Dengan panik Bagas berlari tanpa menghiraukan rasa sakit pada kakinya, dengan di ikuti Genta yang berada di sampingnya. Genta sangat kuatir dengan keadaan Bagas yang berlari tanpa menghiraukan dirinya sendiri.
" Berhenti Gas,..." Genta menarik lengan bagas. " jangan lari lagi,...kakimu bisa sakit nanti,..." kata Genta kuatir.
" Tidak ,...kita harus cepat sampai di UGD aku tidak mau terjadi apa-apa pada Nicky, Jika terjadi apa-apa pada Nicky aku pasti akan mati Gen,..." raut wajah Bagas pucat menahan sakit.
" Ayooo,...kamar UGD sudah dekat,..." Bagas melanjutkan berlari ke arah UGD di mana Nicky sedang berjuang melawan kematian.
Di lihatnya dari jauh mamanya menangis, dengan cepat Bagas berlari dan memeluk mamanya dengan erat. Keduanya menangis. Dengan terisak Elina mengajak Bagas untuk duduk di bangku tunggu, Elina menceritakan kejadiannya sama persis dengan yang di ceritakan si penabrak yang mengantar Nicky ke rumah sakit. Sepenuhnya bukan salah Si penabrak, karena Nicky menyebrang tanpa melihat sekelilingnya maka terjadilah kecelakaan itu. Dan sekarang nyawa Nicky dalam bahaya. Dada Bagas terasa sesak, "sungguh tak sanggup lagi rasanya menahan rasa sakit ini,.." Bagas menahan dadanya yang sepertinya mau berhenti.
" Bagas,...tenangkan dirimu,...kamu harus kuat, kamu harus kuat demi Nicky dan Mama,..kamu tidak boleh lemah,..." kata Genta mencengkeram bahu Bagas.
Bagas mendongkak memandang Genta. Dan mengangguk pelan, Bagas mencoba menenangkan hatinya dengan beberapa kali menghela nafas dan berulang-ulang menyebut Nama Alloh.
Terdengar suara pintu kamar UGD terbuka,dan tampak dokter keluar dan membuka penutupnya. Serentak Elina, Genta dan Bagas menghampiri dokter tersebut.
" Gimana dokter, bagaimana keadaan Nicky,....Nicky baik-baik saja kan dok,..." tanya Bagas dengan wajah cemas.
" Untuk saat ini , saudari Nicky sudah melewati masa kritisnya, di karenakan saudari Nicky banyak mengeluarkan darah, saat ini saudari Nicky membutuhkan beberapa kantong darah, dan sayangnya darah yang di butuhkannya saat ini kosong di tempat kami,.." jelas dokter itu.
" Darah yang di perlukan Nicky ,...darah golongan apa dok,...?"sahut Bagas
" Golongan darah AB,...memang sangat langkah golongan darah ini,..."jawab dokter.
Elina dan Bagas saling berpandangan. Elina tahu golongan darah Bagas adalah AB.
Dengan cepat Bagas mengulurkan lengan tangannya pada dokter.
" Dokter ,....dokter bisa ambil darah saya sebanyak-banyaknya,....yang penting Nicky bisa selamat,.."
" Baiklah,...tapi melihat kondisi anda , sepertinya anda tidak sehat,...?" tanya dokter, karena melihat raut wajah Bagas yang sangat pucat dan terlihat menahan sakit.
Bagas menoleh ke mamanya, meminta ijin kalau dia akan tetap memberikan darahnya. Mamanya mengangguk dengan senyum menahan tangis.
" Bawa saya segera dok,...saya tidak perduli dengan kesehatan saya,... bagi saya yang ter penting Nicky harus selamat,... "
" Oke,..." mari ikuti saya,... "
Bagas mengikuti dokter tersebut di belakang, Dengan di bantu perawat Bagas memakai baju pasien dan di baringkan di ranjang dekat Nicky yang masih belum sadar.
