Sudah lima hari Nicky berada di rumah sakit dan pagi ini Nicky sudah di perbolehkan pulang. Rencana Raka yang akan kembali dalam tiga hari lagi, ternyata harus mundur dua hari lagi, karena tugasnya masih belum selesai, dan ijinya baru bisa di berikan dua hari lagi. Elinapun yang sudah berjanji untuk menjemput Nicky pagi ini, memberi kabar pada Nicky jika yang menjemput nanti adalah Bagas, karena Elina ada urgent untuk segera ke jakarta. Nicky menatap HPnya , sudah menunjukkan jam sembilan pagi, tapi Bagas belum datang juga menjemputnya. " Apa aku harus menelponnya untuk memastikan dia yang menjemput atau tidak,.." Nicky berpikir keras. Di lihatnya lagi pintu kamarnya berharap Bagas segera datang. Nicky sudah bosan duduk di ranjangnya. Dengan pelan Nicky turun dari ranjang, dan berjalan pelan ke arah pintu. Sebelum sampai , pintu sudah terbuka nampak Bagas dengan wajah tampannya, dengan rambut yang setengah basah, dengan kemeja coklat , di padu dengan celana hitam , sungguh Bagas sangat mempesona. Mata Nicky mengerjap pelan saat Bagas menyapanya.
" Mau kemana,... ?" tanya Bagas
" Emmm cari udara segar,... karena bosan di dalam sendirian,... " jawab Nicky mencari alasan yang tepat.
" Maaf,... kamu pasti menungguku ya,... ?" aku tadi langsung ke administrasi dulu jadi agak lama di sana, sekarang kita bisa pulang,... " Bagas menjelaskan tanpa Nicky bertanya dulu. Seolah Bagas tahu apa yang ada dalam pikiran Nicky.
" Mana tas yang harus di bawa pulang Nick,... ?" tanya Bagas.
Nicky menunjuk tas agak besar yang sudah di siapkannya di samping ranjang.
Bagas segera mengambil tas tersebut dan menggantungkan di pundak kanannya.
" Kamu duduk aja di kursi roda Nick biar aku yang dorong,.. " Lanjut Bagas lagi, walau tanpa menjawab perkataan Bagas, Nicky menurut saja dengan apa yang di katakan Bagas.
Dengan berhati-hati Bagas mendorong kursi roda Nicky dengan melewati beberapa lorong rumah sakit, dan membawa Nicky sampai pintu luar rumah sakit.
" Tunggu sini sebentar ya,...aku mau ambil mobil dulu,..." kata Bagas.
Namun di cegah Nicky.
" Gas,....bantu aku berjalan aja ke mobilmu,..."
" Nanti capek kamu,... ?" tanya Bagas.
" Gak kok,...biar gerak juga ini kaki,...hitung-hitung latihan biar ga kaku,... " jawab Nicky keras kepala.
" Baiklah Ayoo,..." Bagas memberikan bantuannya lengannya untuk di pegang Nicky sebagai tumpuan agar tidak terjatuh.
Berdua berjalan dengan pelan-pelan, sampai di mobil Bagas, Bagas segera membuka pintu depan dan membantu Nicky untuk duduk,
" Gimana,...sudah nyaman duduknya,... ?" tanya bagas.
Nicky tersenyum dan mengangguk.
Bagas pun melangkah membuka pintunya, dan masuk ke dalam, Dilhatnya Nicky yang belum memasang seatbelt, segera Bagas berniat membantunya.
" Permisi Nick,..." Bagas mendekatkan tubuhnya sedikit k tempat duduknya Nicky dan itu menyebabkan tubuh Bagas hampir menutupi tubuh Nicky yang bersandar di kursi. Di tariknya seatbelt dengan sentakan, dan di pasangnya kemudian. Harum wangi tubuh Bagas menyeruak memasuki kesadaran Nicky.
Dengan pelan kendaraan Bagas menyusuri jalan-jalan besar kota Bandung. Semakin jauh dari keramain kota, Nicky semakin merasakan mobil bergerak menyusuri jalanan yang sepi dan di kanan kiri jalan hanya ada pohon-pohon besar yang rindang.
Nicky menoleh ke arah Bagas.
" Kita mau kemana Gas,..?" tanya Nicky.
" Kita akan ke vila yang dekat danau,... kamu bisa istirahat di sana sebentar,... aku yakin kamu pasti senang,... " kamu percaya padaku kan,... ?" tanya Bagas.
Nicky mengangguk pasrah.
Setelah beberapa menit mobil berhenti tepat di halaman vila yang tidak terlalu besar, tapi pemandangan danau yang di samping vila sangat indah,... ada perahu juga yang tertambat di sana. Berbagai bunga nampak indah mengelilingi pagar Vila.
Bagas keluar dari mobil, dan melangkah membukakan pintu Nicky. Nicky keluar dengan pelan, dan menghirup segarnya udara dengan angin yang semilir menerpa wajahnya.
