Walaupun Bisma yang dirawat,tapi rasannya aku yang baru sakit.sepulangnya kerumah,badanku terasa remuk redam,mungkin karena berminggu-minggu menemani Bisma dirumah sakit dengan ruangan yang sangat terbatas.
"hooooaaammmm....aku ngantuk sekali.Bi Minah,tolong lihatin Bisma dikamarnya,ya!siap tahu dia membutuhkan sesuatu!".pintaku sembari melangkahkan kakikku menaiki tangga menuju kamar.
"Beres mbak,laksanakan!tapi mbk Lea,jangan lupa makan,ya.Bi Minah takut malah giliran mbak Lea yang sakit."Bi Minah menimpali perkataanku.
"Berisik!"hanya kata itu yang keluar dari mulutku.
Sejak kecil,aku tak pernah bersikap baik pada siapapun,termasuk wanita paruh baya ini.padahal,dia cukup mengabdi pada keluarga kami.namun Bi Minah tak pernah protes dengan sikap kasarku ini dan tetap memperlakukanku dengan sopan.
Dokter mengatakan kondisi Bisma sudah lumayan membaik,hanya saja semua orang disekitarnya harus ekstra hati-hati menghadapi bisma yang cedera,otaknya masih belum sembuh total.Biasanya kugantungkan seluruh kebutuhan sehari-hariku pada anak itu,dan kini aku harus bisa menangani semua dan mengatasinya sendiri,termasuk mengatasi kebiasaan berteriak-teriakku pada anak itu saat aku membutuhkan bantuannya.
Bisma Evanda masih saja nekat membantu Bi Minah mencuci piring,menyapu lantai,bahkan menawari ibu dan Tiara untuk membantu pekerjaan -pekerjaan mereka dirumah,padahal kondisi tubuhnya masih sangat lemah.jika sudah berbuat bodoh seperti itu,maka aku akan berteriak-teriak memarahi semua orang yang berada disitu.Tentu saja tak berani kumarahi Bisma,karena kondisi kepalanya yang terkadang membuatnya sering merasa kesakitan dan pusing.
Tak satupun kubiarkan menggerecoki Bisma yang kini jadi semakin pendiam.Heran,anak itu benar-benar berubah,dulu ia sangat bawel,sikapnya tidak seceria dulu.Tapi tak mengapa,mungkin lama-kelamaan ia akan bersikap normal.
Beberapa kali aku dibuat kesal oleh sikap Bisma yang melamun saat kuajak bicara,tapi tak bisa kuungkapkan kekesalanku ini padanya.Alhasil,beberapa lukisan dikanvasku hancur berantakan karena kubanting saat rasa kesal itu memuncak.
"tok,tok,tok,"suara pintu kamarku diketuk pelan oleh seseorang.
"masuk!"padahal mataku baru saja akan terpejam,membuat emosiku memuncak.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka,kulihat sosok laki-laki kurus dan pucat berdiri disana.mataku terbelalak kaget melihat sosok itu.
"GILAAAA!untuk apa kamu naik kesini Bisma?!!ini lantai ketiga,lho!sinting!dasar nggak becus si Bi Minah,seharusnya dia saja yang kemari!!"Aku berteriak sambil berlari menghampiri Bisma.
"Ng....nggak apa-apa kok,mbak.Bisma boleh masuk?"dengan polosnya dia menanyakan hal itu.
"kamu ini otaknya dimana sih?biasanya juga kamu nyelonong masuk kamar ini.Aduh!kalo kamu jatuh lagi gimana?!"kupapah tubuhnya menuju tempat tidurku.
"terima kasih,mbak.Bisma kesini mau ngelihat lukisan-lukisan baru mbak..."wajahnya terlihat dipaksakan tersenyum.
"nggak ada!Aku berhenti melukis,"dengan ketus kujawab pertanyaannya.
Tanpa menunggu jawabanya,kujelaskan padanya bahwa aku tak akan melukis hingga kondisi kesehatannya membaik.
Kulihat kepalanya tertunduk resah,"mbak jangan gitu dong...beban Bisma jadi semakin berat."
Mataku melotot menatapnya,"heh,udik!Baru sekarang kamu mikirin beban?!Harusnya kamu sadar,dengan kamu sakit begini ya,kamu memang menjadi bebanku.Tapi kalau kamu sembuh,kamu nggak lagi jadi bebanku dan aku bisa melukis lagi!jadi,aku mohon padamu,denger,ya!ini baru pertama kalinya ku memohon kepada orang lain.jadi,aku mohon...lekaslah sembuh!Aku menderita melihat kamu begini menyedihkan."
Matanya tiba-tiba menoleh kearahku,terlihat berkaca-kaca."mbk tolong stop,mbk.jangan bilang hal seperti ini lagi,ya mbak!"Bisma menatapku dengan penuh harap.
Aku tercengang melihat sikap Bisma siang itu,tak pernah sekali pun kulihat dia menangis seperti ini selama aku mengenalnya.Dia benar-benar berubah,tanda tanya besar mengisi kepalaku tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Bismaku.Tak satupun kata keluar dari bibirku melihatnya seperti itu.Dia berhasil membuatku bersalah atas apa yang kukatakan padannya,padahal aku bermaksud menyemangatinya agar sembuh.Tentu saja,dengan caraku yang memang selalu saja emosional.
Bisma meninggalkan kamarku lunglai,menolak untuk kupapah.sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu,wajahnya menatap sedih kearahku.
"mbak,jangan sakit,ya.mbk makan yang banyak,bosen Bisma mbak,lihat badan mbak kayak tengkorak hidup.Model bukan,peragawati bukan,tiang listrik bukan,ngapain mbak badannya mesti kurus banget kayak begitu?"
Segurat senyum terukir diwajahnya,sementara aku yang sejak tadi kebingungan atas sikap Bisma sontak tertawa terbahak-bahak mendengar perkataanya barusan.
"yaayyyyy!si udik suah kembaliiiii!"