Bagas menoleh untuk melihat Nicky, hatinya merasa ngilu, ada rasa yang menusuk-nusuk ulu hatinya. Begini kah rasanya takut kehilangan,...?" bagaimana jika benar-benar dia kehilangan Nicky,.. apakah dia bisa melanjutkan hidupnya,..?" setitik airmata Bagas tertahan di pelupuk matanya.
Proses pengambilan darah Bagas selesai tanpa Bagas sadari. Dua kantong darah sudah di dapatkan dokter. Segera dokter melanjutkan pengobatannya pada Nicky. Masih di atas ranjang Bagas di dorong oleh dua perawat dan di bawah ke kamar pemulihan melihat kondisi Bagas yang lemah dan membutuhkan cairan infus. Elina segera menyusul Bagas, dan menyuruh Genta untuk menunggu Nicky.
Elina mendekati puteranya yang kelelahan dan terlihat sangat pucat. Di peluknya Bagas penuh kasih sayang. Bagaspun membalas pelukan mamanya.
" Kamu harus kuat ya sayang,.. demi Nicky , demi papa dan mama,..." Tangan Elina mengusap-usap punggung Bagas.
" Ya Ma,. ." Bagas menjawab pelan.
" Sekarang kamu istirahat ya Nak,..." Mama akan kembali menemani Nicky...."
" Mama,....Bagas ikut,..." Bagas bangkit dari tidurnya.
" Bagass,...apa yang kamu lakukan Nak,...kamu masih lemah,..." jerit Elina melihat Bagas yang keras kepala.
" Bawa Bagas pakai kursi roda yang bisa di pasang untuk infus Bagas Ma,..."
Elina menanyakan kursi roda itu pada salah satu perawat. Dengan di bantu perawat, Elina membantu Bagas untuk pindah ke kursi rodanya. Elina mendorong Bagas kembali ke tempat UGD. Genta berdiri dari bangkunya,
" Gimana Gas,. .kamu sudah baikan,...?"
" Lumayan Gen,...gimana Nicky,...?" tanya Bagas balik.
" Alhamdulillah sudah selesai operasinya keningnya robek , dan lengannya hampir patah tapi dengan gips beberapa minggu lengannya bisa pulih,... " jelas Genta.
Bagas dan Elina merasa lega mendengarnya.
Pintu ruang UGD terbuka , terlihat Nicky keluar dengan di dorong beberapa perawat. Nicky di pindah ke ruang vip utama sesuai permintaan Bagas. Sampai di kamar VIP , Nicky di baringkan beberapa perawat dengan pelan dengan secara serentak. Bagas, Elina , dan Genta, baru masuk ke dalam setelah para perawat kekuar dari kamar. Genta menghampiri Elina,..
" Ma,... Genta kekuar cari makan dulu ya,...sekalian membelikan bubur buat Bagas,. "
Tangan Elina menepuk punggung tangan Genta berulang-ulang.
" Makasih ya sayang,..."
Genta tersenyum, segera beranjak keluar.
Elina menyusul keluar, untuk memberi kabar pada Raka dan Hana.
Bagas yang masih duduk di kursi roda, menghampiri tempat tidur Nicky, Di genggamnya jemari Nicky yang hangat. Airmata Bagas jatuh tanpa bisa menahannya, Nafasnya naik turun, Tangis Bagas terisak-isak masih dengan mengenggam erat jemari Nicky.
" Nick,....bangunlah ,....kamu harus cepat sadar,....kamu tahu,..aku hampir mati saat mendengar kamu kecelakaan,.." dan sekarang kamu sudah melewati masa kritis,.... sekarang bangunlah,.....aku sangat merindukanmu,..."
" Bangun Nick,....aku mohon,...." Bagas berulang-ulang menciumi jemari Nicky.
Nicky masih tertidur belum sadar setelah pasca operasinya.
Elina masuk dengan membawa bungkusan nasi dan bubur, di letakkannya di atas meja.