" Kamu mau istirahat dulu, atau apa,... ?" tanya Bagas
" Aku mau masuk dulu saja,... apakah ini vila milikmu Gas,... ?" tanya Nicky sambil berjalan pelan masuk ke dalam vila.
" Ya,.... sering kali aku ke sini , jika hatiku lagi sedih, atau pas lagi merindukan seseorang.. karena di vila ini aku bisa merasa tenang dan damai,...." jawab Bagas, sambil membuka pintu vila yang terkunci.
" Masuk Nick, .. istirahatlah dulu,..." di pojok sana ada kamar, kamu bisa menempatinya, aku akan ke kamar atas sebentar,..."
Sambil mengamati suasana dan hiasan-hiasan yang di dalam vila, Nicky melihat ada piano yang di tempatkan sudut ruangan di mana piano tersebut menghadap ke arah danau. Sungguh jika Nicky bisa memainkan piano tersebut pastilah sangat syahdu,... karena selain bisa mendengarkan denting piano, bisa sekalian merasakan keteduhan danau di depannya. "Jika piano ini ada di sini,... apakah berarti Bagas bisa memainkannya,... ?" tanya hati Nicky.
Nicky membuka pintu kamar dengan pelan,.. Ruangannya sangat besar dengan ranjang yang besar, serta lampu tidur yang temaram. Nicky ingin merasakan tidur di atas ranjang itu.
Berlahan Nicky berbaring dan memejamkan matanya,... " Sangat nyaman "
Tak terasa Nickypun tertidur dengan nyenyak. Bagas yang sudah turun dan melihat
Nicky tertidur, dengan perhatian menyelimuti tubuh Nicky. Dan mengusap keningnya lembut.
Bagas keluar dan menutup kembali pintu kamar Nicky. Bagas ingin menyiapkan makanan untuk bisa di makan Nicky, saat terbangun nanti. Kare ayam,...susu coklat,..." Bibir Bagas tersenyum mengembang"
Tanpa kesulitan dengan cepat Bagas menyelesaikan menu masakan kesukaannya Nicky. Dengan gaya ala chief Bagas menata meja makan dengan rapi, dan meletakkan hasil masakannya di atas meja. Ada Kare ayam, chapjay, dadar telor dan susu coklat.
Bagas menatap kagum dengan hasil karyanya.
Nicky yang merasa cukup dengan tidurnya keluar dari kamar dan mencari Bagas.
Aroma masakan Bagas yang menyebar ke seluruh ruangan, menuntun Nicky ke arah dapur.
Nicky memandang takjub melihat menu kesukaannya ada di atas meja,...
" Woow,...ini semua kamu yang masak Gas,...?" tanya Nicky tidak percaya.
Bagas menuntun Nicky untuk duduk di kursi.
" Duduklah,... dan sekarang rasakan dan nikmati masakan chief Bagas ini, .. " kata Bagas dengan manisnya.
Nicky tertawa lebar, melihat tingkah Bagas.
" Kamu juga duduklah Gas,... ayo kita makan bareng,... " ucap Nicky merasa senang.
" Apakah kamu senang Nick,.... ?"
" Ya,... aku senang, trimakasih untuk semua ini Gas,.... kamu yang terbaik,.. " Nicky mengacungkan jempolny pada Bagas.
Setelah makan usai, Nicky duduk manis mengamati Bagas yang mengambil piring kotor dan mencucinya.
" Gas,... " panggil Nicky
" Ya,... Ada apa Nick,..." balas Bagas tanpa menoleh masih dengan kesibukannya mencuci.
" Apa kamu bisa main piano,... ?" tanya Nicky penasaran dengan piano yang di lihatnya tadi.
" Sedikit,... ada apa memang,... ?' tanya Bagas balik.
" Bisa kah kamu memainkannya untukku,... ?"
Bagas diam sejenak dan menghentikan kegiatannya. Di hampirinya Nicky yang masih duduk di kursinya.
" Apa kamu yakin,... mau mendengarnya,.... ?"
tatap Bagas tepat di manik mata Nicky.
" Ya,.... tentu saja,... " jawab Nicky pasti kendati hatinya sudah berdegup hanya karena pandangan Bagas.
" Tunggulah di sana,... aku selesaikan dulu cuciannya,... segera aku menyusul,.... " Bagas kembali melanjutkan membereskan cuciannya yang belum selesai.
Nicky bangkit dari duduknya dan bergerak melangkah di mana ruanngan piano berada.
Nicky duduk di kursi goyang warna pastel, yang berada di samping cendela, di mana bisa menatap piano saat di mainkan dan sekaligus bisa memandang danau di depannya.
Bagas datang dengan membawa segelas susu coklat yang belum di habiskan Nicky. Di berikannya susu tersebut pada Nicky.
" Habiskan,.... " jangan menyisakan makanan atau minuman,... " kata Bagas lembut.
Nicky menurut dan segera meminun habis sisa susunya.
" Sekarang aku ingin mendengar kamu memainkannya Gas,... "
Dengan diam, Bagas duduk di kursi piano,
" Moga lagu ini bisa membuat kamu senang Nick,.. " ucap Bagas sebelum memainkannya.