Mendengar teriakan kakak nya, Qiano pun berhenti di depan pintu sambil melihat kebawah.
"Ohh astaga! Kalau Qiara melihatku, dia pasti mengejakku. " Ucap Qiano seraya kembali ke kamarnya untuk memabgbil celananya.
Tidak lama setelah itu. Qiano keluar menemui Qiara yang berdiri di depan teras rumahnya.
"Huy, apakah kamu sudah lama? "Mendengara suara Qiano, Qiara langsung menoleh. Seketika itu ia tertegun melihat wajah Qiano yang tampak berseri dengan rambut yang masih basah.
"Qiara, kenapa kamu diam? Apa kamu terpesona padaku?". Tanya Qiano sambil menepuk pundak Qiara yang tertegun melihatnya.
"Kamu terlalu percaya diri. Oh iya, Aku kesini untuk menanyakan tentang kesepakatan kita untuk belajar bareng. Jadi apa enggak?" Sahut Qiara sambil tertawa jahat.
"Apakah kamu masih mau belajar bersamaku? " Tanya Qiano balik. " Tentu saja mau, makanya aku kesini karena ponselmu tidak aktif. Sekarang, ayo kita ke perpustakaan untuk belajar! "Jawab Qiara dengan semangat.
"Sekarang?"Tanya Qiano dengan ekspresi terkejut.
"Iyalah sekarang, masak besok? Semesterkan tinggal sebentar lagi."Jawab Qiara dengan cemberut.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan ambil tas dan kunci motor dulu!"Kata Qiano.
" Tidak perlu pakai motor, kita pakai sepedaku saja, lagi pula perpustakaan kota kan tidak begitu jauh dari sini. " Ucap Qiara.
"Sepedamu taruh saja disini. Kita pakai motor saja biar cepat". Setelah mengatakan itu, Qiano pun bergegas masuk kedalam rumahnya. Qiara hanya menghembuskan nafas ringan mendengar perkataan Qiano yang dia pikir ada benarnya juga.
"Ayok!" Kata Qiano ketika dia keluar dari rumah lalu berjalan menuju motornya.
Qiara pun mengikuti Qiano dengan patuh.
Tidak lama kemudian, mereka meninggalkan rumah Qiano.
Hari ini, untuk pertama kalinya Qiano bonceng cewek dengan perasaan yang campur aduk. Begitupun Qiara yang selalu merasa nyaman setiap Qiano terlihat tenang dan tidak membuat dia merasa kesal.
Mereka menikmati berada diatas motor berdua dengan ditemani udara dingin di bawah langit kota romantis itu dengan saling memendam perasaan.
'Semesta tampak mengerti perasaan yang ada di dalam hatiku. Tapi, mungkinkah aku dan Qiara bisa seperti ini setiap hari? Sungguh aku ingin mengatakan kalau aku merasakan rindu bahkan saat dia sedekat ini denganku. Aku juga ingin mengatakan kalau aku bahagia setiap ada di dekatnya. Jika dia terluka karena itu maka disitulah kesedihanku dalam mencintai. Hanya dengan menjahilinya aku merasa bahagia.' Batin Qiano yang mendadak menjadi romantis.
"Awas ... "Teriak Qiara ketika melihat motor yang ngebut dari arah berlawanan.
Tanpa sadar Qiara memegang erat pinggang Qiano karena ia mengira motor itu akan menabraknya. Seketika itu Qiano langsung memperlambat laju motornya karena ia juga merasa kaget melihat pengendara itu.
"Ya ampun hampir saja". Batin Qiano sambil menghembuskan nafas lega.
"Qiara, kamu baik-baik saja kan?". Tanya Qiano sambil melirik ke belakangnya.
"Aku baik-baik saja. Hanya sedikit kaget. Lain kali kamu harus lebih hati-hati dan jangan melamun!" Jawab Qiara dengan suara yang sedikit gemetar.
"Iya"
Setelah itu, Qiano kembali fokus menatap ke depan. .
Tepat saat itu, jantung Qiano berdetak kencang saat menyadari tangan Qiara melingkar di pinggang Qiano.
'Kenapa jantungku berdebar hebat saat merasakan pelukan Qiara dari belakang? Aku menjadi gugup. 'Gimana Qiano seraya mengatur nafashya.
Berbeda dengan Qiano. Qiara justru teringat bayangan wajah Julian saat ia merasa dalam bahaya.
'Ada apa denganku, kenapa justru lelaki tua itu yang aku ingat, apa karena dia suamiku? Sepertinya aku kurang sehat.' Gimana Qiara dengan kesal dan jijik.
~Perpustakaan~
Tidak lama setelah itu, mereka berdua sampai di perpustakaan.
"Qiara, kita sudah sampai" Kata Qiano sambil menoleh kebelakang. Namun, Qiara tidak memberinya respon, dia malah terdiam.
"Qiara?"
"Ya? " Sahut Qiara sambil melihat Qiano dengan ekspresi bingung.
"Kita sudah sampai, apa kamu tidak kau turun? " Tanya Qiano.
"Sudah sampai ya? Maaf aku tidak fokus tadi!"
Qiara langsung turu saat menyadari kalau mereka sudah sampai.
"Aku akan memarkir motorku, kamu tunggu di depan pintu! "
"Iya."
Setelah itu, Qiano langsung memarkir motornya di parkiran Perpustakaan itu.
Tidak lama setelah itu, Qiano berlari menyusul Qiara agar mereka bisa berjalan bersama.
Mereka terlihat sangat bersemangat saat menasuki perpustakaan. Karena itu menjelang sore, Qiano mengajak Qiara duduk di dekat jendela kaca yang cukup lebar dan tinggi.
Udara kota B mulai terasa dingin saat menjelang sore. Suasana romantis sangat terasa saat angin sepoi membelai pipi mereka. Beraneka warna bunga terlihat indah dari balik kaca. Karena di samping perpustakaan, ada taman bunga yang sengaja dibuat agar pengunjung perpustakaan merasa betah di dalamnya.
"Kamu mau mulai dari mana?"tanya Qiano setelah ia duduk di samping Qiara sambil membawa dua buku pelajaran yang baru saja dia ambil dari salah satu rak buku yang ada di perpustakaan itu.
"Bagaimana kalau Matematika dulu?". Jawab Qiara karena ia merasa pelajaran itulah yang paling sulit.
"Baiklah!". Sahut Qiano sambil mengangguk.
"Tapi, kamu tidak membawa buku mate-matika, bagaimana kamu bisa mengajariku? " Tanya Qiara saat melihat tidak ada buku mate-matika di buku yang Qiano bawa.