Chereads / Pernikahan Paksa / Chapter 42 - Antara Cinta dan Benci (2)

Chapter 42 - Antara Cinta dan Benci (2)

Jasmine tetap terdiam mendengar pertanyaan adik iparnya. Otak Serena yang setiap hari di isi dengan bacaan dari mulai. novel sampai bacaan berat jelas bukan tandingan otak Jasmine yang isinya selain dari amarah adalah makanan.

Cinta.. cinta yang Ia rasakan adalah cinta kakeknya kepada dirinya. Itupun kalau Kakeknya tidak sibuk. Cinta ke lawan jenis? Ke siapa? Satu-satunya pria yang membuat Ia kagum adalah Alex. Kepala gank motor yang memang tampan dan berkarisma di mata Jasmine. Alex yang memiliki banyak fans dan jago balapan. Membuat Jasmine merasa bangga berada disampingnya.

Tetapi kalau dikatakan cinta agaknya bukan juga karena Jasmine sama sekali tidak suka kalau Ia disentuh oleh Alex. Bahkan Ia selalu menghapus tangannya yang tersentuh Alex tanpa sengaja. Dan hebatnya Alex tidak pernah tersinggung oleh perlakuan Jasmine. Baginya cukup Ia bisa ngobrol dengan Jasmine walaupun cuma sebentar sudah merupakan suatu kebahagiaan sendiri.

"Aku tidak tahu Serena. Memangnya cinta itu seperti apa?? Apakah Aku mencintai Alex? Kau tahu Aku sering keluar malam untuk balapan dengan nya atau hanya sekedar ngobrol. Aku sangat suka melihat wajahnya yang tampan. Aku juga suka saat Ia naik motor besar. Ia sangat gagah."

Serena terdiam, definisi cinta antara remaja dan wanita dewasa memang berbeda menurut buku yang Ia baca. Kalau remaja mungkin mencari seseorang yang bisa membuat dirinya terlihat hebat. Seseorang yang bisa mengakui keberadaannya. Sementara orang dewasa mencari seseorang yang bisa memberikan kenyamanan, kepastian masa depan dan persamaan visi, misi kehidupan. Ia tidak bisa menjelaskan itu pada Jasmine. Jasmine tidak akan mengerti. Akhirnya Ia hanya berkata.

"Jasmine.. Cinta adalah perasaan saling menyayangi dan menghormati. Kau adalah istri dari kakakku maka belajarlah untuk mencintainya dan belajarlah untuk menjadi istrinya yang baik. Walaupun Kau mungkin belum mampu. Minimal hormati dia"

Jasmine terdiam, berdebat dengan Serena tidak akan pernah menang. Jadi Jasmine hanya menundukkan kepalanya. Ia baru mengangkat kepalanya setelah Serena berkata lagi, "Besok ada ulangan Sosiologi. Sana tidurlah agar besok tidak mengantuk. Kalau kau menghapal, Kau boleh membawa buku ku" Kata Serena sambil memberi bukunya. Ia tahu Jasmine tidak pernah mencatat pelajaran kecuali kalau gurunya suka memeriksa catatan.

"Aku tidak mau membaca buku, Aku lelah. Ingin tidur saja"

"Kalau begitu tidurlah" Kata Serena

Jasmine menganggukan kepalanya lalu Ia mulai merebahkan tubuhnya ke Ranjang Serena. Tapi belum juga tubuhnya berbaring Ia ditarik bangun lagi oleh Serena, " E..eh Kau mau tidur dimana? Kamarmukan bersama Kakakku"

Jasmine langsung ketakutan." Ta...tapi Aku kan ingin tidur disini. Bu... bukankah dalam kontrak Aku boleh tidur sendiri"

Serena menggelengkan kepalanya, " Itu kalau Kau dan Kakak Rendi tinggal dirumah sendiri. Di sini ada Ayah dan Ibuku, jika mereka tahu kalian tidur terpisah maka akan ada laporan ke Kakekmu. Lalu kalau Kakekmu dan Kakekku marah kau harus bagaimana?"

Mata Jasmine langsung muram lalu dengan penuh rasa enggan Ia berdiri dan mulai melangkah keluar. Tapi sesampainya di pintu. Serena membalikkan badannya kembali, "Seandainya Ayah dan Ibu ku masih ada mungkin Aku tidak akan seperti ini" Katanya sambil berkaca-kaca. Hati Serena langsung terasa perih.

