Chereads / cinta yang tak hilang / Chapter 13 - Tanpa nama

Chapter 13 - Tanpa nama

"Aduh mbak,si thian nggak ngebales-bales Sms Bisma.Gimana ya?Mungkin dia masih tidur jm segini.Kan kita nggak janjian sama dia buat ketemu lagi hari ini.mbk,gimana dong?"Bisma tampak kebingungan.

Aku tersenyum sangat lebar,"Kita datangi aja kamarnya,yuk?Beliin makanan aja buat sarapannya dia,gimana?"

Bisma tampak melotot mendengar apa baru saja terucap dari bibirku."ih jadi takut deh sekarang sama mbk Lea,kayak kucing yang lagi birahi.Beneran ini mbk Lea?bukan kucing sakit kan?"

"Euh!!!cepet ah,jangan banyak bacot,yuk kita cari sarapan buat Li thian...,"Wajahku tertunduk malu menyebut namanya.

Bisma kembali bereaksi,"Li thian,Li thian,ah!biasane sitan!!!"

Aku dan Bisma sudah berdiri didepan kamarnya,dengan sebungkus kupat tahu

ditanganku.Bisma yang memilih menu ini.Karena katanya,bule pasti jarang makan ketupat tahu yang merupakan makanan khas tanah sunda.Entahlah anak itu benar-benar sok tahu,aku sih menurut saja.

🌾🌾🌾

Sudah 5 menit Bisma menekan bel kamarnya,tapi tetap tak ada jawaban dari dalam sana.

"Benar nggak sih,ini kamarnya?jangan-jangan dari tadi kita berdiri didepan kamar kosong?!"aku mulai kesal.

"Ih,bener mbak,nih kan lihat kartu namanya,kamar 316 kan,bener ?"Bisma menunjukan tulisan dibalik kartu nama Li thian.

"Atau mungkin dia udah pulang ya,Bisma?"kutekuk wajahku kebawah,sedikit perasaan kecewa muncul.

Sekarang sudah hampir 15 menit berlalu dan masih saja belum ada jawaban dari dalam sana.Kesabaranku mulai habis,akhirnya kuputuskan untuk menggantungkan bungkusan kupat tahu itu pada gagang pintu kamar no 136.Aku tak peduli dia ada atau tidak,yang pasti pagi ini aku kecewa karena tak berhasil bertemu dengannya.

Kutarik tangan Bisma dengan keras."pulang,yuk!cintaku bertepuk sebelah tangan!setan!bule setan!"

Bisma menurut saja ketika tangannya kutarik dengan kasar,mulutnya tampak menumpat kearahku,"Si macan kambuh lagi dong,huh!"

Kami terus berjalan melewati lorong-lorong kamar,kamar 316 memang berada agak jauh dari posisi lift.Dengan serampangan,aku terus berjalan cepat,sekali kali kutendang tempat sampah yang ada dipojok-pojok lorong kamar.

Saat berada didepan lift,kutekan-tekan semua tombolnya dengan kasar.Bisma hanya terdiam memaku disampingku,dia tahu aku sedang sangat kesal dan tak bisa diganggu.

Pintu lift pun akhirnya terbuka.Saat hendak kulangkahkan kakiku ke dalamnya,tiba-tiba Bisma menarik tanganku dengan keras agar mundur.Aku yang sejak tadi menunduk kesal mulai marah dan memalingkan wajahku pada Bisma,tapi dia seperti sedang memberiku isyarat agar menatap lurus kedalam lift.

Saat itulah kulihat Li thian berada didal am lift,tak sadar dengan kebradaan kami yang tengah berdiri didepannya.Disana juga lah kulihat Li thian sedang memeluki seorang perempuan muda,sedang perempuan itu membalas pelukannya dengan sangat kencang.

Untuk beberapa detik aku hanya terpaku,tapi selanjutnya emosi menguasai kepalaku dengan sangat cepat.Mulutku meneriaki satu kata,"BERENGSEKK!!!!"Lalu,mulai membalikan badanku sambil berlari menuju tangga darurat.

Aku tak peduli siapa pun yang mungkin melihatku seperti orang gila pagi itu.Sambil berlari memapakai tangga-tangga darurat hotel,air mata ini berjatuhan hebat seperti hujan terasa sangat sakit.....

🌾🌾🌾

"Bisma,hatiku sakit sekali...sakittt sekali sampai-sampai rasanya napasku ini terasa sesak.Kenapa bisa begini?kamu pernah merasakan seperti ini?"sambil terus mencucurkan air mata,kupandangi Bisma yang tengah sibuk membereskan beberapa benda dilantai yang menjadi sasaran amukanku beberapa saat tadi.

"Mbak,yang seperti itu namanya patah hati.Saya pernah mengalami perasaan seperti itu,yang pertama ketika ibu meninggal.Lalu,mengalaminya lagi ketika bapak meninggal menyusul ibu.Rasanya merasa sendirian,tak punya siapa-siapa lagi.sakitnya bukan main..."

Sekilas raut wajah Bisma terlihat sangat sedih,tapi dia menepis kesedihannya dengan berkata,"Tapi sesakit-sakitnya saya ya mbak,belum pernah deh saya nglempar-nglempar barang kayak gini.Untung aja tadi gelasnya kena keperut Bisma,coba kalau kena tipi...Aduh berabe,harga tivi 90 inch kayak gini kan mahal banget!!!hehe..."kulihat dia terlihat memaksakan untuk tertawa.

Aku lantas merasa tak enak akan sikapku tadi yang sepertinya berlebihan.Lagi pula rasanya kesedihanku ini tak serumet kesedihan Bisma."Maaf Bisma,aku nggak tahu kalau masalahmu ternyata lebih rumit daripada masalahku,"ucapku sambil kutundukan kepalaku.

Tiba-tiba saja Bisma datang menghampiriku,diraihnya kepalaku agar terangkat menatap kearah wajahnya,

"mbak,tidak ada hal yang ribet didunia ini.Yang membuatnya ribet adalah cara kita menyikapinya.Patah hati,sakit hati,kehilangan seseorang,itu hanya sebagian kecil proses yang harus kita jalani dalam kehidupan singkat seorang manusia.Nikmati saja mbak,kadang kesakitan adalah jembatan yang baik untuk kita menyebrangi tingkat kedewasaan."

Matanya kini terlihat sangat hangat,sedangkan senyumannya terlihat sangat tulus menatapku.

Air mataku kembali berjatuhan,"astaga Bisma,seumur hidupku,baru kali ini kudengar kata-kata begitu indah seperti barusan.Aku nggak pernah nyangka kamu bakal ngomong kayak gitu,belajar dari mana sih?"

Bisma tertawa ringan."Itu omongan nenek saya yang di-translate bahasa indonesia,mbk.Yang pintar ya mbah saya,saya ya gini aja lah,karung goni.hahaha!"