurus bayi kami. Walaupun begitu Woojin tidak pernah memarahiku sama sekali.dia malah membiarkanku dan mengurus bayi kami sendiri. Entah mengapa saat itu aku sama sekali tidak pernah menyesal dan sikapku malah menjadi-jadi dengan tidak pernah pulang ke rumah,malah berpesta-pesta di luar bersama teman-temanku. Kalau mengingatnya kembali aku merasa sangat menyesal.mengapa bersikap seperti itu,karena kelakuanku saat itulah Woojin meninggalkanku dengan membawa anak kami Seonhoo karena hak asuh pengadilan jatuh padanya dan memilih wanita itu. Woojin tidak bisa disalahkan sama sekali dengan selingkuh dengan wanita itu yang baru kutahu bernama Yerin. Seandainya aku menjadi istri yang baik dengan mengurus keluargaku seperti awal pernikahan tentu wanita itu tidak akan masuk dan merebut Woojin dariku. Sebenarnya aku sudah meminta maaf padanya dan memintanya menerimaku kembali karena aku berjanji akan menjadi istri dan ibu yang baik buatnya dan anak kami Seonhoo,tetapi Woojin tidak bisa memaafkanku lagi, aku mengerti dan tidak bisa marah karena selama ini Woojin sudah terlalu sabar dan memaafkanku. Aku betul-betul merasa bersalah. Seandainya saja aku bisa kembali ke masa lalu,aku ingin merubah semuanya.
"Kita berpisah disini ya Lu,maafkan gua kalau tidak bisa menjadi suami yang baik selama ini",ujar Woojin sambil mengulurkan tangannya
"Gua yang banyak salah sama loe Jin,maafkan gua tidak bisa menjadi istri dan ibu yang baik buat anak kita",sahutku sambil menjabat tangannya
"Sudah tidak perlu mengingat yang lama-lama,sekarang kita jalani kehidupan kita ke depannya. Gua doakan loe mendapat suami yang lebih baik dari gua",ujar Woojin tersenyum tulus
"Jin,tidak bisakah gua mendapat kesempatan lagi?",tanyaku sambil meneteskan air mata
"Maaf Lu,mending sekarang kita menjadi saudara saja ya,tapi tenang loe masih bisa mengunjugi anak kita",sahut Woojin sambil mengelus tanganku
"Loe akan menikah dengan wanita itu ya"
"Wanita itu namanya Yerin Lu, Belum tau kok,sekarang sedang kita jalani saja dulu"
"Iya. Maaf"
"Ya udah,gua duluan ya Lu. Hati-hati loe pulangnya ya"
Akhirnya Woojin pun meninggalkanku yang masih berdiri di depan kantor pengadilan agama. Aku masih terdiam membisu. Apa yang harus kulakukan ke depannya tanpa Woojin dan anak kami Seonhoo. Aku pasti merindukan mereka berdua selamanya. Setelah lama berdiri,aku kembali ke mobilku,kulajukan mobilku tanpa fokus sama sekali dan akhirnya.
"Braaaak",bunyi tabrakanpun terjadi dan mobilku terjungkal dengan keras. Apa yang akan terjadi denganku. Apakah aku akan mati,yang pasti selanjutnya aku tidak ingat sama sekali.
"Lulu sayang,putri mami yang paling cantik,ayo bangun,katanya kita mau belanja",ujar sebuah suara yang sangat familiar membangunkanku. Dan saat aku membuka mata mami sudah berada di depanku dan aku sedang berada di tempat tidurku
"Gua dimana ini?",tanyaku seakan tidak percaya karena seingatku tadi aku mengalami tabrakan mobil yang sangat hebat
"Kamu bicara apa sayang,ayo dong jangan buat mami khawatir. Buruan bangun terus mandi dan kita pergi belanja",ujar mami sambil menarik tanganku. Kemudian aku menuruti keinginan mami dan bangun dari tempat tidurku,tetapi saat aku melihat wajahku di cermin betapa terkejutku aku melihatnya. Terjadi perubahan dengan wajahku dan ini adalah wajahku saat aku berumur 18 tahun,saat dimana aku baru lulus sekolah. Apa yang terjadi denganku. Apakah aku kembali ke masa lalu seperti keinginanku.