Chereads / Pernikahan Paksa / Chapter 41 - Diantara Cinta dan Benci (1)

Chapter 41 - Diantara Cinta dan Benci (1)

Serena berdiri di teras depan rumah. Ia menunggu kedatangan Rendi dan Jasmine dengan gelisah. Sejak Ia pulang sekolah Ia tidak menemukan Rendi dan Jasmine didalam rumah. Ia kebingungan mengapa sampai sekarang pukul 8 malam Rendi dan Jasmine belum datang. Bukankah tadi Rendi membawa Jasmine dengan paksa. Dan wajah Rendi terlihat sangat marah.

Sudah hampir setengah jam Ia duduk di depan menunggu kedatangan Rendi dan Jasmine. Buku Sosiologi yang Ia bawa untuk dibaca karena besok ulangan tersimpan di meja teras depan. Ia sudah tidak konsentrasi lagi untuk membaca.

Pada awal pernikahan Kakaknya dengan Jasmine. Serena sangat mengkhawatirkan keadaan Kakaknya. Walaupun Ia percaya kemampuan Rendi tetapi Ia tetap ketakutan karena karakter Jasmine yang sangat keras dan susah di atur. Jasmine hampir tidak pernah takut akan apapun. Kakeknya, Kakak Sepupu nya, guru Walikelasnya, Guru Bimbingan konseling (BK) bahkan oleh Kepala Sekolah.

Parahnya karena Kakek Jasmine tahu cucunya bermasalah maka Ia menjadi donatur terbesar di sekolah itu hanya untuk menjaga posisi cucunya aman. Akibatnya Jasmine semakin semena-mena. Dan tidak ada yang berani menindak terlalu keras, apalagi mengeluarkan dari sekolah.

Tetapi sekarang Serena malah khawatir dengan kondisi temannya. Jasmine sekarang terlihat ada dalam posisi yang kalah. Serena jadi ketakutan kalau kakaknyalah sekarang yang akan bertindak sewenang-wenang terhadap Jasmine. Jasmine sangatlah cantik dan menarik. Serena sangat percaya kalau Kakaknya laki-laki normal. Dan Serena jadi ketakutan kalau Rendi menjadi lepas kendali dan menyakiti Jasmine.

Walaupun Jasmine terkadang menyebalkan tetapi Serena sangat menyayanginya. Walaupun kasar dan galak tetapi Jasmine baik hati, pemurah dan loyal terhadap teman.

Untungnya Serena melihat mobil Rendi masuk ke pelataran rumah mereka. Serena melihat Rendi keluar dengan santai dari dalam mobil dan hendak masuk ke dalam rumah.

Tapi sebelum Rendi masuk, Serena mencekal tangannya. "Kakak.., Mana Jasmine? Kau apakan dia?" Kata Serena bertubi-tubi.

Rendi mengangkat alisnya. " Dia ada di mobil. Tidak mau keluar."

"Tapi kenapa? Kau apakan dia? Mohon Kakak jangan terlalu keras kepadanya. Dia masih remaja. Apakah Kakak menyakitinya?"

Rendi melotot mendengar perkataan Serena. "Apa maksudmu dengan menyakitinya?"

"Kakak tahu yang kumaksud." Kata Serena. Serena seakan-akan menuduh bahwa Rendi sudah memperkosa Jasmine. Wajah Rendi jadi merah padam.

"Kau jangan berpikiran yang aneh-aneh. Lagipula dia istriku"

"Tapi dia masih dibawah umur"

Rendi mendengus, dasar bocah-bocah ingusan. Memangnya dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan.

"Kau tanya saja sama dia. Tanya apa saja yang sudah Aku lakukan sama dia." Kata Rendi sambil pergi masuk.

Serena cemberut, lalu Ia memburu Jasmine yang masih didalam mobil. Serena lalu masuk ke dalam mobil. Dilihatnya Jasmine sedang duduk menangis tersedu-sedu sambil menutup wajahnya. Rambutnya kusut Masai dengan pakaian kusut dan acak-acakan.

Andri sopir pribadi Rendi hanya terdiam dibelakang stirnya.

Begitu melihat Serena yang masuk, Jasmine langsung memeluk Serena dan menangis tambah keras. "Ayo Jasmine Kita bicara di kamarku. Sudah jangan nangis lagi. Ada Pak Andri malu"

Jasmine menganggukan kepalanya Ia lalu menurut ketika Serena menuntunnya ke luar mobil. Jasmine mengusap air matanya yang terus meleleh membasahi pipinya.

Kamar Serena begitu rapih, bersih dan harum. Begitu melihat ranjang Serena, Jasmine langsung berlari dan membanting tubuhnya ke kasur lalu menangis lagi. Serena hanya diam saja sambil mengelus punggung Jasmine. Melihat Jasmine yang terlihat begitu menderita, Serena jadi sedih juga.

Seingat Serena, Jasmine hampir tidak pernah menangis. Wajahnya selalu galak, tingkahnya grasak-grusuk, sadis, jahat, kasar berangasan persis kaya preman pasar. Selama ini Jasmine selalu merasa paling kuat dan benar. Kini semenjak menikah dengan Kakak nya Jasmine terlihat sangat menyedihkan.

Kakaknya benar-benar dapat menaklukkan gadis preman itu. Bahkan kalau Serena tidak melihat dengan mata kepala sendiri, Ia tidak akan percaya kalau Jasmine terlihat sangat menyedihkan. Pakaiannya kusut, rambutnya kusut, matanya bengkak, mukanya sembab. Kelihatannya Jasmine seperti habis diperkosa. Makanya Serena diam sambil dadanya berdebar kencang. Ia takut Jasmine dianiaya oleh Rendi. Kalau sampai Jasmine trauma kan tidak bagus juga.

Setelah berapa lama akhirnya Jasmine terdiam. Serena mengambilkan air minum. "Bangunlah dulu Jasmine. Minum dulu agar tenang"

Jasmine duduk lalu mengambil air minumnya dan meneguknya. Lalu Ia duduk sambil memeluk lutut. Serena memegang lutut Jasmine.

"Apa yang Kakakku lakukan padamu? Apa Ia melakukan itu padamu?"

Jasmine menatap mata Serena, "Melakukan apa?" Katanya.

"Maksudnya apakah Kakakku memperkosamu?" Tanya Serena hati-hati.

Mata Jasmine terbelalak. Lalu bergidik ngeri. "Iih..Engga.. amit-amit. "

"Lalu mengapa Kamu menangis?" Serena menghembuskan nafas dengan lega. Serena selalu berharap Kakaknya dan Jasmine akan melalui malam pertamanya dengan romantis.

"Dia selalu menciumku. Aku tidak tahan. Kamu tahu jangankan dicium, disentuh saja Aku tidak suka"

"Jasmine, posisimu sekarang berbeda dengan yang lain. Kau sudah bersuami. Badanmu sekarang ada yang memiliki. Kau harus iklash badanmu disentuh oleh suamimu"

"Tapi Aku tidak mencintai nya"

"Memangnya Kau pernah jatuh cinta? Apa Kau tahu cinta itu apa?"

Jasmine terdiam kebingungan. Tangannya melipat-lipat ujung seragamnya yang keluar dari roknya.