"Benarkah?". Tanya Jesica yang mulai tertarik dengan gosip baru Valen.
Tentu saja banyak yang suka, karena dari kelas satu sampai kelas 3 tidak ada yang tidak tau siapa Qiano, Cowok yang paling populer, cerdas dan kapten basket.
Dia sangat seksi saat bermain basket. Sudah pasti banyak cewek yang histeris memanggil namanya. sedangkan Qiara dan Jesica yang sudah biasa melihatnya, terlihat biasa saja mendengar gosip itu.
Tepat saat itu bel masuk berbunyi sehingga Valen tidak bisa melanjutkan gosipnya.
Tidak lama setelah itu, semua teman-teman kelas mereka masuk memenuhi ruang kelas dan yang terakhir adalah Qiano.
Kedatangan Qiano membuat semua teman-teman perempuan Qiara terhipnotis dengan gaya barunya. Dia berjalan dengan tas di punggung sebelah kanannya.
Tatapannya tajam dan kulitnya bersih, bibirnya terlihat memerah dan tentunya gaya baru yang di maksud adalah potongan rambut Qiano yang tidak seperti biasanya.
"Qiano benar-benar tampan ya?"Bisik Valen.
"Iya, baru kali ini aku melihatnya benar-benar tampan"jawab Jesica tanpa mengalihkan pandangannya dari Qiano.
"Biasa saja"Ucap Qiara dengan ketus, walaupun sebenarnya dia juga setuju dengan perkataan Valen dan Jesica.
"Selamat pagi Anak-anak! " Ucap guru kiler yang merupakan wali kelas Qiara sekaligus guru mate-matikannya.
"Selamat pagi juga pak!" Sahut semua siswa bersamaan.
"Baikalah, kita akan memulai pembelajaran. Buka halaman 213 dan lihat materi disana! " Kata guru kiler itu.
Mereka semua langsung membuak buku paket yang sesuai dengan instruksi guru mereka.
Tepat saat guru kiler itu sedang menulis menulis soal di papan. Valen melanjutkan gosipnya tentang Qiano.
"Bagaimana kalau seandainya Qiano menyatakan cinta pada kamu. Apakah kamu akan menerimanya! " Tanya Valen pada Qiara.
Mendengar pertanyaan Valen, Jesica juga memasang telinga untuk mendengar jawaban Qiara
"Tidak tahu". Jawab Qiara tanpa ekspresi.
"Tidak tahu berarti jawabannya bisa iya atau tidak. Tapi, apa kamu benar-benar tidak punya perasaan gitu sama Demian?" Kata Jesica seraya bertanya lagi pada Qiara.
"Seandainya aku suka sama Qiano dan sebaliknya dia juga suka, tetap saja aku tidak mungkin bersamanya" Jawab Qiara dengan ekspresi sedih.
"Kenapa bisa begitu? Apa kalian tidak direstui? Atau kamu sudah di jodihkan?"
Tanya Valen dengan penasaran.
"Aku ... " Belum sempat menjawab, Qiara ikut menutup telinganya saat mendengar suara guru kilernya yang lebih mengerikan dari suara guntur.
"Qiara ... "
Teriakan guru kiler itu bergema di seluruh ruangan karena dia merasa terganggu dengan suara bisik-bisik Qiara dan temannya.
"Ya pak?"
Qiara langsung berdiri setelah nenutup telinganya karena dia tidak ingin membuat guru kiler itu semakin emosi.
"Beraninya kamu ngobrol disaat bapak sedang menjelaskan. Apakah kamu sudah merasa pintar? Kalau kamu tidak mau belajara, kamu boleh keluar. " Teriak guru kiler itu dengan kumis yang ikut menegang.
"Maafkan saya pak, saya masih mau belajar. " Jawab Qiara seraya menunduk sedih karena dia merasa bersalah.
Qiano mengerutkan keningnya melihat tampang sedih Qiara yang mengatakan ingin belajar. Karena biasanya, kalau disuruh keluar dia pasti langsung keluar, tapi sekarang berbeda.
"Ohhh .... Jadi kamu mau belajar? Baik, kalau begitu kamu saya izinkan tetap belajar dengan syarat kamu harus bisa menjawab soal dari bapak! Bagaimana?". Ucap pak guru kiler itu sambil tersenyum licik.
Entah mengapa Qiara langsung mengangguk dan itu membuat semua teman-temannya kaget.
"Kalau aku bisa jawab, maka bapak tidak boleh berteriak-teriak lagi sama Qiara dan teman-teman Qiara, Bagaimana!" Qiara tidak mau kalah, dia memberi tantangan juga kepada gurunya itu.
Guru kiler itu tersenyum licik lalu mengangguk setuju karena dia tahu betul bagaimana kemampuan Qiara yang tidak lebih hebat dari anak SD
Sementara utu semua teman-temannya termasuk Qiano deg-gegan sekaligus khawatir pada Qiara yang tidak akan bisa menjawab pertanyaan itu.
'Kenapa Qiara membuat perjanjian seperti itu? Nilai Matematikanya kan selalu di bawah 5, itupun karena dia nyontek. Dia cari mati. 'Batin Valen seraya menepuk jidatnya.
Sesaat kemudian guru kiler itu sudah selesai menulis pertanyaan di papan. Dengan sengaja ia memberikan pertanyaan yang sangat sulit karena merasa bosan dengan tingkah Qiara.
Kini dia punya kesempatan untuk membuat Qiara mengemis untuk bisa ikut belajar di kelasnya.
Melihat dua pertanyaan yang tertulis di papan, Qiara langsung tersenyum.
Qiano terlihat tenang karena dua pertanyaan di depan ada di antara 10 pertanyaan yang dia berikan dan entah mengapa dia merasa yakin kalau Qiara bisa menyelesaikannya.
"Bagaimana Qiara, dua soal saja sudah cukup buatmu? Apakah kamu sanggup untuk menjawabnya? " Tanya Guru kiler itu sambil tersenyum sinis.
"Qiara, kamu nyerah saja daripada kamu membuat malu dirimu sendiri. ". Teriak teman-temannya sambil menertawakannya.
"Saya akan menyelesaikannya pak!" Kata Qiara dengan percaya diri dan mengabaikan perkataan teman-temannya.
"Silahkan kalau begitu!"sahut Guru kiler utu seraya mempersilhkan Qiara untuk menjawab soal di papan.
Meski masih ragu dengan kebenaran jawaban Julian, tapi Qiara berfikir untuk menggunakan rumus yang Julian gunakan, setidaknya ada yang dia tulis dari pada diam mematung di depan.