Chereads / A God / Chapter 6 - 6. Ketua Utara dan Siasatnya

Chapter 6 - 6. Ketua Utara dan Siasatnya

[Buka Pikiran sebelum membaca. Kosongkan dan nikmati. Tarik napas dalam-dalam, lalu buang secara perlahan. Nikmati dan nikmati. Buka pikiranmu dan marilah baca cerita ini.]

Mendengar pernyataan Fei, seolah-olah orang terpercayanya ini—orang yang sama yang saat ini menodongnya pistol—mendukung invasi mafia Distrik.

"Apa kau bilang tadi?" Agod menajamkan pendengarannya, menetapkan walau ragu, ia tadi salah dengar.

Terdengar Fei menghela napas. "Begitulah memang seharusnya. Mereka paham dan cerdas. Kita sudah pernah berperang di masa lampau, apa yang tuan kira alasan yang menghentikan kita untuk menyerang mereka? Aku tahu alasan mengapa kita tak menyerang kota mereka, tapi bagi mereka yang tak tahu? Mereka ketakutan. Menurut mereka, lebih baik mereka yang menyerang terlebih dahulu daripada harus kocar-kacir di kota mereka sendiri."

Takut pada apa yang tak diketahui. Di dunia kriminal, nyawa adalah taruhan sehari-hari. Di kota seberang laut, kota yang bernama Kaligan, itu adalah milik mafia Distrik. Tempat itu tak pernah stabil, berhubung, tak ada yang sudi menjadi bawahan.

Agod menggumamkan sesuatu sebentar. Robert adalah dia yang Agod lihat di masa lampau, saat orang gemuk itu kabur dengan mobil setelah menembak dada istrinya Joeno. Apa Robert dikeluarkan dari Distrik utama?

"Kau sudah percaya denganku, Fei?" Agod memastikan sekali lagi, merayu dengan nada meyakinkan.

Hah. Fei menurunkan pistolnya, dia mengelap wajah. Saat dia melihat ke depan kembali, dia mendapati satu bogem mentah menjadi hal terakhir yang ia tatap sebelum tubuhnya terpental ke lantai.

Fei berputar dan tumbang. Pria itu meringis, memegang punggungnya yang kesakitan. Dia tak bertanya kenapa Agod memukulnya. Bukankah sudah jelas? Masa' anjing mencoba melawan tuannya. Harus ada hukuman agar sang anjing tetap paham aturan.

Pria itu berdiri pelan, mengacuhkan rasa sakitnya, bersikap profesional dan malahan, dia meminta maaf.

"Maaf telah meragukan Anda, tuan." Fei tak bisa menahan dirinya untuk tak mengelus wajahnya yang ditinju. Ini terlalu pedih. "Ketua Hyu akan datang sebentar lagi. Aku dan Ketua Hyu memiliki praduga jika tuan berkhianat dan membeberkan segala kegiatan para ketua. Makanya, didukung menghilangnya tuan, kami menjadi semakin yakin."

Agod mengangguk-angguk. Lagipula, tak perlu meminta maaf segala. Agod yakin, Fei saat ini menggerutu di dalam hati. Namun apa daya, tinju keras Agod adalah pertanda, jangan berani macam-macam dengannya.

"Oke. Aku ingin tahu tentang para ketua yang lain, informasi apa yang kau tahu dan tentang personil kita."

Fei mulai menjelaskan semua yang dia tahu. Azzef ditemukan mati, di jalanan bersama pengawal-pengawal setianya. Sudah dipastikan, yang para polisi temukan adalah mayatnya Azzef.

"Apa pembunuhnya salah satu tetua yang datang?"

Fei menggeleng, mengatakan tidak sebelum melanjutkan memberi tahu apa yang dia ketahui.

Mulai dari kematian Iggario, mansion besarnya terbakar habis. Meledak. Dulunya megah, sekarang menjadi puing-puing. Lalu dia memberi tahukan, ketua Joeno atau yang lebih dikenal sebagai si Tua, juga mati. Fei mengatakan, dia mendengar rombongan ketua Joeno dikejar oleh beberapa mobil bersenjata lengkap. Setelah itu, Joeno tak ada kabar.

"Lalu Hyu? Bagaimana dia bisa selamat? Hal ini sangat mencurigakan dan seharusnya kau menyadari itu."

"Tentu," kata Fei, "namun karena ketua Hyu diserang pada saat dia bersantai di salah satu kafe, dia selamat. Waktu itu, mereka tengah melakukan pesta dan itulah alasan ketua Hyu berhasil keluar hidup-hidup.. Anggota Ketua Hyu banyak yang mati dan hanya beberapa yang berhasil keluar, itupun bersusah payah. Salah satu yang keluar, tentu adalah Ketua Hyu."

"Heh." Agod kurang percaya, apa? Hal ini memang aneh. Di saat orang hebat seperti Iggario bisa-bisanya mati dan Hyu kecil itu berhasil bertahan hidup, bukankah ini aneh? Agod tak mengakui, dia tak mau mengakui bahwa Hyu lebih tangguh daripada Iggario.

"Lalu soal Robert dan kawanannya. Apa yang kau ketahui."

Robert dan Ben. Dua tetua yang dulunya juga ikut terlibat dalam penyerangan Maraboro. Mafia Distrik kini telah tersebar di berbagai penjuru, memakai jas hitam, sama seperti yang Sindikat kenakan. Saat mendengar Fei mengatakan dia tak melihat tetua lain selain Robert dan Ben, Agod tersenyum senang.

"Maka artinya, lawan kita hanya mereka berdua."

