"Jangan banyak berfikir! Lebih baik sekarang kamu tidur lebih awal biar besok tidak telat sekolahnya! Dan tolong jangan buat Mama pusing lagi! Jangan sampai kamu menyesal jika Mama meninggalkanmu tiba-tiba! Ya sudah, aku harus kembali bekerja. Good night!"
Perkataan terakhir Julian membuat Qiara termenung sampai mengeluarkan air mata. Karena kalimat itu membuatnya teringat akan semua sikap buruknya pada Mama. Sungguh dia sangat takut jika di tinggalkan oleh Mamanya.
Memikirkan hal mengerikan seperti itu, Qiara turun dari tempat tidur lalu bergegas keluar dari kamarnya lalu menuju kamar Mamanya
~Kamara Mama~
"Qiara sayang ... banget sama Mama! Maafin Qiara ya kalau Qiara sudah sering membuat Mama marah dan sedih!"Ucap Qiara sembari memeluk Renata dengan erat ketika ia sudah berada di dalam kamar Mama nya.
Renata tersenyum melihat putrinya yang sulit di atur tiba-tiba minta maaf dengan begitu tulus, dia bisa menebak kalau Julian sudah mengatakan sesuatu padanya sehingga Qiara bisa datang dan memeluknya dengan manja.
"Sayang, Mama sudah memaafkanmu sebelum kamu minta maaf! Apa kamu mau tidur sama Mama?"ucap Renata dengan nada suara yang lembut. Setelah itu Renata bertanya sambil tersenyum.
Qiara dengan manja langsung mengangguk, "Iya, aku juga harus bangun pagi besok biar tidak telat sekolahnya".
"Sekolah? Bukanya kamu di skors?". Tanya Renata dengan heran.
"Aku juga bingung, tapi Julian bilang besok aku harus tetap pergi ke sekolah". Jawab Qiara dengan polosnya.
Renata tersenyum, dia tau kalau Julian tidak hanya baik tapi pintar dalam banyak hal, "Enak banget punya suami yang serba bisa. Tidak hanya, dia juga punya banyak uang untuk menyenangkanmu, agar kamu tidak hidup seperti Mama. "
"Tidak juga. Dia hanya suami diatas kertas, selain itu dia adalah perusak masa remajaku. "Ucap Qiara.
"Terserah kamu mau anggap Julian itu apa, yang penting kamu adalah istri sahnya. " Sahut Renata dengan tegas.
"Arggg ... Qiara malas ngomongin Julian, lebih baik kita tidur saja sekarang! " Setelah mengatakan itu Qiara merebahkan dirinya sambil menurut wajahnya dengan selimut.
Renata hanya bisa menarik nafas karena sebenarnya dia cukup paham kalau putrinya masih remaja dan harus pelan-pelan kalau mau menasehatinya.
~Keesokan paginya di sekolah~
Pagi itu, Qiara berjalan melewati parkiran sepeda motor, tidak sengaja dia berpapasan dengan Qiano dan Giorgi. Seketika itu, Qiara memalingkan muka saat melihat Qiano melempar senyuman padanya.
"Pagi cewek! Kok sekolah katanya lgi di skors?". Tanya Giorgi sambil tersenyum mengejek.
Mendengar godaan Giorgi, Qiara langsung berhenti lalu berbalik menatapnya dengan sinis, seketika itu Giorgi bergidik ngeri lalu bersembunyi di balik punggung Qiano.
"Qiara, kamu masuk sekolah?". Tanya Qiano yang mencoba melindungi Giorgi dari kemarahan Qiara.
"Apa kamu bodoh? Sudah tau kalau aku ada di sekolah kenapa kamu tanya lagi?". Tanya Qiara tanpa ketus.
Qiano terdiam mendengar jawaban Qiara yang tidak sesuai dengan bayangannya. Tepat saat itu, salah satu teman kelas mereka berteriak memanggil nama Qiara.
"Qiara... "
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu memanggilku dengan berteriak-teriak?". Tanya Qiara saat teman kelasnya itu sudah berdiri di depannya.
"Tadi guru BP memintaku untuk mencarimu, katanya kamu diminta segera ke ruang Bp sekarang juga!"Jelas teman kelasnya itu.
"Baiklah!" Jawab Qiara dengan bingung.
Setelah itu ia bergegas menuju ruang BP tanpa memperdulikan ekspresi bingung Giorgi dan Qiano.
~Ruang BP~
Tidak lama setelah itu, Qiara sampai di ruang BP, dengan sopan Qiara masuk setelah memberi salam.
"Qiara, saya minta maaf karena sudah menskors mu yang tidak bersalah"kata guru BP nya itu.
"Apa anda akan menghukum orang yang sebenarnya salah?" Tanya Qiara dengan cemas.
"Tidak akan, karena kali ini saya memaafkan temanmu! Tapi, lain kali saya tidak akan memaafkan kalian. Soal Clara, dia tidak akan menuntut kalian lagi. ". Jawab guru BP itu sambil tersenyum manis.
Mendengar jawaban guru BP nya. Qiara tersenyum seraya mengingat apa yang Julian katakan semalam. Seketika itu ia bertanya-tanya dalam hati tentang siapa sebenarnya Julian? kenapa begitu mudah dia mengubah cara berpikirnya guru BP nya yang terkenal killer dan tidak bisa diajak tawar menawar itu.
"Terimakasih pak, kalau begitu apa saya boleh masuk ke kelas?"
"Tentu, sekarang kembalilah ke kelasmu!"
Qiara bersorak gembira di dalam hatinya, setelah itu Qiara mengangguk dan langsung kembali ke kelasnya dengan senyum yang merekah.
~Ruang Kelas~
"Hey ... ".
Qiara muncul seperti hantu yang membuat teman-temannya terkejut mendengar sapaan nya.
"Apakah itu Qiara? Bukankah dia lagi di skors?" tanya Jeisca dengan mata yang melotot.
"Itu memang Qiara." Jawab Valen.
"Hey... Qiara... " Saat yakin itu Qiara, Valen dan Jesica langsung melambaikan tangan mereka menyambut Qiara.
Qiara pun tersenyum manis sambil menghampiri teman-temannya.
"Bukankah kamu sedang di skors?, Kenapa kamu masuk sekolah?" Tanya Jesica dengan heran setelah Qiara duduk di sampingnya.
"Hahaha ... Aku ini Qiara Larez, tidak ada yang bisa menskors ku sekarang"jawab Qiara dengan sombongnya.
Mendengar perkataan Qiara, semua teman-temannya pun bertepuk tangan dan memberikannya ucapan selamat.
Tidak lama setelah itu, keadaan kelas kembali tenang setelah guru Bahasa mereka masuk.