"Ini sudah takdirmu Jasmine" Kata Serena sambil mengusap matanya yang mulai berair. Ia memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh Jasmine.

"Kalau Aku berkelakuan baik, Apakah Kakakmu akan menceraikan Aku?" Tanya Jasmine lagi.

Serena terdiam, sungguh pertanyaan yang sulit Ia jawab. "Apakah Kau begitu membenci Kakakku" Kata Serena. Jasmine menganggukan kepalanya dengan kuat.

"Ia sudah merampas kebebasanku.. bagaimana Aku tidak membencinya"

"Jasmine..Kau bersabarlah dulu. Bercerai untuk saat ini sangat tidak mungkin. Ingat kesehatan Kakekmu. Bukankah Kau sangat menyayangi Kakekmu?" Tanya Serena.

Jasmine menganggukan kepalanya. Suasana sesaat hening. Lalu kemudian Serena berkata lagi, "Kalau begitu bersabarlah"

Jasmine menggigit bibirnya dengan kuat. Ia lalu keluar dari kamar Serena gontai. Langkahnya lesu persis seperti prajurit yang kalah perang.

Suasana di dalam rumah sudah hening. Masing-masing sudah ada di dalam kamar. Dengan takut Jasmine masuk ke dalam kamar Rendi. Bagi Jasmine yang terbiasa berada dalam kamar yang berwarna pink cerah penuh dengan Foster boyband Korea. Berada di dalam kamar Rendi membuat Ia merasa canggung. Kamar Rendi bertema Futuristik. Hitam, putih, abu-abu dan perak mendominasi warna dinding. Peralatan elektronik yang lengkap, mahal dan terbaru membuat Jasmine seperti sedang berada di tempat yang sangat asing.

Ia berdiri di depan pintu kamar Rendi. Lalu perlahan Ia membuka pintu Jasmin berdiri di depan pintu dan pintunya Ia biarkan terbuka. Dilihatnya Rendi sedang duduk di meja kerjanya menghadapi laptopnya. Mendengar pintu dibuka Ia menoleh ke arah Jasmine. Sesaat mereka saling berpandangan. Jasmine terpaku melihat ke arah Rendi. Rendi menghela nafas.

"Masuklah!!" Katanya sambil mengambil gelas yang ada di depannya dan meminum isinya.

Jasmine menggelengkan kepalanya takut-takut.

"Mengapa tidak mau? Kalau kau tidak mau silahkan keluar dan tutup pintu kembali" Kata Rendi sambil kembali melihat layar laptopnya. Ia sedang menyusun anggaran untuk proyek mall nya Andrea.

"Terus Aku harus tidur di mana?" Kata Jasmine.

"Kau boleh tidur di kamar tamu. Cuma perlu kau tahu, kamar itu konon ada penghuninya. Penghuni nya seorang wanita berambut panjang dan bergaun putih. Kamar itukan jarang ditempati." Usai Rendi berkata seperti itu Jasmine langsung ketakutan. Ia segera menutup pintu kamar dan langsung berlari ke arah ranjang naik ke atasnya dan langsung membenamkan tubuhnya ke dalam selimut.

"Kau masih mengenakan seragam sekolah, Gantilah dulu." Kata Rendi sambil tersenyum lucu. Seperti kebanyakan siswa SMA lainnya. Jasmine takut terhadap hantu. Sedikit mengherankan karena Jasmine suka naik motor di malam hari tapi takut pada hantu. Rendi tidak tahu kalau setiap Ia keluar malam Ia selalu ditemani Iksan sahabat setianya.

Jasmine mendengar perkataan Rendi untuk menyuruhnya mengganti pakaian. Tapi Jasmine pura-pura tidak mendengar. Ia juga takut pergi ke kamar mandi sendiri. Walaupun kamar mandinya ada di dalam kamar. Tapi Kamar Rendi begitu luas. jarak antara ranjang dan kamar mandi cukup jauh. Ia jadi tidak berani masuk ke kamar mandi sendirian. Jadi yang Ia lakukan adalah segera menutup mata dan tidur.