Fei agak bingung, namun dia yang berpengalaman di bidang ini, segera paham maksud Agod. Robert dan Ben tak memiliki dukungan di belakang mereka. Jikapun ada, maka dukungan yang mereka miliki tak akan besar. Mereka ... pasti telah diusir dari Distrik utama.

Fei bertanya, "Langkah selanjutnya, tuan?" Dia membungkuk.

Lalu hati Agod menjadi tak cemas. Deru mobil terdengar dari kejauhan, bukan satu pula dan juga mengarah ke kabin ini. Agod paham, bahwa itu kawanan Hyu. Namun Agod juga paham, dia membenci Hyu.

Tiga mobil berhenti di depan kabin. Agod dan Fei menyambut mereka dari atas tangga masuk. Hyu tersenyum, membuat Agod menaikkan bibir. Jijik.

"Wah. Kalian sudah baikan?" Hyu merentangkan tangannya, mengajak Agod berpelukan.

Agod tak berkutik. Tak ada alasan bagi Agod memeluk hormat orang ini. Tak ada alasan.

Terkacangi, Hyu hanya bisa tersenyum dan menepuk pundak Agod. Dia menyandarkan tangannya di pundak, melirik Fei sekejap sebelum menatap Agod dengan serius.

Pria asia, berambut spiki dengan setelan putih sok akrab dengan Agod memulai percakapan. "Apa langkah kalian selanjutnya?"

"Kau tak mengajakku masuk terlebih dahulu?"

Ini yang Agod benci dari dia. Selalu bersikap santai di saat genting sekalipun. Memang tak ada yang mengancam nyawa mereka detik ini, namun ketika detik berganti jam, mungkin mereka akan bermain kejar-kejaran.

Tak mau meladeni Hyu, Agod mempersilahkan orang itu masuk ke dalam. Mereka duduk di ruang tamu—kamar dan ruang tamu adalah satu tempat yang sama—disana hanya ada Agod, Hyu dan Fei sahaja. Anggota Agod berjaga di bawah, saling bercengkrama di saat ketua mereka mengadu nasib.

"Kita tak bisa tinggal diam," Agod mulai bicara. "Maraboro adalah milik Sindikat. Kita tak bisa membiarkan kota ini jatuh ke tangan mereka. Kita masih punya tenaga dan anggota."

"Anggotamu bubar. Anggota Iggario bubar. Anggota Azzef juga bubar. Begitu pula dengan anggota si Tua. Anggota apa yang kau maksud?"

Agod tersentak, orang-orangnya bubar? Namun tak dia tunjukkan. Dia menunjuk keluar jendela dengan kepalanya. "Di luar itu siapa? Polisi? Tentu anggotamu adalah yang ku maksud.

Hyu Kazama mengangguk pelan. "Yah, jika tiga puluh orang yang kau maksud, mungkin. Dan juga mungkin, mereka akan bubar lamban laun. Tak ada yang mau mempertaruhkan nyawa mereka demi hal yang tak pasti, ketua Agod. Mereka pintar, mereka sudah tahu bahwa kita kalah."

"Kita belum kalah!" Agod memukul meja. "Masih ada cara, pikirkan, maka kita akan menemukannya.

"Tentu ada cara. Untuk sang ketua Terhormat, tentu ada cara."

"Berhenti bermain dan mengolok-olokku. Sopan dan seriuslah," peringati Agod.

"Kau tak percaya?" Hyu berhenti bersandar, mencondongkan tubuhnya ke arah Agod. "Bayangkan. Jika kau memberikan pesan pada para preman di kota ini, untuk menghabisi orang-orang Distrik, kau kira apa mereka tidak mau?"

"Tak ada yang mau mempertaruhkan nyawa mereka untuk hal yang tidak pasti."

"Nah!" Hyu bersorak girang, senang bahwa Agod masih berpikiran tajam. Walau, tak setajam dulu. "Satu juta dolar, adalah kepastian yang harus kau tawarkan pada mereka."

Agod mengangguk. Dengan uang satu juta dolar, siapa yang akan menolak tawaran ini? Terlebih lagi, jika membantu Sindikat sama artinya dengan mempunyai insuransi masa depan. Agod paham bahwa ini adalah ide yang cemerlang.

"Berapa banyak uang kita?" tanya Agod memastikan.

Hyu menggeleng. "Kau belum paham juga. Kita kalah, ketua Agod. Kita ini dalam posisi yang kalah."

Apa? Agod bingung. Lantas, jika seperti ini jadinya. Lantas, jika Sindikat tak memiliki uang untuk membayar pemburuan ini, untuk apa Hyu menyarankannya? Agod jika berjanji, maka akan dia tepati. Agod meminta tolong, maka akan dia bayar pertolongan itu dengan berkali-kali lipat. Saat dia tak punya apa-apa untuk membayar, lalu bagaimana dia akan membayar? Oh, tidak.

"Kau mengatakan aku harus berbohong?"

Hyu menelan ludah, memaksakan senyum. Dia muak pada sifat Agod yang satu ini. Terlalu jujur adalah hal yang buruk dalam dunia seperti ini.

"Berbohong juga kurang tepat. Pikirkan saja ini. Jika kita bisa mendapatkan kembali gudang-gudang narkoba yang ada di Maraboro, maka beberapa juta dolar adalah hal yang sedikit."

"Berbohong hanya akan menimbulkan masalah yang lebih besar, ketua Hyu. Ini hanya akan menimbulkan masalah lain."

Hyu muak.

"Sekarang pilih, kau mau Sindikat menang atau kalah?!"

"Aku memilih menang."

#Dengan VOTE kalian, saya tersenyum. Dengan COMMENT kalian, saya tertawa. Dengan masukkan ke READING LIST, saya senang gila! Buat saya senang, dong!