" Masyaallah Bagas,....Bagas,...!" Gas,....!" Nicky berteriak memanggil nama Bagas namun tak terdengar suara Bagas di sana, lamat-lamat yang di dengar Nicky adalah suara-suara orang yang panik. Hati Nicky seakan lepas dari tempatnya, apa yang terjadi pada Bagas. Nicky segera menelpon mamanya elina dan menceritakannya kejadiannya. Tak lama kemudian Elina, Nicky sudah berada di stasiun di antar Pak Parman. Dan langsung menuju di ruang kesehatan yang berada di stasiun, Sebelumnya dalam perjalanan Elina mendapat telpon dari pegawai stasiun jika putranya mengalami pingsan. Di dalam ruang kesehatan nampak Bagas yang sudah sadar tapi terlihat sangat lemah dengan mata yang terpejam. Sungguh wajah Bagas terlihat sangat menyedihkan, tubuhnya terlihat kurus, nampak sekali kelopak hitam di sekitar area matanya. Hati Nicky terasa teriris-iris melihat kondisi Bagas. Padahal di tiap pesannya Bagas selalu mengatakan dirinya baik-baik saja, makan dan tidur teratur. Tapi kenyataannya sekarang apa yang di lihat sangat jauh dengan yang Bagas ucapkan. Setelah berbincang dengan pegawai stasiun, Nicky, Elina membawa Bagas pulang. Sedang Pak parman yang membawa mobil Bagas.
Setiba di Rumah , dengan di bantu pak parman , mereka membawa Bagas masuk ke dalam kamarnya. Nicky tidak berkata-apa dari perjalanan hingga sampai saat ini. Nicky merasa jiwanya terlepas melihat sikap dan keadaan Bagas. Nicky ingin berteriak di hadapan Bagas kenapa dia harus melakukan hal yang bodoh hanya demi dirinya.
" Nak,..." Elina memegang tangan Nicky,..." Bagas sudah tertidur baiknya kamu juga istirahat ,...tidurlah di kamar sebelah,..."
Nicky diam tak bergeming, juga tidak beranjak dari duduknya.
" Ma,...apakah mama tahu kalau Bagas menjemputku,...?" tanya Nicky. Dia sama sekali tidak mengerti kenapa Bagas sampai pingsan.
Elina menghelas nafasnya dengan berat.
" Sebenarnya mama sudah melarangnya menjemputmu Nak,....karena Bagas sudah dua hari yang lalu sakit, makanya mama mengirim pesan padamu jam berapa sampai nya biar pak parman yang menjemput,..."
" Terus kenapa bagas masih tetap menjemput ma,..?"
" Bagas sudah janji pada Mama untuk tidak menjemputmu, kemudian dia pamit katanya mau ke dokter, pagi-pagi dia sudah berangkat, tidak tahu lagi kalau dia tetap bandel menjemputmu sayang,..." Elina menjelaskan. Airmata Nicky jatuh tanpa bisa di tahan.
" Kenapa Ma,....kenapa Bagas harus bersikap seperti ini pada Nicky, seharusnya Bagas tidak melakukan semua ini,..." ucap Nicky dengan suara tangisnya.
Elina memeluk Nicky dengan penuh kasih sayang. " Sudahlah sayang jangan di pikirkan,...Bagas akan baik-baik saja, sebaiknya kamu istirahat, kamu pasti capek seharian dalam perjalanan,..."
" Biar Nicky di sini saja Ma,....sebaikanya mama istirahat juga, nanti mama bisa sakit,.." kata Nicky.
" Baiklah,....jika ada apa-apa panggil mama ya sayang,..." ucap Elina sambil mengusap kepala Nicky dan beranjak keluar kamar.
Nicky bangkit dari duduknya dan duduk di tepi ranjang Bagas di mana Bagas tertidur dengan wajah pucatnya. Di ambilnya tangan Bagas dan di genggamnya erat,...hati Nicky sangat sesak melihat keadaan Bagas yang tidak baik. Mengingat kebaikan , dan kebodohan Bagas, membuat tangis Nicky makin keras, ingin sekali Nicky mengeluarkan rasa sesak di dadanya. Di genggamnya tangan Bagas makin erat,
" Kenapa kamu melalukan ini semua Gas,...kenapa,..."? bilang padaku Gas,..." suara Nicky terisak. Di pandanginya wajah Bagas, wajah yang minggu lalu terlihat putih bersih sekarang nampak pucat dengan bulu-bulu halus di sekitar dagunya. Mata yang biasanya mengerling nakal saat menggodanya sekarang terpejam dengan sendunya.
