Chereads / Bayangan Sang Lily / Chapter 25 - Bab 20

Chapter 25 - Bab 20

--Jangan takut.... ikutilah aku!

"Siapa di sana?"

Suara itu, aku mendengarnya lagi! suara yang mengundangku masuk ke dalam hutan magis ini.

Aku berdiri di sebuah dataran yang berwujud. semuanya nampak berwarna putih dan berkabut. saat aku telusuri ruangan ini, tiada satupun yang ku temui melainkan hanya kekosongan yang tanpa arti. satu-satunya yang dapat ku raba dengan inderaku hanyalah suara itu.

--Kau akan aman dalam kendaliku, cukup izinkan aku masuk!

Aku mendengarnya lagi.

"Siapa di sana? tunjukkan dirimu!"

Aku tidak tahu siapa yang berkata begitu. sekalipun aku memintanya dengan suaraku yang nyaring tetap saja ia tidak menunjukkan wujudnya.

Apa yang terjadi selanjutnya hanya... kabut di sekitarku berkurang begitu saja...

Mungkinkah orang yang memanggilku itu akan menunjukkan wujudnya?

Cahaya dalam ruang ini seketika redup begitu saja, menjadi ruang gelap dan hitam.

Aku tak bisa melihat apapun di sini!

"Lily!"

"Lily!"

Suara samar-samar terdengar. tetapi bukan seperti orang yang membujukku sebelumnya. mereka memanggil namaku dengan suara yang pernah aku dengar. seakan-akan aku pernah mendengar suara ini, suara yang memanggilku dengan lembut dan hangat.

"Lily!"

"Lily!"

"Lily!"

"Lily!"

Menyusul suara berikutnya, di sana ada suara wanita yang memanggil namaku juga. ada juga suara gagah yang terdengar merdu, menyerukan namaku hingga buat hatiku bergetar.

Aku pernah mendengar suara ini. aku tahu suara ini. tapi siapa? siapa yang memanggilku. siapapun, tunjukkanlah wujud kalian! jangan bersembunyi dariku!

Apakah umurku masih terlalu kecil untuk bermain petak humpat?

Tidak, ini bukan waktunya untuk itu! aku serius, ini sama sekali tidak lucu. siapapun engkau, tolong tunjukkanlah wujudmu!

"Lily!"

"Lily!"

"Lily!"

"Lily!"

Tiada balas dari mereka selain hanya panggilan itu.

Sungguh, aku tidak mengerti arti di balik semua ini. adakah yang bisa menerangkannya padaku?

Atau jangan-jangan...

Ada rasa hangat dan tiba-tiba kian panas seakan sesuatu telah mendekat.

Aku berbalik, di sana seperti sesosok api berwujud manusia berjalan tegak dengan mendekat ke arahku.

Tidak, dia adalah manusia. tetapi seluruh tubuhnya terbakar...

Tunggu dulu, apa bedanya?! lupakan saja!

Sosok api itu berjalan dengan lembut, melangkah pelan-pelan ke arahku. aku tidak mengenali sosok api itu. ia sangat berbeda sekali dengan Spectra. sekalipun wujudnya tertutup, sangat terlihat jelas perbedaan Spectra dengan orang lain.

Namun, untuk sosok itu.... apakah aku pernah mengenalnya? pernahkah aku menemuinya? aku mengingat wajah dengan orang yang pernah aku kenal....

Perasaanku semakin yakin ketika ia mulai menghentikan langkahnya. ada jarak sepanjang bayangannya itu. ia bertekuk lutut dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Kenapa? siapa dia?

"Tuan puteri... maafkan aku!" suara samar-samar ia ucapkan seakan tenggelam dalam lautan.

Aku tidak mengerti...

Mengapa tiba-tiba aku menangis sendiri saat itu.

Apakah dia adalah orang yang bernasib sama seperti Spectra?

Ketika aku mendekati sosok api itu, dataran hitam -bukan tanah, bukan lantai, atau apapun itu- berubah menjadi sebuah genangan air. setiap kali aku berjalan, aku bisa mendengar suara cipratan air itu ketika kakiku sengaja menginjaknya. airnya juga turut bergoyang ke segala arah dan ciptakan gelombang air yang membuat bagian atas kakiku menjadi basah.

Bisakah aku menyentuhnya?

Aku menyentuh rambut sosok api itu, dan....

Apinya padam seketika.

Seluruh api yang menjadi pakaiannya seperti menguap oleh cahaya yang begitu terang ketika aku menyentuh tubuhnya itu.

Sebuah cahaya terang dan indah, cahaya apakah ini?

"Tuan Puteri, tolong maafkan aku..."

Sekarang ia nampak seperti manusia, manusia biasa. ia mengangkat kepalanya dan menangis di hadapanku seperti seorang anak kecil. tidak. dia nampak seperti seorang kakak yang kehilangan adik kecilnya dan akhirnya menemukannya kembali.

Aku tahu wajah itu, aku tahu suara itu...

Air mataku mengalir kencang...

"M...rt." aku tidak bisa mengeluarkan suaraku.

Aku ingin memeluknya. aku ingin memeluknya....

Tetapi...

"Tidak! tidak! Jangan Pergi!!!"

AAAAAaaaaaaaahhhhh~!

Lagi-lagi, aku bermimpi buruk....

"Selamat pagi, Tuan Puteri. apakah Tuan Puteri mimpi buruk lagi?" ucap Spectra di sampingku.