" Bagas,... kamu makan dulu buburnya sayang,...Genta yang membelinya, dan sekalian pulang, besok pagi balik lagi ke sini sekalian bawa baju ganti buat kamu,... "
" Mama aja yang makan dulu ya,... Bagas masih kenyang,... "
Jujur Bagas tidak merasakan lapar sama sekali dengan melihat kondisi Nicky yang masih belum sadar.
" Kalau Bagas tidak makan, mama juga tidak akan makan,..."
Bagas menghela nafas, kasihan juga pada mamanya.
" Ayo ma, kita makan,...kita harus kuat demi Nicky,..." kata Bagas memeluk pundak mamanya.
Berdua makan tanpa bersuara. sesekali Elina mengusap bibir Bagas yang belepotan bubur.
Bagas tersenyum malu, sangat bahagia dengan sikap mamanya yang sangat perhatian.
" Gas,...baiknya kamu istirahat di sofa nak, hari sudah malam,... "
" Tidak ma,..untuk malam ini, Bagas ingin di samping Nicky sampai Nicky sadar,..." mama yang harus istirahat, dari siang mana tidak ada tidur,. ."
" Baiklah sayang,....tapi janji ya,...setelah Nicky sadar kamu juga harus istirahat,... " ancam Elina.
" Ya mama sayang,..." Bagas memberikan senyuman agar mamanya tenang.
Bagas kembali lagi berada di samping Nicky, Di usapnya pipi Nicky dengan lembut. dengan salah satu tangannya menggenggam jemari Nicky.
Hingga larut malam Bagas masih menunggui Nicky tanpa lelah. Walau kantuk menyerangnya Bagas menepis dengan keras. Saat kantuk menyerangnya lagi, terdengar suara Nicky pelan tapi dengan jelas Bagas mendengarnya.
" Aaagggaaaa,.... jangan tinggalkan,... aku,.. " igau Nicky dari tidurnya, " Aaaggaa,... jangan tinggalkan aku lagii,.. aku mohon,... " tangis Nicky terdengar.
Bagas bangkit dari duduknya setelah mencabut infusnya dengan kasar. Segera Bagas memeluk Nicky.
" Nicky,.... sadarlahh,.." di usapnya rambut Nicky.
" Aga,... jangan tinggalkan aku lagi,.. Aku sangat mencintaimu,..." nicky memeluk erat Bagas.
" Yaaa Nick,... aku tidak akan meninggalkanmu sayang,...aku juga mencintaimu sayang,..." Bagas menenangkan Nicky.
" Kamuuuu Aga,... Agaaaa,... " Nicky menatap Bagas dengan mata yang kabur, kepalanya pusing dan berdenyut cepat.
" Yaa,... Aya,... aku Aku Agaaa,... pangeranmu sayang,... " Bagas menciumi rambut Nicky.
Nicky mendongak melihat wajah Bagas, matanya masih terasa kabur, antara sadar dan tidak, yang nampak adalah wajah Bagas.
" Bagassss apakah kamu Aga,..... " tanpa sadar Nicky memanggilnya Bagas, dan setelah mengucapkan itu Nicky kembali pingsan , karena kepalanya sangat sakit dan tidak bisa di tahannya lagi.
Bagas cemas, dan segera memencet tombol emergency. Dokter jaga dan satu perawat datang dengan cepat dan segera memeriksa kondisi Nicky. Kondisi Nicky stabil kembali setelah mendapat suntikan dari dokter jaga.
" Suster tolong infus Pak Bagas bisa di betulkan, seperti terlepas dengan paksa,... " kata dokter yang melihat punggung tangan Bagas berdarah.
" Tidak usah Dokter,.. saya sudah merasa baikan,... " Bagas menolak halus.
" Baiklah Pak Bagas,. kalau ada apa- apa bisa menghubungi kami,..." kata dokter dan keluar di ikuti perawatnya.
Bagas bernafas lega. Di hampirinya Nicky yang kembali tidur dengan tenang. Di ciumnya kening Nicky dengan penuh perasaan.
" Aku sangat mencintaimu Aya ... "