Chereads / Istri Kecil Tuan Ju / Chapter 23 - Tidak Pantas mengintip Istri Sendiri

Chapter 23 - Tidak Pantas mengintip Istri Sendiri

"Baiklah anak-anak! Saya akan memberikan kalian tugas membuat puisi romantis dengan tema 'Rindu', kalian tidak boleh mencontek, copy paste atau mencoba menipu saya, karena saya menghafal banyak puisi karya para pencipta puisi terkenal".

Mendengar kata menciptakan puisi romantis, Qiara merasa sesak nafas karena seumur-umur dia tidak pernah membaca puisi apalagi harus menciptakannya.

"Apa kalian mengerti?". Tanya sang Ibu Guru sambil memukul meja dengan kayu kecil yang selalu dia bawa setiap kali masuk kelas Qiara karena kelas itu terkenal dengan anak-anak yang nakal kecuali Demian dan beberapa anak lainnya.

"Mengerti ..."Sahut semua siswa bersamaan dengan nada suara yang meninggi.

"Bagus. Kalau begitu sampai jumpa minggu depan!".

Tepat saat sang Ibu guru bahasa itu keluar dari kelas, bel pulang berbunyi, semua siswa langsung bersorak lalu bersiap pulang

Sebelum Qiano keluar, ia melirik kearah Qiara yang lagi ngobrol sama teman-temannya. Ingin rasanya ia menghampiri Qiara akan tetapi dia malu padahal ia ingin bertanya, tentang jadi atau tidak mereka belajar bersama.

Merasa tidak memiliki kesempatan mendekati Qiara yang sudah buru-buru keluar bersama teman-temannya itu. Qiano pun memilih pulang saja dan melupakan janji untuk belajar bersama.

~Rumah Qiara ~

Sesampainya di rumah, Qiara langsung masuk ke kamarnya, tiba-tiba suara handphone berbunyi tepat saat Ibunya masuk ke kamarnya.

"Sayang handphone mu bunyi!"kata Renata sembari duduk di pinggir tempat tidur Qiara sambil memperhatikan Qiara melepas seragamnya. 

"Bantuan angkat ya Ma, lalu speakerin karena Qiara lagi sibuk mengganti baju."

"Baiklah!" Ucap Renata sembari meraih ponsel Qiara yang ada di dalam tas.

Renata mengerutkan keningnya saat melihat ID pemanggil dengan sebutan lelaki tua. Karena penasaran, Renata pun langsung mengangkat panggilan video itu.

Melihat orang yang berada di seberang telpon, Renata tersenyum pahit, dia tidak menyangka kalau Qiara menamakan kontak suaminya dengan nama lelaki tua. Oleh karena itu timbul ide di kepala Renata, dengan cepat dia mengarahkan ponsel itu menghadap ke arah Qiara yang sedang sibuk mengganti pakaiannya.

"Sayang ini suamimu, jadi mama speakerin ya!" Kata Renata sambil tersenyum licik.

Setelah itu ia bergegas keluar dari kamar Qiara dan menunda untuk menanyakan sesuatu yang mengganggu pikirannya kepada Qiara.

"Iya Ma. Taruh saja di situ! Qiara masih bisa dengar kok!"Sahut Qiara tanpa mengetahui kalau Renata sudah keluar dari kamarnya.

'Maaf sayang, Mama ngerjain kamu, tapi Julian adalah suamimu dan dia berhak melihat sekuat bagian tubuhmu.'Batin Renata setelah keluar dari kamar Qiara.

Dari seberang telepon Julian terlihat duduk di tempat tidur. Ia mengerutkan keningnya melihat Qiara yang hanya menggunakan daleman, walaupun jaraknya sedikit jauh tapi Julian masih bisa melihat dengan jelas bagian belakang tubuh Qiara.

"Apa kamu baru pulang sekolah?"Tanya Julian setelah beberapa saat terdiam.

Mendengar suara Julian Qiara menarik nafas namun masih membelakangi handphone nya.

"Iya, aku barus aja pulang dari sekolah."

"Oh begitu, sekarang kamu lagi apa?"

"Aku sedang tiduran, memangnya kenapa? " Jawab Qiara dengan ketus.

Mendengar jawaban Qiara, ada senyum di sudut bibir Julian, dia baru mengerti kalau Qiara tidak tau tentang panggilan Video itu. Dan dia juga tahu kalau itu ulah mertuanya.

"Baiklah kalau begitu kamu istirahatlah! dan cepat kenakan pakaianmu agar kamu tidak masuk angin!"seru Julian sambil tersenyum kecil.

Qiara terkejut mendengar perkataan Julian, dengan bingung dia menengok ke arah di mana handphonnya di taruh oleh Renata. Seketika itu, ia kaget dengan bola mata seakan ingin lompat dari tempatnya ketika melihat Julian duduk manis memandanginya sambil tersenyum geli.

"Aarrrggg ... Dasar lelaki mesum. Kenapa kamu mengintipku? Apa kamu tidanbtakut dikutuk karena mengintik anak gadis orang? Sekarang tutup paggilanmu! Aku tidak mau melihatmu". Teriak Qiara dengan histeris sembari melompat keatas ranjng lalu bersembunyi di dalam selimutnya.

"He ... " Julian tersenyum lucu mendengar kata-kata Qiara. Bagaimana mungkin dia bisa dikutuk melihat tubuh istrinya sendiri? Bukankah itu haknya? Julian tidak pernah menyangka dia bisa tersenyum kembali karena seorang perempuan setelah kepergian Vania.

"Baiklah, aku akan tutup panggilan ini sekarang, kamu jangan lupa makan siang!"

Setelah itu Julian langsung menutup telponnya, sedang Qiara terus bersembunyi di balik selimut sambil menangis sesegukan, dia merasa kehormatannya baru saja terenggut.

'Julian kamu brengsek, aku benci sama kamu!' Batin Qiara sambil menyeka air matanya.

Menyadari kalau suara Julian sudah tidak terdengar lagi. Qiara menyeka air matanya, setelah itu bangun dari tempat tidur sambil membungkus dirinya dengan selimut sembari meraih ponselnya.

Setelah itu Qiara bergegas mengenakan pakaiannya lalu keluar untuk menemukan keberadaan Renata.

"Mamaa ... ". Qiara menelusuri semua ruangan untuk menemukan Renata. Tapi, ternyata Renata tidak ada di rumah.

Karena merasa lelah, akhirnya Qiara menyerah dan merebahkan tubuhnya di sofa lalu membuka permainan game nya untuk menghilangkan rasa kesal dalam hatinya.

"Ahhh ... Kenapa aku kalah lagi?". Ucap Qiara sambil melempar ponselnya karena kalah bermain game. Tepat saat itu, ia teringat akan janjinya sama Demian.

"Astaga ... Aku lupa kalau ada janji ketemu sama Qiano. Baiklah aku akan menelponnya"Kata Qiara sambil menepuk jidatnya.