Chereads / Bayangan Sang Lily / Chapter 24 - Bab 19

Chapter 24 - Bab 19

Pesan Sang Penulis:

*Silahkan skip bagian ini untuk lanjut baca cerita dengan scroll horizontal bar ke bawah. :)

Hello guys, di sini penulis balik lagi :D

Kalo kalian baca cerita HELL SLAVIAN sebelumnya, gue janjiin bakal nerusin lagi cerita BAYANGAN SANG LILY. and, sesuai dengan janji gue, pada hari ini gue kembali memosting Bab pertama dari Arc-2 cerita ini.

Tenang aja, gue bakal usahain pake gaya bahasa yang sama seperti Arc-1 dengan jumlah kata per babnya tidak lebih dari 1000 kata. dan... tentu aja, biar gak bikin pusing 7 keliling, ceritanya gue bakal bikin sesederhana mungkin.

Sebagai refrensi, gue mungkin bakal muterin Lagu Mustafa Ceceli - Sultanim (BTW, ini lagu Turki ya guys) sambil ngetik cerita ini. setelah Lily kejebak di dalam hutan dan mungkin bakal terjebak untuk waktu yang lama, dia akan mengalami hal-hal yang gak terduga, yang gak pernah dialami olehnya sebelum-sebelum ini. hmm... mungkin bisa pertanda baik ataupun buruk kali ya? :/ gue juga penasaran sih gimana nasib Lily nantinya?

Apakah pelaku dari tragedi tersebut bisa ketemu? apakah yang bakal dilakuin ama sang singa itu padanya? sebenarnya Spectra itu siapa? (Bocoran, Spectra itu bukan nama aslinya!) and then, apa yang dilakukan para goblin setelah ini? dan berbagai kemungkinan lainnya.

Catatan: Kemungkinan besar, Lily enggak bakal muncul banyak dalam arc ini. gue bermaksud menaruh perhatian lebih pada tokoh yang lainnya. so, gak usah kaget ya :D

BTW soal side story, sorry banget gue belum bisa lanjutin. lagi-lagi, tangan gue tiba-tiba mati untuk melanjutkan bab itu lagi. enggak tahu gue bisa posting atau enggak, liat aja nanti ya guys.

Oh, ya elu-elu pada juga bisa download versi offline-nya di sini:

Pdf: https://bit.ly/2Xae9jQ

Word: https://bit.ly/2IKxI9j

Yaudah, langsung aja yuk mulai ceritanya!

[Arc 2 Bab 1 BAYANGAN SANG LILY]

Namaku Mozart, dalam pencarian...

Setelah Tuan Puteri menghilang, aku memutuskan mengorbankan seluruh milikku untuk mencarinya di dalam hutan magis.

Sebuah kesalahan besar bagiku karena meninggalkannya begitu saja, tanpa aku tahu seseorang memanggilnya dengan sihir [Tunadi]. bodohnya lagi, aku tidak mendengar suara panggilan itu sama sekali karena terlalu sibuk dengan urusanku yang lain.

Tuanku sudah mempercayakan putrinya padaku, tetapi aku malah mengkhianatinya. ini adalah kebodohan terbesar kedua yang telah aku lakukan sepanjang hidupku.

Karenaku, dua orang berharga di kerajaan menghilang begitu saja. karenaku pula, air mata emas dan berlian mengalir di pipi mereka.

Seraya mengingat semua itu, aku memacu kudaku agar dapat berlari lebih cepat lagi. seraya mengingat wajah cantik dan lugunya pula, napasku berhembus seraya menyebut namanya. berharap Sang Penguasa memberikanku petunjuk agar dapat segera menemukannya.

Karena aku takut tidak dapat menemukannya lagi.

Bukan karena aku takut tidak akan kembali ke naungan rajaku, aku takut seseorang memetik Bunga Lili itu sedangkan ia masih sangatlah rapuh.

Sesekali aku mengeluarkan batu yang diberikan Baginda padaku. batu itu berbentuk heksagon dengan ukiran di tengahnya. bentuknya mirip seperti sebuah bunga, bunga lili. apakah ini adalah lambang kerajaan Echalost? apakah ini adalah jimat yang diberikan Tuan untukku?

Aku tidak tahu pasti... namun paling tidak ini menjadi motivasi dan semangatku agar aku dapat menemukan Tuan Puteri kembali.

Sekalipun sulit, sejauh apapun dirinya berada. aku bersumpah akan tetap mencari sampai aku bisa menemukannya... begitulah aku ucapkan selalu beriring langkah kaki kuda ini bergerak.

....

Tunggu dulu. aku berada di mana?

Sebuah kawah besar dengan abu hitam mewarnainya. pohon-pohon juga banyak yang tumbang berada di sini.... hancur, laksana tiada kehidupan...

Apakah aku masih mengingat tempat ini?

Sepertinya aku mengingatnya, bukankah ini adalah Hutan Timur?

Aku coba turun dan memastikan kawah itu..., mendekatinya..., memerhatikannya...

Sebuah kilasan cahaya dari masa lalu tiba-tiba menyambar begitu saja. kepalaku langsung terasa sakit. rasanya benar-benar sangat sakit, hampir-hampir kedua mataku seakan ingin meleleh karenanya. selain semua berputar di kepalaku, rasa panas juga menyelimuti sekujur tubuhku.

Perih, aku tidak sanggup menahannya.

Apakah akan terjadi lagi seperti di waktu dahulu?

Tidak, aku harus kuat menahannya!!

Demi Tuan Puteri, demi Baginda yang telah memungutku dan merawatku hingga aku menjadi seperti sekarang ini. aku tidak boleh menyia-nyiakan kepercayaan mereka. aku harus melawan!

Setelah sempat terjatuh, aku kembali berdiri dan menahan beban tubuhku dengan kedua kakiku yang lemah. entah kenapa, aku kehilangan seluruh kekuatanku untuk melanjutkan perjalanan.

Oh, ya... sejak perjalanan aku belum memakan apapun. kalau tidak salah, aku membawa persediaan roti kacang, bukan?

Iya, aku punya banyak persediaan roti kacang untuk mengisi perutku. semuanya tersimpan dalam sebuah tas di samping kiri dan kanan punggung kuda ini. aku bermaksud ingin makan bersamanya jika aku berhasil menemukannya.

Tunggu dulu, apakah Lily menyukai roti kacang? sejujurnya aku hampir tidak pernah melayaninya untuk menyiapkan makanan. karena Gebo dan Nanda-lah yang bertanggung jawab soal itu. selain mereka menyiapkan makanan, mereka bertanggung jawab membawanya langsung kepada Lily.

Ini adalah amanah Baginda, aku tak bisa mengutak-atiknya sedikitpun.

Ah... aku merindukan semuanya darimu Tuan Puteri. senyummu, tawamu, laksana bunga lili yang bermekaran di taman itu. apakah kau ingat ketika aku memetik bunga tersebut sebagai hiasan rambutmu itu? entah mengapa, ketika aku menghabiskan waktu bersamamu, jarum jam di dalam hatiku kembali berputar setelah sekian lama terhenti.

Sekarang, kau menghilang... membuat waktu dalam hidupku kembali membeku.

Dua hari berlalu sudah tanpa membawakan hasil. aku masih belum menemukan hawa keberadaanmu sama sekali. aroma semerbak dari Bunga Lili itu tak dapat ku cium. apakah dirimu yang sekarang tengah kuncup? atau karena aku belum bisa menggapaimu?

Tuan Puteri... tolong jawab aku. aku pelayanmu, sangat merindukanmu....