"Kalau sudah menyangkut suami istri, lebih baik aku tidak bertanya banyak, agar aku tidak merasa sedih karena masih jomblo. Hehehe... " Kata Mike sambil tersenyum karena Mike merasa iri melihat Julian yang sudah menikah dan terlihat romantis, pikirannya tentang pernikahan pun sedikit berubah.
Melihat ekspresi Mike yang lesu, Julian mulai menggodanya.
"Tuan Mike kenapa belum menikah?". Tanya Julian.
"Aku tidak mau menikah, karena menikah itu menakutkan, Lebih baik pacaran saja, agar lebih bebas" Jawab Mike dengan polosnya.
"Apakah tidak bosan?" Tanya Julian sembari menyipitkan matanya.
"Hahahaha ... Iya bosan sih. Tapi, jujur saja melihatmu masih bisa chatingan mesra dan romantis seperti itu membuatku berpikir kalau menikah itu tidak semenakutkan itu". Jawab Mike sambil terkekeh.
Setelah meladeni Mike. Julian kembali menatap ponselnya.
Melihat Julian tampak serius, Mike jadi semakin penasaran, dia pun terpaksa mengintip apa yang sedang ditulis Julian di tengah kesibukannya dengan beberapa file diatas meja dan acara lelang yang masih berjalan.
"Kenapa Tuan Ju sibuk dengan soal Matematika? Apakah anda sedang bermain TTS?" Tanya Mike dengan heran setelah melihat apa yang Julian kerjakan.
Sambil melanjutkan menjawab soal itu satu persatu, Julian berkata, " Bukan TTS, aku hanya ingin membantu seseorang menjawab soal-soal ini saja".
Mendengar jawaban Julian, Mike mengangguk-anggukkan kepalanya sembari menunggu berapa lama Julian akan menjawab 10 soal yang menurutnya sangat rumit karena ia kebetulan tidak menyukai Matematika.
"Selesai". Ucap Julian sambil mengirim kembali ke nomer Qiara.
Mike terkejut mendengar ucapan Julian yang sudah menyelesaikannya kurang dari 10 menit itu.
"Luar biasa, hanya butuh 5 menit, kamu sudah bisa menyelesaikan 10 soal ini dengan cepat dan tepat, apa kamu juga termasuk ke dalam golongan para jenius mate-natika? "
"Mungkin. Hehehe... "
Setelah mengatakan itu, Julian kembali fokus pada acara lelang dengan tatapan yang dingin dan serius.
~Kota B~
Sementara menunggu balasan Julian, Qiara menikmati sarapan paginya dengan santai, namun dia cukup terkejut melihat balasan Julian yang baru 7 menit dia sudah mampu memberikan jawaban buat soal-soal yang sudah di kirimnya.
"Waoo ... Ini luar biasa, semuanya terjawab hanya dalam waktu 7 menit. Apakah benar dia yang menyelesaikannya?" Ucap Qiara sambil memeriksa semua jawaban yang dikirim Julian, lengkap dengan cara-caranya yang ditulis dengan singkat dan mudah dipahami.
"Apa itu sayang?" Tanya Renata dengan heran ketika melihat ekspresi Qiara yang terlihat sangat gembira. "Bukan apa-apa Ma! Oh iya, Qiara mau berangkat sekolah dulu ya!"
Setelah mengatakan itu, Qiara langsung bangkit dari duduknya lalu berpamitan pada Renata, sedangkan Renata masih penasaran dengan gelagat Qiara yang tiba-tiba tersenyum ceria dan bersemangat. Namun, ia tidak berusaha untuk mencari tahu apa yang membuat anaknya bahagia. Karena baginya, melihat senyum Qiara itu sudah cukup.
~Sekolah~
Tidak lama setelah itu, Qiara sampai di sekolah. Dengan cepat ia bergegas masuk ke kelas lalu duduk di kursinya untuk mempelajari rumus yang diberikan Julian.
"Kelihatannya cara yang Julian gunakan jauh lebih mudah dari yang diajarkan Demian. Tapi, apakah jawabannya benar ya?"
Tepat saat itu, Valen dan Jesica datang dan terkejut melihat Qiara sibuk belajar dan datang lebih awal ke sekolah.
"Qiara? Apa kamu sehat?". Tanya Valen dengan heran seraya menempelkan punggung tangannya di jidat Qiara.
"Aku tidak apa-apa" Jawab Qiara sambil menyingkirkan tangan Valen dari jidatnya.
" Tapi, kamu sangat aneh hari ini. Pertama, kamu belajar dan yang kedua kamu masuk lebih awal dari kalau. Biasanya kan terlambat terus. " Kata Valen sembari duduk di samping Qiara.
"Aneh apa nya? "Tanya Qiara dengan cemberut.
"Aku merasa aneh saja. Apa kamu benar-benar Qiara? soalnya tidak mungkin banget kamu bisa masuk sekolah lebih awal dan sekarang kamu belajar Matematika. Apakah ini wajar bagi seorang Qiara? Atau jangan-jangan kamu sudah ketularan Demian ya?". Tanya Valen dengan heran.
"Valen, harusnya kamu bersyukur karena teman kita ini mau berubah, iya kan Qiara?"Kata Jesica sambil tersenyum memeluk Qiara.
"Iya, Apa yang di katakan Jesica itu benar. Aku harus berubah agar aku bisa seperti Kakakku Vania. Siapa tahu suatu hari nanti aku bisa menjadi orang hebat di masa depan. "Sahut Qiara dengan semangat yang menggebu.
Valen dan Jesica saling pandang, tiba-tiba ekspresi mereka berubah sedih ketika mendengar perkataan Qiara.
"Kenapa ekspresi kalian sedih begitu? Ada apa?"Tanya Qiara dengan khawatir.
"Qiara, kami minta maaf karena baru tau kalau kakakmu sudah meninggal. Kami ingin bertanya padamu tapi kami tidak mau merusak suasana hatimu kemarin pas kami mendengar kabar itu dari tanteku". Kata Valen dengan sedih.
"Tidak apa-apa! Aku sudah mengikhlaskan kepergiannya, makanya sekarang aku ingin mengikuti jejaknya biar Mama tidak merasa kehilangan kakak Vania lagi".
Mendengar perkataan Qiara, Valen dan Jesica langsung memeluk Qiara. Mereka ikut merasakan kesedihan Qiara, karena mereka tau bagaimana Qiara begitu mengidolakan kakaknya.
"Oh iya, aku lupa. Tadi, aku ketemu Qiano di parkiran. Hari ini penampilannya beda banget, semua teman cewek pada histeris melihat dia". Ucap Valen yang baru saja mengingat kejadian sewaktu dia melewati parkiran.