" Apa yang harus aku lakukan untuk menebus semua kebaikanmu ini Gas,...?" tanya Nicky pelan sambil mengusap pipi Bagas yang tirus.
Bagas berlahan sadar dari tidurnya, matanya terbuka pelan dan sangat sendu. Hatinya sangat bahagia melihat Nicky berada di sampingnya dengan mengemggam erat tangannya. Melihat Bagas yang sudah membuka matanya Nicky segera mengambil air putih dan membantu Bagas untuk meminumnya. Nicky tahu tenggorakan Bagas pasti kering karena belum ada minum sama sekali.
" Mana yang sakit Gas,...." kenapa kamu sampai pingsan,.." dan lagi,...kenapa kamu harus menjemputku kalau kamu sakit,....kalau kamu kenapa-napa, bagaimana aku har,...." Nicky belum menyelesaikan kata-katanya Bagas sudah menahan bibirnya dengan jarinya.
" Bawel,....!" kata bagas,...dalam keadaan sakit masih saja dia menggoda dan mengatai Nicky, membuat rasa cemas Nicky menjadi rasa gemas dan kesal.
" Aku tidak apa-apa,...mungkin aku pingsan karena belum makan dari pagi,..." jawab Bagas dengan tenang.
" Kalau sudah tahu belum makan , kenapa tidak makan,..!" di stasiun kan ada banyak tempat makan,..." Suara nicky makin kesel.
" Niatnya aku menunggumu agar bisa makan bersamamu,..." Bagas masih beralasan.
" Kamu Gas,...!" kan kamu tidak tahu pastinya aku datang,..." kenapa tidak makan duluan,..."
" Masalahnya aku berharap kamu menelponku untuk memberitahu kalau kamu sudah sampai,...tapi kamu tak kunjung juga menelpon ku,..." Bagas menatap mata sayu Nicky, mata sayu yang sangat di rindukannya seminggu ini.
Nicky menelan ludahnya, berbicara dengan Bagas sungguh sangat menguras pikiran dan perasaan.
" Ya sudah,...Maaf,...!" Nicky mengalah daripada makin gemas dengan jawaban Raka yang membuatnya tidak bisa berkutik.
" Sekarang kamu merasa lapar tidak Gas,...?" lanjut Nicky.
" Dengan ada kamu di sampingku rasa laparku hilang Nick,..." kata Bagas, sungguh kata-kata Bagas bikin Nicky gemas untuk menutup bibir Bagas.
" Aku serius Gas,..." ucap Nicky akhirnya.
" Aku juga serius Nick,...aku harus bilang apalagi,..jika kenyataanya aku tidak lapar karena ada kamu di sini,..."
" Baiklah jika kamu tidak lapar,....sekarang kamu tidur saja,...aku juga mau tidur,...selamat malam.,,," jawab Nicky ketus dan berdiri dari sisi ranjang Bagas. Namun tangan Bagas menahannya.
" Ada apa,...!" tanya Nicky masih dengan suara ketus.
" Tidurlah di sini,....temani aku,...."please,...!" wajah Bagas memelas.
" Aku bisa tidur di kursi, dan kamu di ranjang ini,..." lanjut Bagas dengan wajah pucatnya.
Nicky langsung tertawa,...
" Kenapa kamu harus di kursi,..!" bukannya yang sakit harusnya di tempat tidur,... ?"
" Aku sudah sembuh,... tidurlah kamu di sini,..biar aku yang di kursi,..." kata Bagas seraya akan bangkit dari tidurnya. sebenarkanya kepalanya masih pusing untuk di buat bangun ,tapi Bagas ingin Nicky tidur di kamarnya, jadi dia menahan rasa pusingnya.
" Sudah,....!" kamu tetap tidur di sini, jangan bandel,...!" jangan sok kuat,..." aku tahu kamu masih sakit,.." Nicky menahan tubuh Bagas agar tetap berbaring.
" Tapi,...kamu menemaniku di sini kan,...?" tanya Bagas. Nicky mengangguk.
" Ya , aku akan menemanimu,... sekarang tidurlah, jika kamu tidak tidur aku akan tidur di sebelah,..."
Bagas tersenyum lega, di pejamkan matanya untuk tidur,...Hatinya sangat bahagia, dia rela jika harus mengalami sakit asal itu membuat Nicky berada di sampingnya.
Nicky membetulkan selimut yang menutupi tubuh Bagas sebagian. Di amatinya wajah tampan Bagas yang putih. " Bagas,...aku tidak mengerti hatimu sebenarnya terbuat dari apa,...kenapa hatimu begitu baik,...kenapa aku semakin hari semakin jatuh dalam kebaikanmu ini,...."